Scoot.co.id , JAKARTA — Dua hari usai resmi listing di BEI, saham PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS) akhirnya ditutup melemah 9,34% ke level Rp3.300 pada perdagangan Kamis (25/9/2025). Emiten terafiliasi Garibaldi Thohir itu gagal mengikuti jejak saham CDIA milik Prajogo Pangestu yang sempat mencatatkan auto rejection atas (ARA) berjilid-jilid saat IPO pada awal Juli lalu.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), EMAS ditutup turun 10,99% atau 400 poin ke Rp3.300 per lembar. Meski begitu, di level tersebut saham ini masih mencatatkan return positif, yakni naik 14,58% dibanding harga initial public offering (IPO) yang dipatok Rp2.880 per saham.
Adapun EMAS resmi diperdagangkan di Bursa pada Selasa (23/9/2025). Pada hari pertamanya, saham ini mampu melonjak menyentuh ARA 25% ke level Rp3.600 dari harga IPO. Keesokan harinya, EMAS masih sempat naik tipis 1,11% ke Rp3.640 per saham.
: Saham Merdeka Gold (EMAS) Anjlok Hari Ketiga Listing di BEI
Namun reli itu terhenti. Artinya, EMAS hanya sekali mencatatkan ARA setelah resmi melantai di BEI. Kondisi ini kontras dengan emiten IPO jumbo lain seperti PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) dan PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) yang mampu meraih ARA beruntun dalam beberapa hari.
Sebagai contoh, saham CBDK mencatat ARA enam kali berturut-turut saat IPO pada 13 Januari 2025. Sementara itu, CDIA bahkan mencatatkan lebih dari 10 kali ARA secara beruntun usai resmi tercatat di bursa pada 8 Juli 2025.
: : Performa Saham Emiten Boy Thohir setelah IPO Merdeka Gold (EMAS)
Kendati begitu, capaian EMAS masih lebih baik ketimbang PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk. (YUPI). Saat listing perdana pada 25 Maret 2025, saham YUPI tercatat stagnan di level Rp2.390. Selang sehari berikutnya, emiten permen gummy itu justru melemah 0,42% ke level Rp2.380 per lembar.
Untuk diketahui, Nilai IPO EMAS melampaui tiga IPO jumbo sebelumnya yang dilaksanakan pada tahun ini, yaitu IPO PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) senilai Rp2,37 triliun, IPO PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) senilai Rp2,3 triliun, dan IPO PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk. (YUPI) senilai Rp2 triliun.
: : Bos Merdeka Gold (EMAS): Tambang Emas Pani Mulai Produksi Kuartal I/2026
Dalam penawaran umum perdana saham, EMAS melepas 1,62 miliar saham baru atau setara dengan 10% modal ditempatkan dan disetor penuh. Saham tersebut ditawarkan dengan harga Rp2.880 per saham. Alhasil anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) ini meraup dana segar hingga Rp4,66 triliun.
Meski kinerja keuangan masih mencatatkan kerugian, IPO EMAS tetap mencatat kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 4,62 kali. Kondisi ini menunjukkan optimisme pasar, meskipun secara fundamental perusahaan masih menghadapi tantangan.
Merdeka Gold sendiri masih membukukan rugi dalam beberapa tahun terakhir. Pada kuartal I/2025, rugi bersih mencapai US$9,21 juta, membengkak dibanding periode sama tahun sebelumnya senilai US$4,17 juta. Sepanjang 2024, kerugian bersih tercatat US$12,7 juta, lebih buruk dibandingkan 2023 yang rugi US$6,83 juta.
Dari sisi utang, per 31 Maret 2025, perusahaan memiliki liabilitas sebesar US$280 juta, terdiri atas liabilitas jangka pendek US$77,9 juta dan liabilitas jangka panjang US$202,1 juta.
Sementara itu, dari sisi neraca, total aset perseroan tercatat sebesar US$543,3 juta, naik tipis dari posisi 31 Desember 2024 sebesar US$529,7 juta. Kenaikan aset ini terutama ditopang oleh pertumbuhan liabilitas, yang naik menjadi US$280 juta dari sebelumnya US$256,7 juta. Sebaliknya, ekuitas justru mengalami sedikit penurunan menjadi US$263,3 juta dibandingkan US$273,0 juta pada akhir 2024.
Prospek Saham
Meski kinerja saham dan fundamental masih tertekan, analis memproyeksikan saham EMAS memiliki potensi penguatan dengan target harga Rp5.800 per saham. Valuasi ini mengimplikasikan kenaikan 101% dari harga IPO di Rp2.880.
Analis Trimegah Sekuritas, Alpinus Dewangga, dalam riset terbarunya menilai bahwa pengembangan Proyek Emas Pani di Gorontalo menjadi katalis utama perseroan. Proyek ini memiliki sumber daya 292,4 juta ton atau setara 7 juta ons emas, dengan cadangan 77,5 juta ton atau 1,9 juta ons emas hingga akhir 2024.
“Cadangan dan sumber daya tersebut dihitung dengan asumsi harga emas US$1.650 per ons, sementara harga emas saat ini lebih dari US$3.600 per ons, yang membuka peluang peningkatan sumber daya dan percepatan konversi sumber daya ke cadangan,” ujarnya dalam riset yang dipublikasikan pada Selasa (23/9/2025).
Proyek Pani mencakup Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP-OP) milik PT Puncak Emas Tani Sejahtera (PETS) serta Kontrak Karya milik PT Gorontalo Sejahtera Mining (GSM), dengan kepemilikan efektif 99,99% di keduanya. Alpinus menuturkan, EMAS akan mengombinasikan dua pendekatan pengolahan bijih emas, yakni heap leach (HL) dan carbon in leach (CIL). Kombinasi HL dan CIL ini dinilai mampu meningkatkan pemanfaatan sumber daya dengan mengolah bijih sulfida kadar tinggi maupun bijih oksida kadar rendah secara efisien.
Sementara itu, produksi emas diperkirakan mulai pada kuartal I/2026 setelah pabrik HL selesai dibangun. Fasilitas ini diproyeksikan menghasilkan 79.000 ons emas pada 2026 dan mencapai puncak produksi sekitar 500.000 ons pada 2033.
“Pertumbuhan 2026–2028 juga akan didorong oleh kadar emas yang lebih tinggi, dilanjutkan dengan pengoperasian pabrik CIL Fase 1 berkapasitas 7,5 juta ton per tahun pada 2029, serta percepatan pada 2032 dengan tambahan kapasitas 4,5 juta ton dari pabrik CIL Fase 2,” tutur Dewangga.
Dari sisi kinerja, Trimegah Sekuritas memprediksi pendapatan EMAS akan naik menjadi US$293 juta pada 2026, lalu meningkat ke US$381 juta pada 2027, seiring meningkatnya output produksi. EBITDA diperkirakan naik dari US$180 juta pada 2026 menjadi US$242 juta pada 2027. Adapun laba bersih ditaksir mencapai US$97 juta pada 2026, lalu meningkat ke US$132 juta pada 2027.
“Kami memulai cakupan atas EMAS dengan target harga Rp5.800 per saham. Valuasi dilakukan menggunakan metode DCF [discounted cash flow] dengan umur tambang 16 tahun dari 2026–2041, serta menerapkan WACC nominal 9,6%,” ucap Dewangga.
Selain itu, target harga Rp5.800 per saham mengimplikasikan EV/resources US$838 per ons, atau 79% lebih tinggi dibanding perusahaan emas lain di Indonesia. Hal ini didukung potensi output EMAS yang berpeluang menghasilkan arus kas lebih optimal saat kapasitas produksi puncak tercapai.
Berdasarkan laporan kegiatan kuartalan EMAS, penyelesaian Proyek Pani telah mencapai progres 67% hingga akhir Juni 2025. Manajemen menyampaikan seluruh rekayasa detail dan proses pengadaan sudah selesai.
“Kontraktor di lokasi saat ini mulai melakukan pemasangan infrastruktur pengolahan dan kelistrikan,” ungkap manajemen MDKA dalam laporannya.
Selain itu, fasilitas pelabuhan untuk mendukung logistik juga sudah beroperasi. Pembangunan tangki penyimpanan bahan bakar pun telah rampung guna memastikan kesiapan suplai energi pada tahap operasional.
MDKA memastikan proses komisioning masih sesuai jadwal dan ditargetkan berlangsung pada akhir 2025. Setelah itu, perseroan akan memulai ramp-up produksi dengan target hasil emas perdana pada kuartal I/2026.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.