IPO Lesu, Bisnis Penjaminan Emisi Sekuritas Terancam?

Scoot.co.id JAKARTA. Aktivitas penawaran umum perdana saham (IPO) di bursa efek sepanjang tahun ini masih menunjukkan kelesuan yang signifikan. Sejak awal Januari hingga awal September, tercatat hanya 22 emiten baru yang berhasil melantai di bursa. Angka ini menyisakan jurang yang lebar dari target ambisius Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memproyeksikan 66 emiten baru hingga akhir tahun 2025.

Kondisi ini, menurut Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (RELI), Reza Priyambada, secara langsung berdampak pada bisnis penjaminan emisi sekuritas. Ia menjelaskan bahwa keputusan sebuah perusahaan untuk menggelar IPO tidak semata-mata didasarkan pada target BEI, melainkan merupakan kalkulasi strategis. “Perusahaan mau IPO itu kan gak mudah ya. Mereka harus lihat momennya. Bukan hanya hari ini butuh dana lalu ujug-ujug gelar IPO dan langsung dapat dana,” terang Reza kepada Kontan, Senin (8/9/2025), menggarisbawahi kompleksitas di balik setiap keputusan melantai di bursa.

Lebih lanjut, Reza menguraikan bahwa perusahaan harus cermat menimbang berbagai aspek fundamental. Ini mencakup evaluasi kebutuhan operasional, apakah ekspansi memerlukan suntikan modal tambahan, atau justru bisa ditopang oleh dana internal maupun fasilitas pinjaman. Di samping itu, faktor eksternal tak kalah krusial; perusahaan perlu memperhatikan momentum pasar modal. “Jangan sampai IPO di saat market sedang bearish atau momennya negatif karena tidak akan bisa terjual secara optimal,” imbuhnya, menekankan pentingnya waktu yang tepat demi meraih valuasi terbaik.

Implikasi dari minimnya minat IPO ini sangat terasa pada sektor jasa penjaminan emisi. Permintaan terhadap fasilitas IPO yang ditawarkan oleh perusahaan sekuritas mengalami tekanan serius, mengakibatkan penurunan volume bisnis yang signifikan. Situasi ini menunjukkan bahwa pasar yang tidak kondusif menghambat laju korporasi untuk mencari pendanaan melalui jalur ekuitas.

Kondisi ini menciptakan persaingan ketat di tengah pasar yang melambat. Reza menyimpulkan, “Bayangkan saja, dari 90-an perusahaan sekuritas berebut menawarkan jasa penjaminan emisi, sementara demand-nya turun karena kondisi makroekonomi. Tentu tidak semua sekuritas bisa menikmati bisnis IPO ini.” Hal tersebut mengindikasikan bahwa hanya perusahaan sekuritas dengan strategi yang adaptif dan jaringan kuat yang mampu bertahan di tengah lesunya pasar modal saat ini.

Ringkasan

Aktivitas IPO di bursa efek masih lesu dengan hanya 22 emiten baru yang melantai hingga awal September, jauh dari target BEI sebanyak 66 emiten. Kondisi ini berdampak langsung pada bisnis penjaminan emisi sekuritas, karena keputusan IPO perusahaan sangat bergantung pada momen dan kalkulasi strategis, bukan hanya target bursa.

Minimnya minat IPO menekan permintaan jasa penjaminan emisi dan menurunkan volume bisnis perusahaan sekuritas. Akibatnya, persaingan menjadi ketat di tengah pasar yang melambat, sehingga hanya perusahaan sekuritas dengan strategi adaptif dan jaringan kuat yang mampu bertahan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *