Scoot.co.id , JAKARTA — Imbas perang dagang Amerika Serikat dan China yang kembali memanas ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bersifat sementara. Sejumlah saham menjadi pilihan saat kondisi ini berlangsung.
Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menjelaskan ketegangan perang dagang AS-China kembali meningkatkan risiko ketidakpastian global. Akan tetapi, efek langsung terhadap IHSG relatif lebih terbatas dibandingkan sentimen perang tarif sebelumnya.
“Pasar domestik kini jauh lebih resilien karena basis investor lokal yang kuat dan dukungan likuiditas domestik yang tinggi,” kata Ekky, Senin (13/10/2025).
: Efek Perang Dagang AS-China ke IHSG Hanya Sementara, Intip Saham Siap Cuan
Jadi, lanjutnya, meskipun tensi geopolitik memicu gejolak di pasar global tapi reaksi IHSG cenderung bersifat koreksi jangka pendek dan lebih karena faktor sentimen daripada perubahan fundamental ekonomi Indonesia.
Namun, lanjut Ekky, ketidakpastian kebijakan perdagangan dan potensi perlambatan ekonomi global akibat konflik tarif ini tetap bisa menekan sektor-sektor yang sensitif terhadap ekspor dan fluktuasi nilai tukar. Sektor tersebut seperti manufaktur, otomotif, dan elektronik.
: : Mengukur Daya Tahan IHSG Menghadapi Perang Dagang yang Berkecamuk Lagi
Sebaliknya, kata dia, sektor-sektor berbasis komoditas energi dan logam mulia justru berpotensi diuntungkan, mengingat permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas biasanya meningkat di tengah kondisi geopolitik yang memanas.
“Emiten seperti MDKA, BRMS, atau PSAB bisa menjadi salah satu pilihan yang diuntungkan oleh tren harga emas yang naik,” ujar Ekky.
Dari sisi aset, lanjutnya, investor cenderung mencari instrumen yang lebih defensif.
Ekky menilai dalam kondisi seperti ini, safe haven assets seperti emas dan obligasi pemerintah biasanya menjadi pilihan utama karena menawarkan stabilitas nilai di tengah volatilitas pasar saham. Sementara itu, pasar saham domestik tetap menarik untuk jangka menengah.
Secara keseluruhan, tutur Ekky, IHSG mungkin masih akan bergerak fluktuatif dalam jangka pendek. Namun, menurutnya dengan fondasi makro yang solid dan dukungan kuat investor lokal, pasar Indonesia tetap memiliki ketahanan yang cukup baik di tengah ketegangan global.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.