PTPP Divestasi Rp 3,06 Triliun: Analis Ungkap Strategi & Rekomendasi!

PT PP Tbk (PTPP) mengambil langkah strategis yang ambisius dengan menargetkan divestasi anak usaha senilai Rp 3,06 triliun pada tahun 2025. Upaya ini menjadi tulang punggung dalam strategi perseroan untuk meringankan beban utang yang melilit, sekaligus mempersiapkan diri menghadapi rencana merger BUMN Karya yang digagas pemerintah.

Salah satu aset utama yang hampir rampung dilepas adalah PT Celebes Railway Indonesia (CRI). Direktur Strategi Korporasi dan HCM PTPP, I Gede Upeksa Negara, mengungkapkan bahwa proses divestasi CRI telah mencapai tahap final. PTPP bahkan telah menerima Final Planning Offer (FPO) dari tiga calon investor potensial. Evaluasi intensif terhadap ketiga tawaran ini sedang berlangsung, dengan harapan dapat mengerucutkan pilihan ke preferred bidder bulan depan, dan merampungkan transaksi divestasi ini sebelum akhir tahun 2025.

Tak berhenti di situ, PTPP juga tengah mengincar divestasi atas PT PP Infrastruktur (PPIN), anak usaha yang berfokus pada sistem penyediaan air minum (SPAM). Dengan kepemilikan mencapai 99,2%, PPIN telah menarik minat dua investor nasional dan satu investor asing. Selain itu, PT Centurion Perkasa Iman, perusahaan pengelola hotel di Surabaya dengan kepemilikan PTPP sebesar 67,8%, juga masuk dalam daftar aset yang akan dilepas.

Rencana divestasi jangka panjang turut melibatkan PT PP Semarang Demak, anak usaha yang mengelola proyek jalan tol. PTPP berencana melakukan rights issue 46% dari 75% total kepemilikannya di perusahaan ini. Namun, pelepasan saham ini baru akan direalisasikan setelah Seksi I jalan tol tersebut mulai beroperasi penuh pada tahun 2027.

Sementara itu, PTPP juga aktif bersiap untuk menyambut rencana merger BUMN Karya yang digagas pemerintah. Direktur Utama PTPP, Novel Arsyad, menjelaskan bahwa proses kajian terkait merger ini sedang berlangsung intensif, melibatkan evaluasi komprehensif oleh seluruh BUMN Karya bersama para konsultan ahli. Proyek strategis ini dikelola berkolaborasi dengan Danantara, menunjukkan keseriusan dalam menata ulang lanskap bisnis konstruksi pelat merah.

Sukarno Alatas, Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, optimistis bahwa realisasi divestasi akan secara signifikan memperkuat arus kas PTPP. Mengulas kinerja keuangan PTPP per semester I 2025, perseroan berhasil menekan liabilitas menjadi Rp 40,22 triliun pada akhir Juni 2025, dari sebelumnya Rp 41,33 triliun di akhir Desember 2024. Namun, ekuitas tercatat menurun menjadi Rp 15,31 triliun dari Rp 56,58 triliun pada akhir 2024, dan kas dan setara kas juga terkoreksi menjadi Rp 2,54 triliun dari Rp 4,32 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Lebih lanjut, Sukarno menyoroti bahwa perubahan pucuk pimpinan di Kementerian BUMN serta isu pengambilalihan kendali oleh Danantara menciptakan sentimen ketidakpastian di pasar, namun di sisi lain, juga membuka peluang besar menuju efisiensi dan konsolidasi BUMN Karya yang lebih baik. Meskipun merger BUMN Karya berpotensi menekan margin di jangka pendek akibat proses restrukturisasi, langkah ini fundamental untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi operasional perseroan di masa mendatang.

Di tengah berbagai tantangan, PTPP sempat menghadapi gugatan pailit. Namun, kabar baik datang ketika Direktur Manajemen Risiko dan Legal PTPP, Tommy Wiranata Anwar, mengonfirmasi bahwa perusahaan penggugat telah mencabut permohonan pailit sebelum sidang perdana digelar pada Senin (15/9) di Pengadilan Negeri Niaga Jakarta Pusat. Dengan pencabutan ini, isu gugatan pailit PTPP secara resmi berakhir, meredakan kekhawatiran yang sempat membayangi para investor.

Sukarno Alatas menilai, pencabutan gugatan pailit ini menjadi katalis positif yang meredakan kekhawatiran investor. Selain itu, langkah diversifikasi bisnis PTPP ke sektor pertambangan dinilai menjanjikan potensi margin lebih tinggi, meskipun dampaknya belum akan terealisasi secara instan pada tahun 2025.

Hingga Agustus 2025, PTPP telah berhasil mengantongi kontrak baru senilai Rp 15,28 triliun, atau setara 53,6% dari target. Peningkatan perolehan kontrak pada bulan Agustus dibandingkan Juli menjadi katalis tambahan yang memperkuat potensi kinerja PTPP di sisa tahun ini. Kendati demikian, perseroan masih menghadapi tantangan besar terkait utang, arus kas, dan ketergantungan pada proyek yang didanai APBN.

Per 19 September, saham PTPP menunjukkan kenaikan impresif sebesar 22,62% secara year to date (YTD). Pergerakan positif ini didorong kuat oleh sentimen positif dari proyek-proyek Ibu Kota Negara (IKN) dan proses restrukturisasi internal, dibandingkan kinerja fundamental secara keseluruhan. Dengan valuasi yang diperdagangkan pada Price to Book Value (PBV) 0,21x, saham PTPP dinilai masih tergolong undervalued.

Berdasarkan analisisnya, Sukarno Alatas merekomendasikan beli saham PTPP dengan target harga Rp 500 per saham. Secara teknikal, jika saham PTPP mampu bertahan di atas level support Rp 386, ada potensi kuat untuk melanjutkan penguatan menuju target Rp 500. Bahkan, jika level Rp 500 berhasil ditembus, peluang terbuka lebar menuju level resisten berikutnya di Rp 600 per saham.

Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, memiliki pandangan senada mengenai pendorong kenaikan saham PTPP. Menurutnya, apresiasi harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh kepastian keberlanjutan proyek infrastruktur, khususnya program pembangunan IKN dan Proyek Strategis Nasional (PSN) lainnya, meskipun proyek-proyek tersebut bukan lagi menjadi prioritas utama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Nafan menambahkan bahwa kinerja PTPP pada semester I 2025 masih di bawah ekspektasi, terutama akibat tingginya operating expenses (opex) yang menekan perolehan laba. Oleh karena itu, harapan besar disematkan pada langkah diversifikasi bisnis ke proyek pertambangan, yang diharapkan mampu memberikan dampak positif, terutama dalam meningkatkan raihan kontrak baru.

Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, Nafan merekomendasikan hold saham PTPP dengan target harga Rp 400 per saham.

Ringkasan

PT PP Tbk (PTPP) menargetkan divestasi anak usaha senilai Rp 3,06 triliun pada tahun 2025 untuk mengurangi beban utang dan mempersiapkan merger BUMN Karya. Divestasi utama mencakup PT Celebes Railway Indonesia (CRI), PT PP Infrastruktur (PPIN), dan PT Centurion Perkasa Iman, serta rights issue pada PT PP Semarang Demak setelah jalan tol Seksi I beroperasi penuh. Perseroan juga aktif dalam proses kajian merger BUMN Karya yang dikelola bersama Danantara.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, merekomendasikan beli saham PTPP dengan target harga Rp 500, melihat potensi penguatan arus kas dari divestasi dan katalis positif dari pencabutan gugatan pailit. Sementara itu, analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, merekomendasikan hold saham PTPP dengan target harga Rp 400, menyoroti pentingnya kepastian proyek infrastruktur dan diversifikasi bisnis ke sektor pertambangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *