Scoot.co.id JAKARTA. Perhatian para investor tertuju pada pergerakan saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), salah satu perusahaan yang terafiliasi dengan orang terkaya Indonesia, Prajogo Pangestu. Setelah sebulan terakhir berada dalam tren pelemahan, saham TPIA akhirnya bangkit dan mulai menunjukkan kenaikan signifikan pada Kamis, 11 September 2025. Pertanyaannya kini, apakah ini momentum tepat untuk mengoleksi saham TPIA, atau justru saatnya untuk merealisasikan keuntungan?
Kiprah Prajogo Pangestu sebagai taipan terkemuka di Indonesia memang selalu menarik perhatian. Berdasarkan data Bloomberg Billionaire Index per September 2025, kekayaan Prajogo mencapai US$ 31,9 miliar, menempatkannya di posisi puncak sebagai orang terkaya di Indonesia. Angka ini jauh melampaui Low Tuck Kwong, pemilik Bayan Group, yang berada di peringkat kedua dengan kekayaan US$ 25 miliar. Keberadaan sosok Prajogo di balik TPIA tentu menambah daya tarik tersendiri bagi saham perusahaan ini.
Pada perdagangan Kamis, 11 September 2025, saham TPIA berhasil mengakhiri tren negatifnya dengan ditutup di level 7.800. Kenaikan sebesar 225 poin atau 2,97% ini menjadi angin segar setelah selama sebulan terakhir, harga saham TPIA terkoreksi tajam hingga 1.150 poin atau 12,85%. Rebound ini memicu spekulasi mengenai arah pergerakan saham TPIA ke depannya.
Resmi Dirilis, Kapan iBox Jual iPhone 17 di Indonesia? Cek Juga Harga iPhone 16
Menyikapi fluktuasi ini, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi, memberikan rekomendasi hold atau tahan untuk saham TPIA. Menurut Wafi, prospek jangka panjang TPIA masih sangat cerah. Hal ini didukung oleh berbagai upaya ekspansi yang sedang berjalan serta berangsur pulihnya permintaan petrokimia global.
Meskipun demikian, Wafi juga mengingatkan bahwa TPIA perlu tetap waspada terhadap tantangan yang ada, seperti volatilitas harga bahan baku nafta dan potensi pelemahan permintaan global akibat kondisi ekonomi dunia yang masih belum stabil. “Jadi secara jangka pendek bisa fluktuatif, tapi secara jangka panjang tetap punya growth story,” ungkap Wafi saat dihubungi Kontan, Kamis (11/9/2025). Ekspansi berkelanjutan TPIA dipercaya akan memberikan dampak positif bagi fundamental perusahaan, baik melalui penambahan kapasitas maupun diversifikasi produk. Bahkan, target ekspor yang berpotensi menghasilkan devisa sekitar Rp 5 triliun juga diproyeksikan mampu menjaga stabilitas pendapatan, sehingga tidak hanya bergantung pada produk petrokimia semata.
Ucapan Di Podcast Viral, Keponakan Prabowo, Rahayu Saraswati Mundur Dari DPR
Ekspansi TPIA
Komitmen TPIA terhadap pertumbuhan juga tercermin dari perkembangan proyek ekspansinya. Baru-baru ini, manajemen TPIA melaporkan bahwa pembangunan pabrik chlor alkali dan ethylene dichloride (CA-EDC) telah mencapai 33%. Pabrik bahan kimia strategis ini berlokasi di Cilegon, Banten, dan dikembangkan melalui anak usaha TPIA, yakni PT Chandra Asri Alkali.
Presiden Direktur sekaligus CEO Chandra Asri Group, Erwin Ciputra, menjelaskan bahwa kemajuan proyek tersebut meliputi perataan lahan, pemadatan tanah, dan persiapan konstruksi fasilitas dermaga (jetty). Erwin menegaskan bahwa upaya ini merupakan bentuk nyata komitmen TPIA dalam mendukung program hilirisasi nasional. “Dengan hadirnya pabrik CA-EDC ini, kami berharap dapat memperkuat posisi Indonesia di pasar Asia Tenggara serta menciptakan nilai tambah ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia,” ujar Erwin dalam keterangan resmi, Senin (8/9/2025).
Erwin merinci, proyek ini memasuki fase pertama dengan pembangunan pabrik berkapasitas produksi 400.000 ton soda kaustik padat per tahun, yang setara dengan 827.000 ton dalam bentuk cair. Selain itu, pabrik ini juga dirancang untuk memproduksi 500.000 ton ethylene dichloride. Untuk fase kedua, fokus akan beralih pada peningkatan kapasitas produksi chlor alkali serta pengembangan produk turunan berbasis klorin. “Saat ini, studi kelayakan sedang dilakukan untuk mengevaluasi potensi hilirisasi yang dapat menciptakan nilai tambah lebih besar, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat rantai nilai industri kimia di dalam negeri,” jelas Erwin.
Dampak ekonomi dari ekspansi ini diperkirakan akan sangat signifikan. Produksi ethylene dichloride ditargetkan untuk pasar ekspor, dengan potensi perolehan devisa hingga Rp 5 triliun per tahun. Di sisi lain, proyeksi substitusi impor soda kaustik diharapkan mampu menghemat hingga Rp 4,9 triliun setiap tahunnya bagi kas negara.
Tonton: Pasokan BBM Terganggu, bp AKR Evaluasi Ekspansi Pembukaan SPBU Baru
Kinerja TPIA 2025
Kinerja keuangan TPIA juga menunjukkan pemulihan yang impresif pada semester I-2025:
- TPIA berhasil membalik kerugian US$ 46,62 juta yang dicatatkan pada semester I-2024 menjadi laba bersih sebesar US$ 1,61 miliar.
- Pendapatan perusahaan melonjak signifikan dari US$ 866,49 juta menjadi US$ 2,92 miliar di semester I-2025.
- Meskipun demikian, beban pokok pendapatan juga tercatat naik signifikan, dari US$ 853,64 juta menjadi US$ 3,02 miliar.