JAKARTA – Perdagangan pagi hari ini, Kamis (28/8/2025), menunjukkan dinamika bervariasi di bursa saham Asia, seiring investor mencermati perkembangan regional dan global. Pukul 08.21 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang memimpin penguatan dengan naik 0,23% mencapai 42.618,05. Di sisi lain, beberapa indeks utama lainnya justru dibuka melemah, termasuk Hang Seng Hong Kong yang turun 0,68% ke 25.030,54 dan Taiex Taiwan yang melemah 0,37% menjadi 24.430,38.
Kondisi pasar yang beragam ini juga terlihat di Korea Selatan, di mana indeks Kospi berhasil menguat 0,43% ke level 3.200,96. Sementara itu, di Australia, indeks ASX 200 mencatatkan pelemahan tipis 0,09% ke posisi 8.952,5. Namun, sentimen positif kembali terpancar dari pasar Asia Tenggara, dengan indeks FTSE Straits Times Singapura yang menguat 0,06% ke 4.248,3 dan FTSE Malay KLCI Malaysia naik 0,3% menjadi 1.592,69. Pergerakan bervariasi ini sebagian besar disebabkan oleh antisipasi investor terhadap keputusan kebijakan dari Bank of Korea.
Dari lanskap pasar Australia, perhatian tertuju pada produsen tanah jarang, Lynas Rare Earths. Perusahaan ini berencana untuk menggalang dana sekitar A$750 juta, atau setara US$488 juta, melalui penjualan saham. Dana tersebut dialokasikan untuk memperkuat aktivitas pemrosesan dan eksplorasi perusahaan. Lynas akan menerbitkan saham dengan harga A$13,25, yang merupakan diskon sekitar 10% dari harga penutupan terakhir. Sebagai respons atas aksi korporasi ini, perdagangan saham Lynas Rare Earths pun telah dihentikan sementara.
Sementara itu, India kembali menjadi sorotan pasar setelah libur pada hari Rabu (27/8/2025). Tarif sekunder sebesar 25% yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap pengiriman dari India mulai berlaku pada hari yang sama. Kebijakan ini meningkatkan total bea masuk atas ekspor India menjadi 50%. Barclays dalam catatannya menyoroti, “Risiko terhadap pertumbuhan ekonomi India secara alami menjadi lebih nyata.” Ekspor utama India ke AS, seperti mesin listrik serta permata dan perhiasan, menghadapi kenaikan tarif terbesar. Meskipun demikian, para analis Barclays memperkirakan perundingan perdagangan antara delegasi India dan AS akan tetap berlanjut.
Sektor saham chip Asia juga menjadi fokus investor menyusul laporan kinerja keuangan Nvidia. Perusahaan raksasa semikonduktor ini melaporkan laba dan pendapatan yang melampaui ekspektasi pada hari Rabu, seraya memproyeksikan pertumbuhan penjualan kuartal ini akan tetap di atas 50%. Meskipun demikian, saham Nvidia, yang telah melonjak 35% tahun ini setelah hampir berlipat tiga pada tahun 2024, sempat merosot dalam perdagangan yang diperpanjang. Hal ini terjadi karena pendapatan pusat data gagal mencapai estimasi untuk periode kedua berturut-turut, memicu sedikit kekhawatiran di kalangan investor.
Mengiringi pergerakan pasar Asia, sentimen positif datang dari bursa saham Amerika Serikat semalam, di mana ketiga indeks acuan utama ditutup menguat. Indeks S&P 500 mencetak rekor penutupan tertinggi sepanjang masa, naik tipis 0,24% menjadi 6.481,40. Indeks Nasdaq Composite juga ditutup positif dengan kenaikan 0,21% di level 21.590,14, dan Dow Jones Industrial Average menguat 147,16 poin atau 0,32%, mencapai 45.565,23. Kinerja solid Wall Street ini turut memberikan landasan bagi pergerakan pasar global hari ini.