
Scoot.co.id , JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah menuju level 8.218,84 jelang pengumuman pemerintah terkait pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025, Rabu (5/11/2025).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG melemah 0,28% atau 23,06 poin ke level 8.218,84 hingga pukul 09.55 WIB.
Pada perdagangan hari ini, IHSG dibuka pada zona merah 8.198,04 dan sempat bergerak menuju level tertingginya di 8.240,31. Pada pembukaan, Tercatat, sebanyak 182 saham menguat, 345 saham terkoreksi, dan 171 saham stagnan. Adapun kapitalisasi pasar mencapai Rp14.961,10 triliun.
: Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini Rabu, 5 November Melemah ke Rp16.744
Adapun indeks komposit dibebani oleh penurunan saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) sebesar 1,88% ke level Rp90.275, dan saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) terkoreksi 1,44% menuju Rp6.850.
: : Harga Emas 24 Karat di Pegadaian Hari Ini, 5 November 2025
IHSG. – TradingView
Saham PT Astra International Tbk. (ASII) turut melemah 1,19% ke Rp6.225, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) turun 0,76%, sementara saham PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) terkoreksi sebesar 0,71%.
: : Adu Kinerja BUMN Karya Jelang Kereta Cepat Whoosh Sampai Banyuwangi
Lebih lanjut, saham yang masuk jajaran top gainers hari ini meliputi PT Nusatama Berkah Tbk. (NTBK) yang melesat 30,43% ke Rp150 dan saham PT Bekasi Asri Pemula Tbk. (BAPA) membukukan kenaikan 27,14% ke Rp89.
Di sisi lain, saham dengan penurunan paling besar atau top losers dihuni oleh saham PT Multitrend Indo Tbk. (BABY) yang turun 15% menjadi Rp408, dan saham PT Remala Abadi Tbk. (DATA) terkoreksi 9,95% ke Rp4.570.
Sementara itu, Kemenko Perekonomian diketahui akan menyelenggarakan konferensi pers terkait pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025 hari ini.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa meyakini pertumbuhan ekonomi akan solid dan mampu menopang realisasi setahun penuh hingga 5,2%. Namun, proyeksipara ekonom lebih moderat dibanding ekspektasi pemerintah.
Konsensus dari 30 ekonom yang dihimpun Bloomberg menunjukkan nilai median proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025 berada di 5% (year on year/YoY). Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal III/2024 sebesar 4,95% YoY, tetapi melambat dibanding kuartal II/2025 yakni 5,12% (YoY).
Proyeksi tertinggi datang dari ekonom PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Ramadani Partama, yakni 5,07%, sedangkan estimasi terendah disampaikan Ekonom Trimegah Sekuritas sebesar 4,79%.
Ekonom senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto memperkirakan pertumbuhan kuartal III/2025 berada di kisaran 4,9%—5%, sejalan dengan nilai median konsensus.
Ryan menambahkan, secara kuartal ke kuartal (QtQ), pertumbuhan diperkirakan 1,3%—1,4%, didukung konsumsi rumah tangga sekitar 4,6%.
Adapun pertumbuhan investasi atau penanaman modal tetap bruto (PMTB) diperkirakan terjaga di sekitar 6%, baik investasi dalam negeri maupun asing.
Sementara dari sisi ekspor, Ryan memperkirakan pertumbuhannya mencapai 8%, sedangkan impor 9%. Belanja pemerintah diproyeksikan tumbuh 5%, kembali positif setelah terkontraksi 0,33% pada kuartal II/2025.
Dengan kombinasi faktor tersebut, Ryan menilai kapasitas mesin pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di kisaran 5%—5,1% YoY.
Dia menekankan, angka tersebut tergolong baik di tengah perlambatan ekonomi global yang diperkirakan turun dari 3,3% pada 2024 menjadi 3,2% pada 2025, menurut Dana Moneter Internasional (IMF) Oktober 2025.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksikan pertumbuhan kuartal III/2025 mencapai 5,05% secara tahunan. Menurutnya, moderasi investasi dan belanja pemerintah akan memengaruhi pertumbuhan, sementara konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor tetap menjadi penopang utama.
Asmoro menambahkan, konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap solid di level 5,0% (YoY), sejalan dengan peningkatan penjualan ritel rata-rata 4,7% (YoY), jauh lebih tinggi dibanding 0,9% pada kuartal II/2025. Dia menegaskan, konsumsi domestik masih terjaga meski inflasi terkendali.
—
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.