JAKARTA – Setiap jalinan hubungan tak pernah luput dari tantangan, baik itu perbedaan pandangan maupun perasaan yang belum terungkap. Namun, ketika pasangan Anda memiliki avoidant attachment, tantangan ini bisa terasa jauh lebih rumit dan membebani.
Jika Anda mulai merasakan pasangan memperlihatkan gelagat menarik diri atau sulit membangun keintiman emosional yang mendalam, ada kemungkinan mereka memiliki gaya avoidant attachment. Kenali lebih dalam tanda-tanda ini dan temukan strategi efektif untuk menavigasi hubungan dengan pasangan yang memiliki pola keterikatan tersebut.
Apa itu Avoidant Attachment?
Dilansir dari brianamacwiliam.com, avoidant attachment adalah pola keterikatan di mana individu secara otomatis menarik diri secara emosional dalam sebuah hubungan, terutama saat hubungan mulai bergerak menuju tingkat yang lebih serius dan intim. Pasangan dengan gaya keterikatan ini mungkin tampak sangat dekat di awal, namun seiring berjalannya waktu dan kedekatan emosional semakin terjalin, mereka merasa terperangkap atau terbebani, lantas memilih untuk menjaga jarak.
: Tips Cinta, Ini 10 Tanda Pria Tertarik ke Perempuan
Penyebab Avoidant Attachment?
Menurut medicalnewstoday.com, Sabtu (22/3/2025), akar penyebab utama dari gaya keterikatan menghindar ini seringkali bersumber dari pengalaman masa kecil yang formatif. Apabila pengasuh atau orang tua kurang responsif atau tidak hadir secara emosional, anak tersebut belajar untuk menekan atau mengabaikan kebutuhan emosional mereka sendiri. Ketika menghadapi perasaan kesal atau terganggu, mereka cenderung menahan ekspresi perasaan dan belajar untuk mandiri secara berlebihan, kebiasaan yang terus terbawa hingga usia dewasa.
: : Tips Cinta, 13 Tanda Anda Berjuang Sendiri dalam Hubungan
: : Tips Cinta, Cara Nembak Gebetan di Hari Valentine
Bagaimana Cara Menghadapi Avoidant Attachment?
Menghadapi pasangan dengan avoidant attachment memerlukan pendekatan yang hati-hati dan penuh pengertian. Dilansir dari attachmentproject.com, berikut adalah tips yang bisa Anda terapkan untuk membangun hubungan yang lebih sehat:
- Berbicara dengan Lembut
Komunikasi yang penuh kasih sayang dan kelembutan adalah fondasi utama. Hindari nada bicara yang keras atau mengkritik, dan selalu usahakan untuk menyampaikan pikiran Anda dengan lembut agar pasangan merasa aman dan tidak terancam. - Hindari Memberi Rasa Bersalah (Guilt-Tripping)
Jauhkan diri dari upaya membuat pasangan merasa bersalah atas perasaan atau perilaku mereka. Sebaliknya, fokuslah pada bagaimana tindakan mereka memengaruhi Anda, ungkapkan perasaan Anda sendiri tanpa menuduh atau menyalahkan. - Pastikan Sudah Merasa Tenang Saat Berkomunikasi
Sebelum memulai diskusi mengenai masalah sensitif, pastikan Anda berada dalam kondisi emosional yang tenang. Ini akan membantu Anda berbicara dengan lebih jernih, konstruktif, dan menghindari peningkatan ketegangan yang tidak perlu. - Selalu Berpikir Positif dengan Pasangan
Cobalah untuk selalu memandang bahwa pasangan Anda memiliki niat baik, meskipun terkadang tindakan mereka tampak menghindar. Perspektif positif ini akan membantu Anda menjaga keharmonisan dan memupuk rasa saling pengertian dalam hubungan. - Buat Pasangan Merasa Aman
Ciptakan lingkungan yang mendukung dan aman di mana pasangan Anda merasa nyaman untuk membuka diri tanpa takut ditinggalkan, dihakimi, atau direndahkan. Keamanan emosional adalah kunci bagi mereka untuk perlahan-lahan keluar dari pola menghindar. - Jangan Mengkritik Langsung
Ketika ingin menyampaikan perasaan atau ketidaksetujuan, gunakan pernyataan “Saya merasa…” atau “Saya ingin…” daripada “Kamu selalu…” atau “Kamu tidak pernah…”. Pendekatan ini menghindari kesan menyalahkan dan membuka pintu bagi komunikasi yang lebih jujur dan terbuka.
Dengan memahami secara mendalam gaya keterikatan pasangan dan menerapkan langkah-langkah strategis di atas, Anda dapat berupaya membangun sebuah hubungan yang lebih sehat, intim, dan penuh pengertian, meskipun menghadapi tantangan yang ada. (Siti Laela)