Demo Jakarta Hantam IHSG: Anjlok 180 Poin, Sesi I!

Demo Jakarta Tekan IHSG: Sentimen Negatif dan Respon Pemerintah Jadi Sorotan

Aksi demonstrasi di Jakarta pada Jumat, 29 Agustus 2025, memberikan pukulan telak bagi pasar modal Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas 180,80 poin atau 2,27 persen, menutup sesi I perdagangan di angka 7.771,28. Menurut Hendra Wardana, Founder Stocknow.id, tekanan ini bukan semata-mata berasal dari faktor global, melainkan lebih disebabkan oleh kondisi domestik, khususnya aksi demonstrasi yang menimbulkan ketidakpastian politik.

Pasar modal, yang dikenal sangat sensitif terhadap isu stabilitas, langsung bereaksi. Potensi risiko keamanan mendorong investor asing dan domestik untuk menahan diri, bahkan melepas portofolio demi mengamankan likuiditas. Situasi ini diperparah oleh apa yang dinilai Hendra sebagai respons pemerintah yang kurang tepat. Imbauan Work From Home (WFH) bagi anggota DPR, alih-alih meredakan ketegangan, justru memicu persepsi bahwa pemerintah lebih memilih menjauh daripada mendengar aspirasi rakyat.

“Kebijakan ini menimbulkan persepsi bahwa pemerintah dan wakil rakyat lebih memilih menjauh ketimbang mendengar aspirasi langsung. Padahal, pasar butuh sinyal stabilitas dan kepastian. Dalam ekonomi, persepsi sering kali lebih kuat pengaruhnya dibanding fakta di lapangan,” tegas Hendra. Hal ini, lanjut Hendra, tidak mengherankan menjadi sorotan media internasional. Investor global yang memantau Indonesia melihat eskalasi ketidakpastian politik, yang berujung pada aksi jual di pasar keuangan.

Ancaman pelemahan IHSG di bawah 7.800 poin membuka risiko koreksi yang lebih dalam. Banyak pelaku pasar kini memilih strategi defensif, menunggu kepastian arah kebijakan pemerintah. Meskipun fundamental ekonomi Indonesia masih kuat, jika ketidakpastian terus mengganggu psikologis pasar, pelemahan IHSG sulit dihindari. Hendra mengingatkan bahwa pelaku pasar bekerja berdasarkan sentimen dan ekspektasi. Sekuat apa pun analisis fundamental, jika persepsi investor negatif, tekanan jual akan tetap terjadi. Oleh karena itu, menjaga stabilitas sosial dan politik menjadi kunci untuk menahan pelemahan IHSG yang lebih dalam.

Sebagai informasi tambahan, pada penutupan sesi I perdagangan Jumat (29/08), frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.625.838 kali transaksi, dengan jumlah saham yang diperdagangkan mencapai 33,99 miliar lembar senilai Rp13,31 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 89 saham mengalami kenaikan, 662 saham menurun, dan 49 saham stagnan.

Ringkasan

IHSG mengalami penurunan signifikan sebesar 180,80 poin atau 2,27 persen pada sesi I perdagangan akibat demonstrasi di Jakarta. Kondisi ini memicu ketidakpastian politik dan membuat investor menahan diri atau menjual saham mereka. Sentimen negatif diperparah oleh respons pemerintah yang dianggap kurang tepat, yaitu imbauan WFH bagi anggota DPR.

Persepsi pasar yang negatif terhadap stabilitas politik dan respons pemerintah memicu aksi jual. Ancaman pelemahan IHSG di bawah 7.800 poin membuka risiko koreksi lebih dalam. Investor kini cenderung defensif dan menunggu kepastian arah kebijakan pemerintah, meskipun fundamental ekonomi Indonesia masih dianggap kuat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *