Scoot.co.id JAKARTA – Mendekati akhir Oktober 2025, pintu peluang meraih keuntungan masih terbuka lebar bagi para investor melalui pembagian dividen interim dari sejumlah emiten. Namun, penting bagi investor untuk tetap mencermati secara seksama kinerja fundamental dari perusahaan-perusahaan yang akan membagikan dividen interim tersebut.
Berdasarkan catatan Kontan, beberapa emiten dari berbagai sektor industri telah menjadwalkan tanggal cum dividen interim mereka antara periode 22 Oktober hingga 30 Oktober 2025. Di antaranya adalah PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) yang akan membagikan dividen interim sebesar Rp 76 per saham pada 22 Oktober.
Sehari berselang, tepatnya 23 Oktober, giliran PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) yang akan melaksanakan cum dividen interim dengan nilai Rp 25 per saham. Kemudian, PT Graha Mitra Asia Tbk (RELF) dijadwalkan melaksanakan cum dividen interim pada 24 Oktober sebesar Rp 0,22 per saham. Sementara itu, pada pekan berikutnya atau 29 Oktober, PT Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA) akan membagikan dividen interim senilai Rp 41 per saham.
Chief Executive Officer (CEO) Edvisor Provina Visindo, Praska Putrantyo, menjelaskan bahwa maraknya pembagian dividen interim belakangan ini merefleksikan optimisme emiten terhadap fundamental keuangan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki arus kas yang solid serta kepercayaan tinggi terhadap prospek bisnisnya di masa mendatang.
Praska menyoroti DVLA sebagai emiten pembagi dividen interim yang cukup prospektif, jika dilihat dari nilai dividen yang ditawarkan dan kondisi fundamental sektor industrinya. “DVLA memiliki asumsi dividen yield sekitar 2,5% atau sedikit di bawah rata-rata emiten sektor kesehatan yaitu 3%, namun ini masih cukup menarik,” ujar Praska pada Selasa (21/10/2025). Meski demikian, perlu dicatat bahwa nilai nominal dividen interim yang dibagikan DVLA tahun ini (Rp 41 per saham) mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2024 yang mencapai Rp 43 per saham.
Selain DVLA, DKFT juga dinilai menjanjikan dengan asumsi dividen yield sekitar 3%, setara dengan rata-rata dividen yield emiten sektor barang baku. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri, mengingat DKFT absen membagikan dividen interim kepada para pemegang sahamnya pada tahun lalu.
Di sisi lain, Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, mengemukakan bahwa aktivitas pembagian dividen interim ini memang bisa menjadi sentimen positif bagi investor. Namun, ia mengingatkan bahwa hal tersebut belum tentu memicu gelombang besar investor untuk mengalihkan investasinya ke emiten-emiten tersebut. “Sebab, dari sisi dividen yield dan juga nominal dibandingkan dengan harga saat ini juga terbilang kecil,” jelas Ekky pada Selasa (21/10/2025).
Secara historis, harga saham emiten penebar dividen cenderung mengalami kenaikan menjelang tanggal cum dividen, diikuti potensi koreksi wajar setelahnya. Ekky memperkirakan, setelah cum dividen, pergerakan harga saham akan kembali menyesuaikan ekspektasi kinerja fundamental perusahaan. Oleh karena itu, para investor diimbau untuk tetap selektif dan tidak hanya tergiur oleh dividen semata. Apalagi, ketika rencana pembagian dividen interim diumumkan dengan nominal yang menarik, harga saham emiten yang bersangkutan biasanya sudah lebih dahulu bergerak naik. “Penting bagi investor untuk memperhatikan kualitas emiten dari sisi laba, utang, dan prospek bisnis, bukan hanya jumlah dividen,” imbuh Ekky.
Praska menambahkan, investor perlu melakukan analisis mendalam terhadap kondisi fundamental dan valuasi saham sebelum memutuskan berinvestasi pada emiten pembagi dividen. Selain itu, penentuan timing entry yang cermat juga krusial, misalnya masuk sebelum cum date atau ketika harga saham sedang rendah untuk potensi perolehan dividen yield yang lebih tinggi. Dari daftar emiten pembagi dividen interim, Praska merekomendasikan saham DVLA dengan target harga di level Rp 1.700 per saham dan DKFT dengan target Rp 800 per saham.
Secara spesifik, DKFT menjadi pilihan menarik berkat kinerja kuartal III-2025 yang impresif. Saham DKFT bahkan berpeluang kembali menguji level resistensi yang tinggi setelah sebelumnya sempat mencapai area Rp 900 per saham, menunjukkan momentum positif yang patut dicermati investor.