Suku Bunga Turun, Saatnya Borong Saham Consumer Non-Cyclicals!

Scoot.co.id, JAKARTA – Sektor saham consumer non-cyclicals menunjukkan potensi besar sebagai penopang laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), terutama di tengah proyeksi ekonomi nasional yang kurang mentereng. Peluang ini semakin terbuka lebar menyusul keputusan Bank Indonesia yang kembali menurunkan suku bunga untuk mendorong konsumsi masyarakat.

Sektor consumer non-cyclical memang dikenal relatif kebal terhadap fluktuasi kondisi ekonomi. Hal ini dikarenakan produk atau jasa yang ditawarkan merupakan kebutuhan pokok yang akan selalu dibutuhkan masyarakat, baik saat ekonomi sedang tumbuh pesat maupun melambat.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks IDXNONCYC berhasil ditutup menguat signifikan sebesar 1,64% ke posisi 720,92 pada Rabu (20/8/2025). Dari total saham yang tergabung dalam indeks, 73 saham tercatat menguat, sementara 29 saham mengalami pelemahan, dan 29 saham lainnya tetap tidak berubah. Performa IDXNONCYC ini menempatkannya sebagai salah satu indeks sektoral dengan pertumbuhan terbaik, hanya dilampaui oleh IDXPROPERT dan IDXBASIC di antara semua indeks sektoral yang ditutup di zona hijau pada hari tersebut.

Penguatan yang merata di seluruh indeks sektoral tersebut turut mendorong laju IHSG, yang berhasil ditutup menguat 1,03% ke level 7.943,82 pada hari yang sama.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyatakan optimisme terhadap kinerja IDX Non-Cyclical. Ia berharap sektor ini akan terus membaik dan mampu menjadi sektor pendorong utama (leading sector) ke depan. Nafan menjelaskan, “IDX Non-Cyclicals, kalau kita lihat dari sisi indeks keyakinan konsumen, masih di atas level 100, masih optimistis, masih cenderung optimistis terhadap outlook perekonomian ke depan,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (20/8/2025).

Proyeksi ekonomi Indonesia menunjukkan gambaran yang bervariasi. Pada kuartal II/2025, pemerintah merilis data pertumbuhan ekonomi mencapai 5,12%. Namun, berdasarkan data Bloomberg, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diproyeksikan menyusut menjadi 4,9% pada kuartal III/2025 dan kembali turun ke 4,8% di kuartal IV/2025.

Kendati demikian, Nafan menyoroti bahwa investor juga akan mempertimbangkan proyeksi yang dikeluarkan pemerintah. Dalam APBN 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada di kisaran 4,7%-5,0%. Sementara itu, RAPBN 2026 menargetkan pertumbuhan PDB yang lebih ambisius, yakni mencapai 5,4%. Indikator resmi lainnya yang mendukung optimisme adalah Indeks Keyakinan Konsumen pada Juli 2025, yang meningkat menjadi 118,1, dibandingkan 117,8 pada bulan sebelumnya.

Untuk mewujudkan proyeksi pertumbuhan PDB pemerintah yang lebih optimistis dibandingkan lembaga dunia, Nafan menekankan pentingnya peningkatan investasi. Dalam konteks ini, sektor consumer non-cyclicals diharapkan juga dapat meraup keuntungan signifikan. “Karena secara rotasi sektor, IDX non-cyclicals ini bisa jadi semakin improving dan diharapkan ke depan jadi leading sektor,” tambahnya.

Berdasarkan momentum positif tersebut, Nafan merekomendasikan sejumlah saham anggota indeks untuk akumulasi beli. Rekomendasi tersebut meliputi SIDO dengan target harga Rp650, CMRY target harga Rp5.400, MAPA target harga Rp910, GGRM target harga Rp10.650, dan HMSP dengan target harga Rp650.

Dalam perkembangan lain yang mendukung sentimen pasar, Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5%. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan penilaian komprehensif terhadap kondisi makro dan mikroprudensial selama beberapa bulan terakhir.

Pemangkasan ini bukan yang pertama; BI telah menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) total 75 bps sejak awal 2025. Dari posisi 5,75% pada Januari 2025, kini BI Rate berada di level 5,00% pada Agustus 2025. Penurunan ini menandai dimulainya fase pelonggaran kebijakan moneter setelah BI mempertahankan bunga di level tinggi sepanjang tahun 2023—2024. Perlu dicatat, BI Rate 5,00% ini merupakan level terendah sejak November 2022, saat suku bunga berada di 5,25%.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

Sektor saham consumer non-cyclicals diprediksi menjadi penopang IHSG, terutama karena ketahanannya terhadap fluktuasi ekonomi dan didorong oleh penurunan suku bunga BI untuk meningkatkan konsumsi. Indeks IDXNONCYC menunjukkan penguatan signifikan, mengungguli sebagian besar indeks sektoral lainnya, seiring dengan optimisme terhadap outlook perekonomian. Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan akumulasi beli untuk beberapa saham seperti SIDO, CMRY, MAPA, GGRM, dan HMSP.

Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5%, setelah mempertimbangkan kondisi makro dan mikroprudensial. Penurunan ini merupakan bagian dari pelonggaran kebijakan moneter setelah periode suku bunga tinggi, dan menandai level terendah sejak November 2022. Keputusan ini diharapkan dapat semakin mendorong kinerja sektor consumer non-cyclicals dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan melalui peningkatan investasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *