Scoot.co.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Jumat (29/8) dengan pelemahan signifikan, merosot 121,5 poin atau 1,53 persen, mencapai level 7.830. Penurunan ini terjadi di tengah hiruk pikuk demonstrasi yang mengepung Jakarta di sejumlah titik, menambah sentimen negatif di pasar modal.
Menurut data dari RTI Business, pergerakan IHSG pada hari itu dibuka menguat di posisi 7.899 sebelum kemudian anjlok ke level terendah harian di 7.765. Meskipun sempat mencapai level tertinggi 7.913, momentum positif tidak mampu bertahan. Aktivitas perdagangan juga terpantau tinggi dengan volume transaksi mencapai 51.404 miliar saham, nilai transaksi tembus Rp 22.651 triliun, dan frekuensi transaksi tercatat sebanyak 2.504.536 kali. Dalam sesi perdagangan tersebut, hanya 122 saham yang menguat, sementara mayoritas, yakni 610 saham, melemah, dan 70 saham lainnya stagnan.
Kondisi pasar yang memerah ini telah dianalisis oleh Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi. Ia menyampaikan bahwa pelemahan IHSG dan rupiah secara keseluruhan dipicu oleh ketegangan politik di tanah air pasca demonstrasi yang terjadi sehari sebelumnya, Kamis (28/8). Awalnya, aksi unjuk rasa di siang hari berlangsung relatif damai, namun suasana kemudian memburuk drastis saat sore hari hingga berujung pada kekacauan.
Ibrahim menyoroti satu insiden krusial yang makin memanaskan situasi, yakni ketika salah satu demonstran dari Gojek terlindas kendaraan taktis Baracuda milik Brimob. “Ini yang membuat ketegangan tersendiri bagi masyarakat di sekitarnya. Sehingga kematian dari demonstran ini membuat pasar kembali bergemuruh,” jelas Ibrahim kepada JawaPos.com, Jumat (29/8).
Dengan mempertimbangkan sentimen internal yang memanas tersebut, Ibrahim Assuaibi menargetkan bahwa IHSG berpotensi anjlok lebih dalam hingga 3 persen sampai akhir perdagangan pukul 16.00 WIB, atau mencapai level 7771,29. Ia menegaskan bahwa penurunan ini, meskipun signifikan, bersifat sementara. Kejutan pasar yang dipicu oleh kematian demonstran tersebut menimbulkan efek yang luar biasa, tidak hanya bagi pasar dalam negeri tetapi juga turut berdampak pada pasar internasional.
Meski demikian, Ibrahim optimis bahwa ada kemungkinan besar IHSG akan kembali bergerak normal pada pekan depan. Ia bahkan melihat kondisi IHSG yang memerah saat ini sebagai momen krusial bagi para investor untuk melakukan pembelian terhadap saham-saham yang telah jatuh ke harga rendah. “Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan inilah kesempatan bagi para investor untuk melakukan pembelian terhadap saham-saham pada saat harga terendah,” pungkasnya, memberikan panduan strategis di tengah gejolak pasar.
Ringkasan
IHSG mengalami penurunan signifikan pada Jumat (29/8), merosot 1,53 persen ke level 7.830. Pelemahan ini dipicu oleh demonstrasi yang terjadi di Jakarta, menambah sentimen negatif di pasar modal. Volume transaksi tercatat tinggi, mencapai 51.404 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 22.651 triliun.
Menurut pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, penurunan IHSG dan rupiah disebabkan oleh ketegangan politik pasca demonstrasi, terutama insiden demonstran Gojek yang terlindas kendaraan taktis. Meskipun IHSG berpotensi terus melemah, Ibrahim optimis pasar akan kembali normal pada pekan depan dan melihat penurunan ini sebagai kesempatan bagi investor untuk membeli saham dengan harga rendah.