Scoot.co.id JAKARTA. Di tengah gejolak isu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, harga saham emiten rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) justru menunjukkan lonjakan signifikan pada penutupan perdagangan Senin (8/9/2025). Pertanyaan krusial pun muncul bagi para investor: apakah momen ini tepat untuk membeli atau menjual saham GGRM?
Pada perdagangan Senin (8/9) tersebut, saham GGRM berhasil ditutup melambung 12,5% mencapai level Rp 9.900 per saham. Kinerja impresif ini bahkan menjadikannya menguat hingga 16,13% dalam rentang waktu sepekan.
Fenomena penguatan harga saham rokok ternyata tidak hanya terjadi pada GGRM. Emiten rokok lain, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), juga turut mengalami kenaikan signifikan, menanjak 17,76% ke posisi Rp 630. Bahkan, secara mingguan, saham HMSP tercatat melesat lebih tinggi, yakni 21,15%.
Inilah Rencana Skema Kompensasi Wuling Binguo EV Akibat Penurunan Harga
Namun, di balik kegemilangan harga saham GGRM, perusahaan sedang menghadapi sorotan tajam terkait isu PHK massal. Kabar PHK di Gudang Garam ini mencuat akibat kinerja perusahaan yang terus menunjukkan tren penurunan. Seperti diberitakan Kompas.com, isu ini bermula dari sebuah video pendek yang viral di media sosial, menampilkan suasana haru perpisahan para pekerja yang disebut-sebut terdampak PHK, saling berjabat tangan, berpamitan, dan berpelukan.
Kendati video tersebut telah menyebar luas, belum ada konfirmasi resmi mengenai keabsahan atau kapan video tersebut direkam. Pihak Gudang Garam sendiri hingga kini belum memberikan pernyataan resmi terkait kabar PHK yang beredar.
Tekanan pada kinerja keuangan PT Gudang Garam Tbk bukan tanpa alasan. Penjualan rokok perusahaan terus mengalami kemerosotan, dipicu oleh berbagai faktor seperti kenaikan cukai rokok dan maraknya peredaran rokok ilegal. Meskipun perusahaan rokok raksasa asal Kediri ini belum sampai mencatat kerugian, laba yang dibukukan mengalami penurunan drastis.
Inilah Lokasi SPBU Di Tangerang, Cilegon, Serang yang Masih Jual Shell Super
Data menunjukkan, pada tahun 2023, Gudang Garam masih mampu membukukan laba sebesar Rp 5,32 triliun. Namun, hanya setahun berselang, di tahun 2024, laba perusahaan anjlok tajam menjadi Rp 980,8 miliar, merepresentasikan penurunan signifikan sebesar 81,57%.
Tren penurunan ini berlanjut. Untuk semester I tahun 2025, Gudang Garam bahkan hanya melaporkan laba sebesar Rp 117 miliar, menunjukkan tantangan berat yang masih dihadapi perusahaan.
Padahal, selama belasan tahun lamanya, Gudang Garam dikenal sebagai raksasa industri rokok yang selalu masuk dalam daftar perusahaan paling menguntungkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan keuntungan fantastis mencapai triliunan rupiah setiap tahun. Perusahaan ini dahulu menjadi primadona investor berkat pembagian dividen yang selalu tinggi, meskipun harga sahamnya relatif premium.
Menggambarkan masa kejayaannya, pada tahun 2019, harga saham Gudang Garam di pasar modal bahkan pernah menyentuh angka hampir Rp 90.000 per lembarnya.
Sebelum isu PHK ini mencuat, GGRM tercatat telah melakukan pembayaran dividen kepada para investor senilai Rp 500 per saham.
Pembayaran dividen oleh salah satu produsen rokok terbesar ini dijadwalkan pada 23 Juli 2025.
Tonton: Target Berantas Tambang Ilegal, DPR Minta Ditjen Gakkum ESDM Buat Peta Jalan
Rekomendasi saham GGRM
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menganalisis bahwa penguatan harga saham rokok belakangan ini tidak terlepas dari faktor pergantian Menteri Keuangan. Pasar merespons positif potensi kebijakan cukai rokok yang lebih longgar di bawah kepemimpinan Menkeu baru, Purbaya Yudhi Sadewa, dibandingkan era Sri Mulyani yang dikenal dengan kebijakan cukai yang ketat.
“Sebelumnya, Sri Mulyani dikenal sangat pro terhadap kebijakan cukai rokok yang ketat. Kini, pasar akan mencermati sejauh mana Menteri Keuangan baru dapat memberikan fleksibilitas kebijakan,” jelas Nafan kepada Kontan, Senin (8/9).
Pendapat senada juga disampaikan oleh Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, yang menyatakan bahwa dinamika reshuffle kabinet telah berhasil meredakan kekhawatiran pasar terkait potensi kenaikan cukai rokok.
Melihat sentimen positif ini, Nafan merekomendasikan akumulasi beli saham GGRM dengan target harga Rp 10.650 per saham.