JAKARTA – Nilai tukar rupiah menunjukkan pelemahan tipis di pasar spot pada penutupan perdagangan hari Senin, 13 Oktober 2025. Mata uang Garuda tercatat ditutup pada level Rp 16.573 per dolar Amerika Serikat (AS), mengindikasikan pergerakan yang cenderung volatil di tengah dinamika pasar keuangan global.
Pelemahan ini tercatat sebesar 0,02% jika dibandingkan dengan posisi penutupan akhir pekan sebelumnya, di mana rupiah berada di level Rp 16.570 per dolar AS. Fluktuasi kecil namun berarti ini menjadi sorotan para pelaku pasar yang terus memantau pergerakan kurs rupiah terhadap mata uang acuan dunia.
Rupiah Spot Melemah Tipis 0,01% ke RP 16.572 per Dolar AS pada Senin (13/10) Siang
Sementara itu, pergerakan mata uang Asia secara keseluruhan juga menunjukkan variasi dengan dominasi tren pelemahan hingga pukul 15.00 WIB. Yen Jepang menjadi sorotan utama dengan penurunan terdalam, anjlok hingga 0,72%. Disusul oleh dolar Taiwan yang ambles 0,38%, serta won Korea Selatan yang terkoreksi 0,14%. Kemudian, ringgit Malaysia juga tidak luput dari tekanan, melemah 0,1%. Tren pelemahan serupa juga dialami oleh rupee India yang turun 0,09% dan dolar Singapura yang melemah 0,08% pada sore hari.
Di sisi lain, tidak semua mata uang Asia mengalami tekanan. Baht Thailand menunjukkan performa impresif sebagai mata uang dengan penguatan terbesar, melesat 0,49%. Tren positif ini turut diikuti oleh dolar Hong Kong yang menguat 0,09%. Selain itu, yuan China juga berhasil naik 0,05%, sementara peso Filipina ditutup dengan penguatan tipis 0,03% terhadap the greenback atau dolar AS.
Ringkasan
Pada hari Senin, 13 Oktober 2025, nilai tukar Rupiah di pasar spot ditutup pada Rp 16.573 per dolar AS, mengalami pelemahan tipis sebesar 0,02% dibandingkan penutupan akhir pekan sebelumnya. Pergerakan ini terjadi di tengah variasi tren mata uang Asia, di mana beberapa mata uang mengalami pelemahan signifikan, seperti Yen Jepang, Dolar Taiwan, dan Won Korea Selatan.
Meskipun demikian, tidak semua mata uang Asia mengalami tekanan. Baht Thailand mencatat penguatan terbesar, diikuti oleh Dolar Hong Kong, Yuan China, dan Peso Filipina. Kondisi pasar Asia secara keseluruhan menunjukkan dinamika yang beragam dengan adanya mata uang yang menguat dan melemah terhadap dolar AS.