BI Rate Turun, Bank Digital Mulai Sesuaikan Bunga Simpanan

Scoot.co.id JAKARTA. Era suku bunga simpanan yang tinggi, yang sebelumnya menjadi magnet bank digital untuk menarik nasabah baru, kini mulai meredup. Tren ini terjadi usai Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuannya menjadi 5% pada Agustus 2025. Penurunan BI-Rate ini merupakan bagian dari total 100 basis poin (bps) sepanjang tahun, diperparah dengan keputusan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) yang juga telah menurunkan tingkat bunga penjaminan sebanyak 50 bps.

Menanggapi dinamika pasar ini, sejumlah bank digital telah mengambil langkah penyesuaian. Salah satunya adalah Line Bank, layanan bank digital milik PT Bank KEB Hana Indonesia, yang akan memulai penyesuaian suku bunga simpanannya efektif 1 September 2025. Dari penelusuran situs resminya, perubahan ini tidak berlaku untuk semua jangka waktu deposito reguler, melainkan hanya pada tenor 1 bulan, serta 7 hingga 12 bulan.

Secara lebih rinci, deposito reguler dengan tenor 1 bulan akan mengalami penurunan dari 6% per tahun menjadi 5,50% per tahun. Sementara itu, deposito reguler dengan tenor 7 hingga 12 bulan juga disesuaikan, turun dari 7,5% per tahun menjadi 6,5% per tahun. Penyesuaian ini mencerminkan adaptasi bank terhadap kondisi ekonomi makro dan kebijakan moneter terkini.

BI-Rate Turun, Bank Mandiri Sesuaikan Suku Bunga Kredit Berbasis Reference Rate

Tidak hanya deposito, penyesuaian suku bunga juga merambah produk simpanan dalam bentuk tabungan di Line Bank. Perubahan ini berlaku untuk sebagian saldo rata-rata nasabah. Sebagai contoh, tabungan dengan saldo rata-rata di bawah Rp 1 juta, yang sebelumnya mendapatkan bunga 1% per tahun, mulai 1 September 2025 tidak akan lagi memperoleh bunga simpanan atau 0%. Sementara itu, untuk tabungan dengan saldo rata-rata di kisaran Rp 1 juta hingga Rp 10 juta, suku bunga turun menjadi 0,5% per tahun dari sebelumnya 1% per tahun.

Chief Personal Banking Officer Hana Bank, Stefen Loekito, menjelaskan bahwa penyesuaian ini mempertimbangkan berbagai faktor krusial, termasuk BI-Rate dan strategi pertumbuhan dana melalui optimasi “hybrid channel”. Ia mengakui bahwa bunga simpanan Line Bank masih berada di atas tingkat bunga penjaminan LPS, yang berarti dana nasabah tidak akan dijamin sepenuhnya oleh LPS jika bank tersebut dilikuidasi di masa mendatang. “Hemat saya nasabah sepertinya sudah melakukan diversifikasi juga dalam penempatan dananya dan membagi porsi penempatan di produk dengan bunga di atas LPS dan yang sesuai LPS,” jelas Stefen kepada KONTAN pada Rabu (27/8/2025). Meskipun demikian, Stefen optimistis Line Bank akan tetap mampu mengakuisisi nasabah baru, dengan fokus utama pada akuisisi secara organik.

Selain Line Bank, PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) juga telah melakukan penurunan suku bunga simpanan. Penyesuaian sebanyak 25 bps telah dilakukan pada kuartal III-2025 untuk nominal tertentu. Direktur Keuangan Bank Raya, Rustarti Suri Pertiwi, atau yang akrab disapa Tiwi, menegaskan bahwa penurunan ini kemungkinan tidak akan berhenti di sini, mengindikasikan bahwa ruang untuk penurunan suku bunga simpanan ke depan masih terbuka lebar.

AGRO Chart by TradingView

Tiwi juga menjelaskan bahwa ruang penurunan suku bunga simpanan tersebut akan mempertimbangkan beberapa faktor penting, di antaranya keseimbangan antara kebutuhan likuiditas, strategi pendanaan, serta kondisi pasar secara keseluruhan. Ia berharap, penurunan suku bunga simpanan ini juga dapat diikuti oleh penyesuaian suku bunga kredit. “Beberapa produk kredit sudah disesuaikan, tergantung kebutuhan di lapangan,” tandasnya, mengonfirmasi bahwa beberapa produk kredit memang telah mengalami penyesuaian.

Di sisi lain, Febri Rusli, Digital Banking Product & Innovation Head SMBC Indonesia, menyatakan bahwa layanan bank digital Jenius juga akan mengikuti tren penurunan suku bunga BI dan LPS. Ia menegaskan bahwa bunga di Jenius umumnya tidak akan melebihi bunga penjaminan LPS. Febri Rusli menambahkan, pihaknya kini tidak lagi terlalu mengandalkan penawaran bunga tinggi untuk menarik nasabah baru. Ia optimistis Jenius mampu mempertahankan kepercayaan nasabah berkat kepemilikan oleh SMBC Indonesia yang kuat. Kendati demikian, ia mengakui adanya beberapa penawaran bunga tinggi, seperti produk simpanan Cash Cow yang dapat menawarkan lebih dari 6% per tahun. “Itu cuma gimmick dan ada periodenya,” ujarnya, menegaskan bahwa penawaran tersebut bersifat sementara dan taktis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *