Kinerja Sektor Ritel Dibayangi Fenomena Down Trading, Simak Rekomendasi Sahamnya

Scoot.co.id – JAKARTA. Emiten sektor ritel membukukan kinerja beragam pada periode semester I – 2025. Perubahan perilaku konsumen diperkirakan menjadi salah satu faktor penentu kinerja emiten sektor ritel ke depan. 

Irsyady Hanief, Research Analyst Henan Sekuritas mengatakan, prospek kinerja ritel pada kuartal IV-2025 dinilai lebih positif secara selektif. Segmen kebutuhan pokok relatif bertahan di tengah tren downtrading. Sementara segmen diskresioner masih pulih bertahap. 

Menurutnya, inflasi yang tetap rendah membantu daya beli dan finalisasi paket stimulus pemerintah menambah penopang permintaan tanpa Henan Sekuritas berasumsi berlebihan atas waktu maupun besarannya.

“Tantangan utama meliputi berlanjutnya tren downtrading yang menekan kategori diskresioner, kompetisi harga yang ketat (termasuk dari kanal online), pengelolaan persediaan dan modal kerja menjelang akhir tahun, potensi tekanan biaya operasional/logistik, serta sensitivitas terhadap barang impor dan kejelasan penyaluran stimulus,” ujar Irsyady kepada Kontan, Jumat (24/10/2025). 

Rekomendasi Saham Hermina (HEAL) yang Labanya Menyusut di Kuartal III 2025

Irsyady menambahkan, sentimen kunci hingga akhir tahun yang perlu diperhatikan mencakup pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen, inflasi, khususnya pangan, kebijakan suku bunga Bank Indonesia, dan stabilitas rupiah. 

Di sisi kebijakan, fokus tertuju pada implementasi stimulus 8+4+5 (8 program akselerasi 2025, 4 paket ekonomi yang dilanjutkan 2026, dan 5 program penyerapan kerja) serta perluasan bantuan langsung tunai (BLT) pada kuartal IV – 2025 sekitar Rp 30 triliun untuk sekitar 35 juta keluarga (termasuk 17 juta keluarga penerima baru) yang berpotensi menopang belanja kebutuhan pokok dalam jangka pendek.

Efektivitas program tersebut sangat ditentukan oleh ketepatan waktu dan sasaran penyaluran. 

“Faktor tambahan yang perlu dipantau ialah intensitas promosi ritel/e-commerce, kebijakan upah 2026, serta dinamika biaya operasional dan logistik,” terang Irsyady. 

Irsyady melihat potensi pertumbuhan pada kuartal IV terutama didukung format bernilai pada kebutuhan pokok (kemasan kecil, private label, paket hemat) dan eksekusi operasional yang efisien. 

Menurutnya, kinerja diskresioner berpeluang membaik namun tetap selektif, dengan prospek meningkat seiring realisasi stimulus dan perbaikan bauran produk serta kedisiplinan biaya.

Andrianto Saputra, Analis Indo Premier Sekuritas melihat potensi pemulihan daya beli lebih lanjut melalui belanja pemerintah, di tengah sikap proaktif pemerintah dalam mengoptimalkan penggunaan anggaran yang belum termanfaatkan. 

Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Senin (27/10/2025)

Indo Premier Sekuritas mencatat bahwa bantuan sosial non-tunai pada kuartal I – 2025 (misalnya diskon tarif listrik 50%) tidak efektif dalam meningkatkan daya beli. Karena penjualan domestik produk kebutuhan pokok pada kuartal I – 2025 hanya tumbuh 3,0% yoy. 

Sebaliknya, pada tahun 2022 ketika ada tambahan bantuan sosial tunai, penjualan domestik produk kebutuhan pokok tumbuh signifikan sebesar 8,7% yoy. Ini menunjukkan bahwa penyaluran tunai lebih efektif dalam meningkatkan daya beli.

Berdasarkan pembicaraan Indo Premier dengan perusahaan consumer staples, mereka menyatakan bahwa penjualan kuartal IV – 2025 berpotensi terdorong oleh aktivitas penimbunan stok menjelang lebaran tahun 2026. Serta dikombinasikan dengan program bantuan sosial yang relatif besar pada kuartal IV – 2025. 

“Oleh karena itu, kami memperkirakan penjualan domestik produk kebutuhan pokok akan pulih di kuartal IV – 2025,” terang Andrianto kepada Kontan, Jumat (24/10/2025). 

Sementara itu, Christy Halim, Analis BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan sektor ritel akan melaporkan pertumbuhan pendapatan kuartal III – 2025 meningkat 6,5% yoy dan 2,6% secara kuartalan (qoq).

IHSG Sepekan: Sentimen Global dan Domestik Dorong Kinerja Positif

Terutama didorong oleh kinerja PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) yang kuat (naik 7,4% yoy), diikuti oleh PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) naik 7,0% yoy, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) naik 6,4% yoy, dan PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) naik 4,6% yoy.

Hal ini membuat pertumbuhan pendapatan kumulatif per September 2025 sektor ini naik sebesar 6,9% yoy, yang secara umum masih sesuai dengan ekspektasi dan konsensus (sekitar 73% dari estimasi tahun 2025). 

“Kami yakin sebagian besar pertumbuhan berasal dari pembukaan toko baru, alih-alih kinerja toko yang sudah ada, mengingat angka Same Store Sales Growth (SSSG) yang masih lemah,” ujar Christy dalam risetnya pada 16 Oktober 2025. 

SSSG ACES dilaporkan sebesar turun 2,7% dan turun 4,1% pada bulan Juli dan Agustus 2025. Sementara SSSG Alfamidi pada kuartal II – 2025 menurun 4,07%.

  MAPI Chart by TradingView  

Di sisi margin, BRI Danareksa mengantisipasi margin kotor yang lebih rendah pada kuartal III – 2025, yang mencerminkan normalisasi dari basis tinggi tahun lalu, terutama untuk MIDI, serta dampak dari bauran produk dan kegiatan promosi – yang terakhir terutama untuk MAPA dan ACES, yang juga menghadapi tingkat persediaan yang tinggi.

Irsyady merekomendasikan buy untuk saham ACES dengan target harga Rp 478 – Rp 480 per saham. Ia juga merekomendasikan buy on weakness untuk saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan target harga Rp 2.290 – Rp 2.300 per saham. 

Andrianto merekomendasikan buy saham AMRT, MAPI, dan ACES dengan target harga masing – masing Rp 2.800 per saham, Rp 1.600 per saham, dan Rp 660 per saham. 

Sementara Christy merekomendasikan beli saham MAPA, MIDI, dan MAPI dengan target harga masing – masing Rp 870 per saham, Rp 550 per saham, dan Rp 1.400 per saham. Serta hold saham ACES dengan target harga Rp 500 per saham.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *