Scoot.co.id , JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat 11 perusahaan yang saat ini masuk ke dalam pipeline penawaran saham perdana ke public (initial public offering/IPO). Sejumlah rumor pun berseliweran soal perusahaan calon IPO, seperti Superbank hingga OT Group.
Berdasarkan data BEI, hingga akhir kuartal III/2025, terdapat 23 perusahaan yang telah IPO dengan total dana yang dihimpun dari IPO mencapai Rp15,1 triliun.
Sementara, masih terdapat 11 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham. Sebelas perusahaan tersebut bakal menyusul 23 perusahaan lain yang sudah listing di BEI sepanjang tahun berjalan 2025, termasuk PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA), PT Indokripto Koin Semesta Tbk. (COIN), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK), serta PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS).
: Ada 11 Perusahaan Siap Go Public Ikuti CDIA, EMAS Cs, BEI Fokus Kualitas IPO
Berdasarkan asetnya, BEI mencatat pipeline IPO diisi oleh calon emiten berskala aset besar (di atas Rp250 miliar) sebanyak 4 perusahaan dan aset menengah (Rp50 miliar—Rp250 miliar) sebanyak 7 perusahaan. Sementara itu, sektor usaha yang mendominasi pipeline IPO ialah industri dasar, industrial, serta transportasi dan logistik.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan BEI berharap 11 perusahaan yang masuk ke dalam pipeline itu bisa menjajal IPO tahun ini. Namun, fokus BEI tidak semata pada percepatan proses listing, melainkan pada persiapan kualitas, agar setiap calon perusahaan tercatat memiliki aspek pemenuhan regulasi dan kepatuhan yang baik.
: : Ini Kata BEI Soal Cuan-Boncos Saham IPO 2025 CDIA, COIN Cs
“Tentunya dalam hal calon perusahaan tercatat dapat memenuhi hal-hal dimaksud dalam sisa tahun ini maka kami berharap perusahaan-perusahaan tersebut dapat menambah pilihan investasi saham bagi investor di Indonesia,” kata Nyoman dalam jawaban tertulis pada beberapa waktu lalu.
Selain pemenuhan persyaratan IPO, BEI senantiasa menekankan bahwa perusahaan yang berhasil tercatat diharapkan tidak hanya mampu melaksanakan IPO dengan sukses, tetapi menjaga kinerja, keberlangsungan usaha, dan kepercayaan investor dalam jangka panjang.
: : Adu Rencana IPO 2025 Vs Realisasi 2024 di BEI, Nilainya Terus Menanjak
Di sisi lain, seiring dengan adanya 11 pipeline IPO di BEI, sejumlah rumor berseliweran terkait ancang-ancang IPO. Terbaru, rumor mencuat soal kabar IPO bank digital Superbank.
Kabar IPO Superbank telah mencuat sejak awal tahun ini. Dilansir dari Bloomberg pada Februari 2025, sumber yang mengetahui rencana IPO Superbank mengatakan bahwa Superbank sedang mempertimbangkan IPO di Bursa dan mengincar dana penjualan saham potensial senilai US$200 juta hingga US$300 juta.
Selain itu, Superbank dikabarkan mengincar valuasi senilai US$1,5 miliar hingga US$2 miliar dalam pencatatan saham perdananya nanti.
Kemudian, rumor tersebut berembus semakin kuat pada akhir bulan lalu di media sosial. Sebuah tangkapan layar berlatar e-IPO menunjukkan bahwa Superbank akan melaksanakan IPO pada pertengahan Oktober 2025 dengan jumlah saham yang ditawarkan 35,88 juta lot atau 20,05% dari total saham. Harga penawaran awal dikabarkan akan berada di level Rp250-Rp300.
Adapun, Superbank merupakan bank digital yang sebelumnya bernama PT Bank Fama International. Kemudian, Bank Fama bertransformasi menjadi bank digital dan berganti nama menjadi Superbank seiring masuknya PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) atau Emtek.
Corporate Communication Head Emtek, Beverly Gunawan mengatakan pihaknya menghargai perhatian publik terhadap rumor yang beredar mengenai Superbank yang bakal melakukan IPO.
“Kami tidak memberikan komentar atas rumor atau spekulasi pasar yang belum terverifikasi,” kata Gunawan dalam keterangan tertulisnya.
Sebelumnya, terdapat kabar-kabar IPO lainnya dari sederet perusahaan. Orang Tua Group atau OT Group misalnya dikabarkan akan IPO pada tahun ini. Namun, Head of Corporate and Marketing Communication Orang Tua Group Harianus Zebua menyampaikan bahwa hingga saat ini belum ada perkembangan signifikan terkait dengan persiapan IPO.
“Saat ini kami masih dalam tahap konsolidasi internal, sehingga belum ada progres yang signifikan,” ujarnya, Senin (28/7/2025).
Entitas afiliasi taipan Prajogo Pangestu pun tak terlepas dari kabar IPO. PT Griya Idola milik PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) misalnya telah dikabarkan akan IPO. Perusahaan ini tercatat memiliki lahan sekitar 1.200 hektare di Subang, serta proyek pengembangan kawasan hunian di Tangerang.
Kendati demikian, Corporate Communication Group Barito Pacific Angelin Sumendap menjelaskan bahwa Griya Idola belum memiliki rencana IPO dan masih mengimplementasikan strategi pengembangan bisnis.
Selain Griya Idola, beredar rumor bahwa perusahaan tambang emas di bawah naungan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) juga akan melantai di bursa.
“Sampai dengan saat ini untuk kedua perusahaan tersebut masih belum ada rencana untuk IPO,” kata Angelin dalam pemberitaan Bisnis.com, 13 Juli 2025.
Lalu, PT Summarecon Investment Property, anak perusahaan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) juga dirumorkan mempertimbangkan langkah IPO. Sejatinya, ini bukan kabar baru karena dalam laporan keuangan SMRA akhir Juni 2024, terdapat pengeluaran sebesar Rp11,13 miliar untuk biaya IPO entitas anak.
Sementara, bank pembangunan daerah (BPD) yakni Bank Jakarta tengah ancang-ancang IPO. Sebelumnya, Direktur Utama Bank Jakarta Agus H. Widodo mengatakan saat ini pihaknya sedang mempersiapkan proses IPO secara internal. Namun, pelaksanaannya akan sangat bergantung pada kondisi pasar saat itu.
“Mungkin awal-awal tahun depan [2026], tapi saya tidak bisa menjanjikan. Pokoknya kalau situasi pasar mendukung, kami siap,” katanya kepada Bisnis.com di sela peluncuran rebranding Bank Jakarta, pada Juni lalu (22/6/2025).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.