IHSG Hari Ini: Prediksi, Rekomendasi Saham Jelang BI Rate

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan keputusan penting terkait suku bunga acuannya pada 22 Oktober 2025. Menjelang pengumuman tersebut, konsensus pasar secara luas memperkirakan BI rate akan dipangkas sebesar 25 basis poin (bps), membawa suku bunga menjadi 4,5%.

Keputusan kebijakan moneter BI ini diperkirakan akan menciptakan riak signifikan di pasar saham Indonesia. Abida Massi Armand, Fundamental Analyst dari BRI Danareksa Sekuritas, menganalisis bahwa jika Bank Indonesia benar-benar menurunkan suku bunga sesuai ekspektasi konsensus, pasar saham domestik akan merespons dengan sangat positif.

Potensi penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan bisa menembus kembali level psikologis 8.000 dan melanjutkan momentumnya hingga mencapai target resistensi 8.150. Optimisme ini didorong oleh harapan akan peningkatan volume kredit dan likuiditas di pasar.

IHSG Menguat 2,19% ke 8.088 pada Senin (20/10), UNVR, BBTN, MAPA Top Gainers LQ45

Namun, skenario lain juga diperhitungkan. Apabila BI memutuskan untuk menahan suku bunga di level 4,75%, pasar kemungkinan akan bereaksi netral cenderung melemah ringan. Hal ini disebabkan ekspektasi pemangkasan suku bunga telah terlanjur di-price in oleh pelaku pasar.

Di sisi lain, jika Bank Indonesia justru mengambil langkah yang lebih agresif dengan menaikkan suku bunga menjadi 5,00%, Abida memprediksi pasar saham berpotensi mengalami koreksi tajam. Kekhawatiran akan stabilitas rupiah dan risiko outflow dana asing menjadi pemicu utama reaksi negatif tersebut.

Dari perspektif teknikal, Abida menjelaskan bahwa IHSG memiliki support utama yang kuat di rentang 7.950–7.990. Sementara itu, support menengah berada di 7.200–7.250, yang akan menjadi batas bawah krusial jika koreksi pasar berlanjut.

Untuk sisi atas, resistensi krusial IHSG terletak di 8.000–8.025. Target optimistis di 8.150 akan menjadi konfirmasi kembalinya tren bullish jangka menengah, asalkan level tersebut berhasil ditembus dan bertahan secara stabil.

Sektor yang Diuntungkan

Pemangkasan BI rate, menurut Abida, akan menjadi katalis positif yang signifikan bagi sektor perbankan dan properti, dua sektor yang sangat sensitif terhadap perubahan biaya dana. Dampak ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kinerja emiten di kedua sektor tersebut.

Secara lebih spesifik, bank-bank besar seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berpotensi mencatat peningkatan Net Interest Income (NII) seiring dengan kenaikan volume kredit. Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) akan merasakan keuntungan dari penurunan suku bunga KPR yang diperkirakan dapat mendongkrak penjualan rumah.

Selain perbankan dan properti, sektor ritel dan otomotif juga diperkirakan akan menerima dorongan positif. Penurunan suku bunga pinjaman akan meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan memicu konsumsi dan penjualan di kedua sektor ini.

“Efeknya bagi kinerja emiten cukup signifikan karena penurunan BI rate menurunkan Cost of Fund (CoF) dan memperluas margin laba bersih,” jelas Abida kepada Kontan, Senin (20/10/2025).

Bagi sektor riil, suku bunga yang lebih rendah secara langsung meningkatkan daya tarik untuk mengambil kredit ekspansi atau modal kerja. Dengan demikian, keputusan Bank Indonesia kali ini berpotensi mempercepat siklus investasi korporasi dan turut memperkuat pemulihan ekonomi domestik melalui penyaluran kredit baru dari perbankan.

Intip Laju IHSG di Tengah Sentimen Pengumuman Suku Bunga Acuan Bank Indonesia

Arus Dana Asing

Tidak hanya itu, Abida juga menilai bahwa aliran dana asing berpeluang besar untuk kembali masuk ke pasar domestik. Ini menjadi kabar baik setelah sebelumnya mencatat outflow sebesar Rp 16,6 triliun menjelang keputusan BI.

Pemangkasan suku bunga yang sejalan dengan tren pelonggaran kebijakan moneter global, khususnya ekspektasi rate cut dari The Fed, akan meningkatkan minat investor terhadap aset berisiko di Indonesia. Dengan inflasi yang terkendali di 2,65% dan BI Rate di 4,50%, spread riil yang positif tetap menjadi daya tarik untuk carry trade, terutama jika stabilitas nilai tukar rupiah dapat terjaga.

“Jika keputusan BI sesuai ekspektasi pasar, sentimen positif ini akan memperkuat arus masuk dana asing ke saham-saham blue chip perbankan dan mempercepat pemulihan IHSG yang sempat melemah sepekan terakhir,” tambahnya, menegaskan potensi penguatan pasar yang lebih solid.

Sebaliknya, jika Bank Indonesia memilih untuk menahan atau bahkan menaikkan suku bunga, persepsi risiko di mata investor asing akan meningkat. Kondisi ini bisa memicu kelanjutan outflow dana asing dalam jangka pendek, menciptakan tekanan pada pasar.

Saham BBTN Memimpin Penguatan Saham Bank Hari Ini, Senin (20/10/2025)

Rekomendasi Saham

Dalam menyikapi potensi pergerakan pasar, Abida merekomendasikan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan target harga Rp 11.900 per saham, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) dengan target harga Rp 1.400 per saham.

Sementara itu, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) direkomendasikan hold. Hal ini dikarenakan valuasi kedua saham tersebut telah mendekati atau bahkan melampaui rata-rata historisnya, menunjukkan potensi kenaikan yang terbatas dalam waktu dekat.

“Secara keseluruhan, keputusan pemangkasan BI Rate menjadi katalis utama revaluasi sektor perbankan menuju PBV (Price to Book Value) mean lima tahun mereka, sekaligus peluang akumulasi strategis menjelang potensi penguatan IHSG di atas 8.000,” pungkasnya, memberikan pandangan optimis terhadap prospek pasar saham ke depan.

Ringkasan

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mengumumkan pemangkasan BI rate sebesar 25 bps menjadi 4,5% pada 22 Oktober 2025. Analis memprediksi pasar saham akan merespons positif jika BI benar menurunkan suku bunga, bahkan berpotensi menembus level 8.000 dan mencapai resistensi 8.150, terutama pada sektor perbankan dan properti.

Namun, jika BI menahan suku bunga, pasar kemungkinan akan bereaksi netral, dan jika menaikkan suku bunga, pasar berpotensi mengalami koreksi tajam. Saham BBCA direkomendasikan dengan target harga Rp 11.900, dan BBTN dengan target harga Rp 1.400, sementara BRIS dan BTPS direkomendasikan untuk hold.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *