Scoot.co.id JAKARTA. Secara historis, bulan September kerap menjadi periode yang menantang bagi performa pasar global, termasuk di sektor kripto. Fenomena yang dikenal luas sebagai September Effect ini, menurut analis kripto Reku Fahmi Almuttaqin, seringkali terkait erat dengan pengetatan likuiditas global yang lazim terjadi setelah musim panas.
Fahmi Almuttaqin menjelaskan, bulan September kerap menjadi saksi atas berbagai momentum ekonomi krusial. Ini mencakup rilis data ekonomi penting serta keputusan kebijakan suku bunga dari The Federal Reserve (The Fed) yang dapat memiliki dampak monumental. “Kondisi ini seringkali memicu volatilitas pasar yang signifikan, mendorong para investor untuk mengambil sikap yang lebih konservatif,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Kontan, Selasa (2/9/2025).
Lebih lanjut, akhir September juga menandai penutupan kuartal III. Pada periode vital ini, banyak investor institusional dan manajer investasi sibuk melakukan rebalancing portofolio. Tindakan ini dilakukan baik untuk mengamankan keuntungan (profit-taking) maupun memangkas kerugian (tax-loss selling) sebelum akhir tahun fiskal. “Aktivitas ini biasanya menciptakan tekanan jual yang substansial di pasar,” imbuhnya.
Bitcoin Diprediksi Bergerak Volatil di September 2025, Investor Harus Bagaimana?
Namun demikian, Fahmi Almuttaqin menggarisbawahi bahwa situasi pasar global tahun ini memiliki dinamika yang unik. Hal ini sangat terasa di pasar kripto, khususnya pada Bitcoin dan Ethereum, yang kini mendapatkan dukungan kuat dari gelombang dana institusional. Arus dana ini mengalir melalui instrumen ETF Spot yang secara konsisten menarik minat dari investor-investor besar. “Potensi ini turut memupuk optimisme investor terhadap aset berisiko seperti saham AS dan kripto,” lanjutnya.
Optimisme ini bahkan dapat semakin meningkat apabila The Fed, dalam pertemuan FOMC bulan ini, memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan. Keputusan tersebut berpotensi memberikan dorongan positif bagi pasar.
Menimbang berbagai dinamika tersebut, Fahmi Almuttaqin menyarankan para investor untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan investasi di kripto karena pola musiman hanyalah salah satu dari sekian banyak indikator yang harus dipertimbangkan secara cermat dalam merancang strategi investasi. Ia sangat menganjurkan diversifikasi portofolio, misalnya dengan mengkombinasikan ekuitas saham AS dan aset kripto, sebagai salah satu alternatif yang patut dipertimbangkan.
“Bagi investor yang memiliki profil konservatif atau baru mulai mengeksplorasi pasar kripto, aset-aset dengan kapitalisasi pasar besar seperti Bitcoin, Ethereum, XRP, dan Solana menawarkan opsi yang menarik untuk digali lebih jauh,” tandasnya.
Bitcoin Berpeluang Hijau pada September, Strategi Jangka Pendek Bisa Ditimbang
Ringkasan
Secara historis, bulan September seringkali menjadi periode yang menantang bagi pasar kripto karena fenomena “September Effect” yang disebabkan pengetatan likuiditas global, rilis data ekonomi penting, dan keputusan suku bunga The Fed. Selain itu, akhir September juga menandai penutupan kuartal III yang memicu aktivitas rebalancing portofolio oleh investor institusional, menciptakan tekanan jual di pasar.
Meskipun demikian, pasar kripto saat ini mendapat dukungan kuat dari dana institusional melalui ETF Spot, terutama untuk Bitcoin dan Ethereum, yang memupuk optimisme investor. Analis menyarankan investor untuk mempertimbangkan diversifikasi portofolio dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan investasi, serta mempertimbangkan aset dengan kapitalisasi pasar besar seperti Bitcoin, Ethereum, XRP, dan Solana.