Emas vs Kripto: Mana Investasi Terbaik? Analisis dan Prospek 2024

Scoot.co.id – JAKARTA. Pasar keuangan global menunjukkan kinerja yang memukau dalam satu tahun terakhir, dengan harga emas dan sejumlah aset kripto utama mencatatkan kenaikan signifikan. Para analis memperkirakan bahwa reli ini belum akan berhenti, justru masih menyimpan potensi besar untuk melanjutkan momentum penguatan.

Data dari Trading Economics pada penutupan perdagangan Jumat (17/10/2025) menunjukkan bahwa harga emas spot bertengger di level US$ 4.250 per troi ons. Angka ini merefleksikan lonjakan impresif sebesar 56,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menandakan daya tarik emas sebagai aset safe haven yang tak tergoyahkan.

Menurut Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, dinamika harga emas global dalam satu tahun terakhir sangat dipengaruhi oleh sentimen perang dagang. Setelah kembali dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump secara agresif mencetuskan kembali isu perang dagang, dengan argumen bahwa kebijakan ini dapat mengatasi defisit neraca dagang yang selama ini terjadi.

Selain sentimen perang dagang, perbedaan pandangan antara Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell terkait penurunan suku bunga juga disebut-sebut turut memengaruhi kenaikan harga emas. Ketidakpastian kebijakan moneter ini mendorong investor mencari perlindungan pada aset yang lebih stabil.

“Permintaan emas juga tinggi dari bank sentral yang mencari logam mulia sebagai cadangan devisa,” ungkap Ibrahim saat dihubungi Kontan, Jumat (17/10/2025), menegaskan peran fundamental emas dalam sistem keuangan global.

Perhatikan Strategi Investasi Emas Saat Harga Sedang Tinggi

Ibrahim menambahkan, harga emas Antam yang sekitar 10 bulan lalu masih berada di kisaran Rp 1.700.000 per gram, kini telah melesat mencapai Rp 2.482.000 per gram. Meskipun demikian, ia memperkirakan potensi koreksi harga dalam jangka pendek sebelum kembali menguat, membuka peluang bagi investor yang jeli.

Lebih lanjut, Ibrahim menjelaskan bahwa harga emas juga dipicu oleh sikap Trump yang mengancam akan mengenakan bea impor produk China hingga 100% mulai 1 November mendatang. Ancaman ini langsung dibalas oleh China yang siap menaikkan tarif pelabuhan bagi kapal-kapal AS, memperkeruh ketegangan geopolitik.

Melihat kondisi ini, Ibrahim menyarankan investor untuk membeli emas dan menjadikannya sebagai aset jangka panjang. Prediksinya, harga emas akan terus meningkat, didorong oleh sentimen global yang belum mereda.

“Saya melihat ada peluang harga emas Antam bisa naik ke Rp 3 juta per gram, sangat mungkin tercapai bulan ini,” kata Ibrahim optimistis.

Tidak hanya emas, pasar aset kripto juga menyajikan performa yang tidak kalah impresif. Dalam satu tahun terakhir, aset kripto utama seperti Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), dan Solana (SOL) telah menunjukkan kinerja yang gemilang di tengah dinamika pasar global yang bergejolak.

Berdasarkan data CoinMarketCap, pada akhir perdagangan Jumat (17/10/2025), harga Bitcoin melonjak sekitar 56,35% secara year-on-year (yoy), dari US$ 69.002 menjadi US$ 106.892. Sementara itu, Ethereum menguat 47,11% dari US$ 2.648 ke US$ 3.887, dan Solana tumbuh 20,22% dari US$ 159 menjadi US$ 185.

“Lonjakan harga ini menandakan kebangkitan sentimen positif terhadap pasar kripto setelah fase konsolidasi panjang pada 2022–2023,” ujar Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur kepada Kontan, Minggu (19/10/2025), menyoroti pemulihan kepercayaan investor.

Fyqieh menjelaskan bahwa salah satu pendorong utama pertumbuhan kripto ini adalah masifnya arus dana ke produk ETF kripto, terutama ETF Bitcoin spot yang telah disetujui di berbagai yurisdiksi. Sepanjang tahun 2025, produk ETF global mencatatkan inflow hampir US$ 6 miliar, dengan Bitcoin menyumbang sekitar US$ 3,5 miliar, disusul oleh Ethereum dan Solana.

Lonjakan ini secara jelas menunjukkan peningkatan kepercayaan investor institusional terhadap kripto sebagai aset yang sah dan terukur. Akses investasi yang lebih mudah melalui instrumen reguler seperti ETF turut memperkuat posisi aset digital di mata investor.

Selain faktor ETF, kondisi makroekonomi global juga memberikan dorongan kuat terhadap kenaikan harga aset digital. Ekspektasi penurunan suku bunga acuan di beberapa negara maju, termasuk Amerika Serikat, membuat investor kembali melirik aset berisiko seperti kripto sebagai alternatif yang menarik.

“Dalam konteks inflasi yang masih tinggi dan pelemahan dolar AS, sebagian besar investor memposisikan Bitcoin sebagai alternatif penyimpan nilai (store of value), mirip dengan emas digital,” terang Fyqieh, menggarisbawahi fungsi Bitcoin di tengah ketidakpastian ekonomi.

Bitcoin Butuh Pemicu Baru untuk Hindari Koreksi Lebih Dalam

Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku, mengungkapkan bahwa secara historis, kinerja Bitcoin cukup berkorelasi dengan ketersediaan likuiditas global. Ia menjelaskan bahwa saat suku bunga menurun tanpa ekspansi neraca The Fed, harga Bitcoin cenderung tertahan karena arus dolar ke pasar aset berisiko belum mengalir deras, terlepas dari kondisi keseluruhan pasar yang masih bullish.

Di tengah tekanan ini, The Fed berpotensi kembali melonggarkan kebijakan moneter jika tekanan pendanaan semakin berat, sebuah langkah yang dapat memicu pergerakan signifikan di pasar kripto.

“Jika langkah itu benar terjadi, Bitcoin berpotensi rebound ke kisaran US$ 120.000 – US$ 130.000 di sisa tahun ini, selama data inflasi dan kondisi sistem keuangan mendukung,” ujar Fahmi, Jumat (17/10/2025), memberikan target harga yang ambisius.

Fahmi menambahkan, investor jangka panjang dapat memanfaatkan momentum pelemahan yang ada untuk mengakumulasi aset kripto dengan fundamental kuat atau crypto blue chip seperti Bitcoin dan Ethereum. Investor dapat mengoptimalkan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) untuk mendapatkan harga rata-rata yang lebih baik.

“Strategi DCA ini juga masih relevan untuk dijalankan khususnya mengingat potensi terciptanya level harga tertinggi baru bagi Bitcoin dan Ethereum masih cukup terbuka jika pelonggaran moneter AS terjadi,” pungkasnya, menggarisbawahi pentingnya strategi investasi yang cermat.

Ringkasan

Pasar keuangan global menunjukkan kenaikan signifikan pada harga emas dan aset kripto. Harga emas spot melonjak 56,19% dibandingkan tahun lalu, dipengaruhi oleh sentimen perang dagang dan ketidakpastian kebijakan moneter. Analis menyarankan investor untuk membeli emas sebagai aset jangka panjang, dengan potensi harga emas Antam naik hingga Rp 3 juta per gram.

Aset kripto utama seperti Bitcoin, Ethereum, dan Solana juga menunjukkan performa yang baik. Kenaikan ini didorong oleh arus dana ke ETF kripto dan ekspektasi penurunan suku bunga acuan. Bitcoin diposisikan sebagai alternatif penyimpan nilai, dan investor jangka panjang disarankan menggunakan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) untuk mengakumulasi aset kripto dengan fundamental yang kuat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *