Scoot.co.id – JAKARTA. Harga perak dunia kembali mengalami koreksi signifikan pada perdagangan Senin (27/10/2025). Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 21.40 WIB, harga perak spot berada di level US$ 46,33 per ons troi. Angka ini menandai penurunan sebesar 4,7% dari posisi akhir pekan lalu yang mencapai US$ 48,62 per ons troi.
Pelemahan harga perak ini terutama dipicu oleh perkembangan positif dalam negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kemajuan ini secara langsung mengurangi daya tarik terhadap aset safe haven seperti perak dan emas. Harapan akan tercapainya kesepakatan perdagangan pada pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang dijadwalkan pekan ini mendorong pelaku pasar untuk melakukan aksi ambil untung (profit-taking) setelah reli tajam sebelumnya.
Perak Berusaha untuk Rebound Pasca Koreksi di Awal Pekan
Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa penurunan harga perak dalam beberapa hari terakhir memang dominan disebabkan oleh meredanya ketegangan dagang global. “Harga perak memang masih terus mengalami pelemahan. Salah satu penyebabnya adalah kemungkinan besar Amerika dan China akan ada deal-deal untuk perang dagang,” ujar Ibrahim kepada Kontan.co.id pada Senin (27/10/2025).
Ibrahim menambahkan, hasil pertemuan pejabat setingkat menteri pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Malaysia, yang kemudian menghasilkan rencana pertemuan lanjutan di KTT APEC Korea Selatan, membuat pasar mengantisipasi adanya perbaikan hubungan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia itu. “Informasi ini membuat memanasnya perang dagang sedikit mereda sehingga harga perak kembali mengalami pelemahan,” jelasnya.
Kendati saat ini bergerak di kisaran US$ 46 per ons troi, Ibrahim menilai prospek harga perak hingga akhir tahun masih cukup menjanjikan. Sentimen positif ini terutama datang dari ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar dari bank sentral Amerika. Ia memperkirakan The Federal Reserve masih berpeluang menurunkan suku bunga acuan dalam beberapa bulan ke depan, yang berpotensi menjadi katalis kuat bagi penguatan harga perak.
Menurut Ibrahim, harga perak berpotensi menguji kembali level US$ 54 per ons troi, bahkan bisa menembus US$ 55 per ons troi jika pemangkasan suku bunga benar-benar terealisasi. “Masih ada sentimen positif karena Bank Sentral Amerika masih akan menurunkan suku bunga di bulan Oktober, November, dan Desember. Ini akan membuat harga perak terus mengalami kenaikan,” tutur Ibrahim. Ia memproyeksikan kisaran pergerakan harga perak di akhir tahun berada pada US$ 50,19–US$ 55 per ons troi, dengan kecenderungan menguat seiring berlanjutnya tren penurunan suku bunga The Fed.
Harga Emas Melemah Usai Rekor, Perak Turut Terkoreksi dari Puncaknya
Sementara itu, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai volatilitas harga perak dalam sepekan terakhir masih terbilang wajar setelah mengalami kenaikan tajam sepanjang tahun ini. “Sepekan terakhir, perak cukup volatile, menurun tajam mengikuti emas oleh ekspektasi meredanya tensi dagang China–AS, namun hal itu wajar mengingat kenaikan yang sangat tajam setahun ini,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (27/10/2025).
Menurut Lukman, berbeda dengan emas yang cenderung lebih sensitif terhadap sentimen tarif perdagangan, perak memiliki peran ganda yang unik sebagai logam industri. Oleh karena itu, meredanya tensi dagang justru tidak terlalu membebani harga perak seperti halnya emas. Ia menambahkan, secara historis, rasio harga emas terhadap perak berada di kisaran 1:50, yang mengindikasikan bahwa valuasi perak saat ini masih relatif murah jika dibandingkan dengan emas.
Harga Emas, Perak, dan Tembaga Meroket Pecahkan Rekor Tertinggi
Lukman memperkirakan harga perak akan stabil di sekitar US$ 50 per ons troi hingga akhir tahun. Prediksi ini didukung oleh potensi pemangkasan suku bunga The Fed, yang dipercaya akan memberikan dorongan positif berkelanjutan bagi pasar komoditas, termasuk perak.