Fed Turunkan Suku Bunga ke 4,25%, Melemahnya Pasar Tenaga Kerja AS Jadi Alasan

Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), telah mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, menetapkannya dalam kisaran 4 persen hingga 4,25 persen. Keputusan penting ini diambil setelah lima kali pertemuan berturut-turut tanpa perubahan, menyusul meningkatnya tekanan dari Gedung Putih yang mendesak agar biaya pinjaman segera diturunkan.

Ketua The Fed, Jerome Powell, menjelaskan bahwa melemahnya pasar tenaga kerja menjadi pendorong utama di balik langkah ini. Menurutnya, permintaan akan tenaga kerja telah menunjukkan pelemahan, dan laju penciptaan lapangan kerja terbaru tampaknya berada di bawah tingkat yang diperlukan untuk menjaga stabilitas angka pengangguran.

“Saya tidak lagi bisa mengatakan pasar tenaga kerja sangat solid,” tegas Powell, seperti yang dikutip dari Bloomberg pada Kamis (18/9). Pernyataannya ini menggarisbawahi pergeseran signifikan dalam penilaian The Fed terhadap kesehatan ekonomi.

Keputusan historis ini terjadi pada momen yang luar biasa bagi The Fed, mengingat Presiden Donald Trump masih terus melanjutkan upaya hukumnya untuk mengganti salah satu pejabat dewan dengan penasihat ekonominya, menambah dimensi politik pada keputusan kebijakan moneter tersebut.

Dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), pemangkasan suku bunga disetujui dengan suara mayoritas 11–1. Satu-satunya suara berbeda datang dari Gubernur Stephen Miran, yang menginginkan pemangkasan lebih besar sebesar 50 basis poin. Meskipun demikian, para analis menilai hasil ini tetap merupakan kemenangan bagi Powell, mengingat ekspektasi sebelumnya yang memperkirakan akan adanya lebih banyak suara penentang.

Selain itu, The Fed juga memperbarui proyeksi ekonominya, mengindikasikan adanya ruang untuk dua kali pemangkasan suku bunga tambahan pada tahun ini, diikuti satu kali pada tahun 2026, dan satu kali lagi pada tahun 2027. Bahkan, seorang pejabat The Fed memperkirakan bahwa suku bunga total dapat turun hingga 125 basis poin sampai akhir tahun ini.

Meski memberikan sinyal pelonggaran lanjutan, Powell menegaskan bahwa kebijakan moneter kini akan diambil “per pertemuan,” sangat bergantung pada perkembangan data ekonomi terkini. “Ini bukan awal dari siklus pelonggaran agresif seperti saat kita menuju resesi,” ujarnya, memberikan nuansa kehati-hatian dalam pandangannya.

Di sisi lain, inflasi masih menjadi perhatian serius bagi bank sentral. Tekanan harga akibat tarif impor yang dibebankan kepada konsumen masih terasa signifikan. Inflasi tahunan tercatat mencapai 2,6 persen pada Juli, dengan proyeksi peningkatan yang berkelanjutan pada Agustus.

“Kewajiban kami adalah memastikan kenaikan harga sekali waktu tidak berubah menjadi masalah inflasi berkelanjutan,” kata Powell, menegaskan komitmen The Fed untuk menjaga stabilitas harga jangka panjang.

Keputusan The Fed tersebut segera memengaruhi pasar keuangan global. Dolar AS sempat menghapus pelemahannya ketika Powell berbicara, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS mengalami kenaikan, dengan imbal hasil tenor lima tahun bertambah 6 basis poin menjadi 3,65 persen.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *