Bursa Asia Menguat, Investor Menanti Data Ekonomi China

Scoot.co.id JAKARTA. Pasar saham Asia-Pasifik mengawali perdagangan Jumat (15/8/2025) dengan kinerja positif, didorong oleh antisipasi investor terhadap rilis serangkaian data ekonomi penting dari China. Pergerakan ini memberikan gambaran awal arah pasar regional di tengah sentimen global yang beragam dan dinamis.

Di Australia, Indeks S&P/ASX 200 diperkirakan akan sedikit melemah. Kontrak berjangka indeks acuan tersebut tercatat di level 8.838, lebih rendah dibandingkan penutupan terakhir di 8.873,8. Kondisi ini sedikit kontras dengan optimisme yang melingkupi sebagian besar kawasan. Sementara itu, Indeks Nikkei 225 Jepang diproyeksikan menguat. Kontrak berjangka Nikkei di Chicago berada di 42.795 dan di Osaka di 42.770, keduanya menunjukkan kenaikan signifikan dari penutupan terakhir di 42.649,26.

Bursa Asia Melemah Terseret Data Lemah China dan Tarif Trump Kamis (31/7)

Sebaliknya, kontrak berjangka untuk Indeks Hang Seng Hong Kong menunjukkan indikasi pembukaan yang lebih lemah. Tercatat di level 25.316, angka ini lebih rendah dari penutupan terakhir di 25.519,32. Di saat yang sama, pasar saham Korea Selatan terpantau tutup untuk libur nasional, sehingga tidak menunjukkan pergerakan perdagangan hari ini.

Dari kancah Amerika Serikat, Indeks S&P 500 mencatat penguatan tipis 0,03% menjadi 6.468,54 pada Kamis (14/8), menandai rekor penutupan tertinggi untuk ketiga kalinya secara beruntun, menunjukkan kekuatan fundamental di pasar ekuitas AS. Namun, Nasdaq Composite mengalami pelemahan tipis 0,01% ke 21.710,67, sementara Dow Jones Industrial Average turut terkoreksi 11,01 poin atau 0,02% menjadi 44.911,26, mencerminkan pergerakan pasar yang bervariasi.

Dalam perkembangan ekonomi makro yang signifikan, ekonom Marc Sumerlin, yang pernah menjabat sebagai pejabat senior ekonomi di bawah Presiden George W. Bush, mengonfirmasi pencalonannya sebagai ketua Federal Reserve berikutnya. Dalam wawancara eksklusif dengan CNBC, Sumerlin menyatakan telah menerima pemberitahuan bahwa namanya masuk dalam daftar kandidat. Ia juga secara tegas menyatakan dukungan untuk penurunan suku bunga yang signifikan, bahkan menilai penurunan 50 basis poin atau setengah persen “sudah jelas diperlukan” untuk mendorong dan merevitalisasi perekonomian.

Bursa Asia Pasifik Beragam Menanti data Ekonomi China dan Cermati Konflik Israel-Iran

Meskipun pasar ekuitas global secara umum menunjukkan tren positif, UBS mengeluarkan peringatan serius mengenai potensi peningkatan volatilitas di masa mendatang. Dalam catatan kepada kliennya, bank investasi global tersebut menilai bahwa volatilitas saham tersirat—yang diukur dengan indeks VIX—memang berada di level terendah sejak Desember tahun lalu. Namun, UBS menekankan bahwa gejolak pasar bisa meningkat dengan cepat dan tajam jika ketegangan perdagangan memburuk, data ekonomi fundamental menunjukkan pelemahan, atau risiko geopolitik global semakin meningkat.

Menyikapi potensi ketidakpastian ini, UBS merekomendasikan strategi investasi yang cermat. Bagi investor yang telah memiliki alokasi saham sesuai tolok ukur strategis, disarankan untuk mempertimbangkan strategi pelestarian modal guna melindungi aset. Sementara itu, bagi mereka yang belum banyak berinvestasi di saham, UBS menyarankan untuk bersiap menghadapi potensi penurunan nilai atau menerapkan pendekatan investasi yang disiplin. Diversifikasi portofolio secara menyeluruh dinilai krusial untuk melindungi diri dari berbagai risiko pasar sekaligus memanfaatkan peluang pertumbuhan yang mungkin muncul di masa depan yang dinamis.

Bursa Asia Melemah Jumat (30/5) Pagi, Investor Menimbang Ketidakpastian Tarif Dagang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *