KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan pekan lalu dengan penguatan 0,58% di level 7.533 pada hari Jumat (8/8/2025). Namun, secara kumulatif selama sepekan, IHSG tercatat mengalami koreksi tipis sebesar 0,06%. Bagaimana proyeksi pergerakan IHSG di awal pekan ini?
VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, memperkirakan bahwa IHSG akan bergerak mixed dengan kecenderungan melemah pada hari Senin (11/8/2025). Ia memprediksi rentang pergerakan IHSG akan berada di antara level support 7.470 dan resistance 7.660. Dari sisi teknikal, indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) mengindikasikan bahwa tren pelemahan masih akan berlanjut.
Lebih lanjut, Audi menjelaskan bahwa pasar akan menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk bulan Juli 2025, yang diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 3% secara tahunan (yoy). Data inflasi ini dinilai krusial karena berpotensi menahan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) untuk bersikap terlalu dovish. “Kondisi ini cenderung akan berdampak negatif bagi pasar saham,” ujar Audi kepada Kontan, Minggu (10/8/2025).
Simak Proyeksi IHSG di Awal Pekan Usai Melemah 0,06% dalam Sepekan
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, memproyeksikan level support IHSG pada hari Senin (11/8) akan berada di kisaran 7.428 dan 7.358. Sedangkan untuk level resistance, Nafan memprediksi akan berada di level 7.585 dan 7.659.
Nafan menambahkan bahwa pergerakan IHSG pada pekan depan akan sangat dipengaruhi oleh dinamika implementasi tarif resiprokal AS, serta perkembangan inflasi AS yang akan menjadi perhatian utama, terutama data Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat (Consumer Price Index/CPI).
“Meskipun masih terdapat tekanan inflasi, pelaku pasar tetap optimistis bahwa The Fed berpeluang untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps paling cepat pada bulan September,” jelas Nafan kepada Kontan, Minggu (10/8/2025). Selain sentimen dari luar negeri, pelaku pasar juga akan menantikan data penjualan ritel Indonesia yang diproyeksikan masih akan mencatatkan pertumbuhan.
IHSG Menguat di Tengah Rebalancing MSCI, Analis Ungkap Level Kunci Pekan Depan
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, memberikan pandangan bahwa posisi IHSG saat ini rawan terkoreksi, dengan level support di 7.490 dan resistance di 7.579 pada perdagangan Senin (11/8/2025).
Faktor-faktor yang diperkirakan akan memengaruhi pergerakan IHSG antara lain rilis data inflasi China, pergerakan nilai tukar rupiah, dan harga emas. “Serta aliran dana asing setelah adanya pengumuman rebalancing Morgan Stanley Capital International (MSCI),” kata Herditya kepada Kontan, Minggu (10/8/2025).
Herditya menyarankan investor untuk mencermati beberapa saham pilihan, di antaranya PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON) dengan target harga Rp 79-Rp 82 per saham, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dengan target harga Rp 388-Rp 398 per saham, dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) pada target harga Rp 7.475-Rp 7.700 per saham.
Sementara itu, Audi dari Kiwoom Sekuritas merekomendasikan sejumlah saham pilihan berdasarkan analisis teknikal, antara lain:
1. PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (EXCL)
- Rekomendasi: Trading buy
- Support: Rp 2.540
- Resistance: Rp 2.780
2. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)
- Rekomendasi: Speculative buy
- Support: Rp 2.890
- Resistance: Rp 3.100
Ringkasan
IHSG ditutup menguat 0,58% di level 7.533 pada Jumat (8/8/2025), namun secara mingguan mengalami koreksi tipis 0,06%. Analis memprediksi pergerakan IHSG yang mixed dengan kecenderungan melemah pada Senin (11/8/2025), dipengaruhi oleh rilis data inflasi AS dan dinamika tarif resiprokal AS. Rentang pergerakan IHSG diperkirakan antara support 7.428-7.470 dan resistance 7.585-7.660, tergantung sumber analis.
Beberapa analis merekomendasikan saham-saham tertentu, seperti JKON, PWON, dan AADI dari MNC Sekuritas, serta EXCL dan TLKM dari Kiwoom Sekuritas. Pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh data inflasi China, nilai tukar rupiah, harga emas, dan aliran dana asing pasca rebalancing MSCI. Investor disarankan untuk mencermati faktor-faktor tersebut sebelum berinvestasi.