Scoot.co.id NEW YORK. Wall Street mengakhiri sesi perdagangan dengan kinerja yang bervariasi, namun indeks Dow Jones berhasil memimpin penguatan. Daya tarik utama bagi investor adalah serangkaian laporan laba yang solid dari sektor industri dan barang modal, mendorong optimisme di sebagian besar pasar.
Pada Selasa (21/10/2025), indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 218,16 poin atau 0,47% mencapai 46.924,74. Sementara itu, indeks S&P 500 hanya menguat tipis 0,22 poin atau 0,00%, menutup perdagangan pada level 6.735,35, yang berarti nyaris stagnan. Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite yang sarat saham teknologi melemah 36,88 poin atau 0,16% menjadi 22.953,67, terseret oleh pelemahan saham-saham pertumbuhan dan microchip.
Secara sektoral, di antara 11 sektor utama pada indeks S&P 500, sektor konsumsi diskresioner dan industri menjadi motor penggerak penguatan. Sebaliknya, sektor utilitas mencatatkan persentase penurunan terbesar pada sesi tersebut. Situasi ini mencerminkan kondisi pasar saham AS yang penuh kehati-hatian, seperti yang diungkapkan Michael Green, kepala strategi di Simplify Asset Management di Philadelphia. Menurutnya, “Kita berada di titik yang agak ragu-ragu, di mana tidak ada yang merasa yakin tentang apa pun,” yang terefleksi pada berkurangnya reaksi terhadap kejutan pendapatan.
Wall Street Dibuka Nyaris Stagnan, Investor Cermati Laporan Keuangan Emiten
Musim laporan kinerja kuartal ketiga kini telah mencapai puncaknya, dengan sejumlah perusahaan raksasa seperti General Motors, GE Aerospace, 3M, dan Coca-Cola membukukan hasil yang umumnya optimis. Meskipun demikian, dengan indeks-indeks saham utama AS yang mendekati rekor tertinggi dan valuasi yang meluas, hasil yang positif saja mungkin belum cukup untuk mempertahankan selera risiko para investor.
Green menjelaskan lebih lanjut, “Pendapatan lebih baik dari yang diharapkan karena perusahaan terus memperoleh sedikit keuntungan dalam hal margin, yang menunjukkan bahwa (perusahaan) harus melewati tarif atau membebankan tarif kembali kepada importir.” Ia menambahkan bahwa “tidak ada yang mengejutkan hari ini yang menunjukkan adanya opini kuat yang diungkapkan di mana pun,” mengindikasikan bahwa pasar mencari katalis yang lebih substansial.
Beberapa saham yang menonjol adalah General Motors, yang menaikkan proyeksinya dan berhasil meredam dampak tarif yang diantisipasi, sehingga sahamnya melonjak 14,9% pada sesi ini. Demikian pula, saham Coca-Cola naik 4,1% didorong oleh permintaan konsumen yang kuat yang melampaui perkiraan. Produsen terdiversifikasi 3M juga mencatat kenaikan 7,7% setelah meningkatkan proyeksi setahun penuhnya, didukung oleh fokus pada produk dengan margin lebih tinggi dan pengendalian biaya yang ketat.
Sektor kedirgantaraan dan pertahanan juga menunjukkan kinerja yang kuat. Saham Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan RTX semuanya menaikkan proyeksi mereka, diuntungkan oleh permintaan yang tinggi untuk mesin perang. Hasilnya, indeks S&P 1500 Aerospace/Defense menguat 1,9%. Di sisi lain, saham Netflix mengalami penurunan 5,8% dalam perdagangan lanjutan setelah perusahaan streaming tersebut gagal memenuhi target pendapatannya, menunjukkan bahwa kinerja yang kurang memuaskan dapat memicu reaksi negatif yang signifikan.
Hingga saat ini, 78 perusahaan pada indeks S&P 500 telah merilis kinerjanya, dengan 87% di antaranya melampaui ekspektasi Wall Street. Analis kini memproyeksikan pertumbuhan laba agregat S&P 500 di kuartal ketiga sebesar 9,2% secara tahunan (yoy), lebih tinggi dari estimasi sebelumnya yang sebesar 8,8% pada 1 Oktober, menurut data LSEG. Minggu ini, laporan keuangan penting dari Tesla, IBM, Procter & Gamble, dan Intel juga akan dirilis, menjadi sorotan bagi investor.
Dalam berita korporat lainnya, saham Warner Brothers Discovery melonjak setelah perusahaan tersebut mengumumkan sedang mempertimbangkan penjualan langsung, dengan alasan adanya minat dari beberapa calon pembeli dalam perombakan media terbaru. Di penghujung sesi, dewan direksi juga menolak tawaran dari Paramount Skydance, yang menyebabkan saham perusahaan tersebut melonjak 11,0%.
Di tengah dinamika pasar, penutupan pemerintah yang kini memasuki minggu ketiga telah membuat para investor, ekonom, dan pembuat kebijakan kehilangan akses terhadap data resmi. Kondisi ini mempersulit upaya Federal Reserve (The Fed) yang sangat bergantung pada data dalam menentukan kebijakan. Meskipun demikian, jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom menunjukkan bahwa bank sentral diperkirakan akan menerapkan dua kali penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada akhir tahun, meskipun masih ada perbedaan pendapat mengenai arah kebijakan The Fed pada tahun 2026.
Ada BMRI & BBNI, Cek Saham yang Banyak Dijual Asing Saat IHSG Melesat, Selasa (21/10)
Faktor geopolitik juga turut memengaruhi sentimen pasar. Presiden AS Donald Trump menyampaikan nada positif terkait perdagangan AS-China, menyatakan harapannya untuk mencapai “kesepakatan yang adil” dengan Presiden China Xi Jinping, sambil meredakan ketegangan terkait Taiwan. Pasar akan terus mencermati pertemuan antara Trump dan Xi di sela-sela KTT ekonomi minggu depan di Korea Selatan, yang berpotensi memberikan arah lebih lanjut bagi hubungan perdagangan global.