Membuka suara di tengah gelombang protes dan kerusuhan yang kian meluas, Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, menyerukan agar semua pihak menahan diri demi menjaga keamanan dan ketertiban tetap terkendali. Menurut Jusuf Kalla, eskalasi kekacauan ini dapat membawa dampak langsung dan serius terhadap kehidupan masyarakat Indonesia secara menyeluruh.
“Jika kota bergejolak seperti ini, maka kehidupan ekonomi akan berhenti. Ini bisa berakibat panjang,” tegas JK dalam pernyataan resminya yang dikutip pada Minggu (31/8). Beliau memperingatkan bahwa situasi keamanan yang terganggu akan menimbulkan masalah berlarut-larut, menghentikan pendapatan masyarakat, serta berpotensi menggoyahkan stabilitas nasional di berbagai sektor penting.
Baca juga:
- Aksi Protes Meluas di Dalam Negeri, Prabowo Batal Hadiri Parade Militer di Cina
- Rumah Eko Patrio Dijarah Massa, Barang Mewah hingga Kucing Peliharaan Raib
- PDIP, Gerindra dan PKS Setuju Tunjangan Rumah DPR Dihapus Usai Protes Meluas
Lebih lanjut, tokoh perdamaian ini juga menyampaikan pesan khusus yang menohok kepada para pejabat serta wakil rakyat. Mereka diminta untuk menahan diri dan menyaring setiap ucapan serta tindakan. “Ini menjadi pelajaran yang besar. Para pejabat, anggota DPR untuk menahan diri. Jangan asal bicara yang bisa menghina dan menyakiti hati masyarakat,” tegasnya, menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam beretorika publik.
Di samping itu, Jusuf Kalla turut mengingatkan pemerintah untuk bahu-membahu menjaga kondisi negara tetap kondusif. Kekhawatiran besarnya adalah jika gelombang kerusuhan ini terus berlanjut, dampaknya akan merambat dan memengaruhi kehidupan seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
“Kita harapkan pemerintah dapat mengambil kebijakan yang baik bagi masyarakat. Harus mendengarkan keluhan dan aspirasi masyarakat serta menjaga masyarakat,” pungkas JK, menggarisbawahi perlunya respons pemerintah yang mendengarkan dan melindungi warganya.
Penting untuk diketahui, gelombang kerusuhan di sejumlah kota di Indonesia telah meluas dalam dua hari terakhir, dipicu oleh insiden tragis meninggalnya seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan. Pada Kamis (28/8) malam, Affan Kurniawan tewas akibat dugaan arogansi kepolisian; ia ditabrak dan dilindas kendaraan taktis (rantis) milik kepolisian saat membubarkan massa aksi.
Kematian Affan Kurniawan sontak menyulut gelombang kekecewaan dan kemarahan publik yang tak terbendung. Sebagai puncaknya, massa dilaporkan telah melakukan penjarahan di rumah beberapa tokoh penting, termasuk rumah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Ahmad Sahroni, politikus Partai Amanat Nasional Eko Patrio, serta Menteri Keuangan Sri Mulyani. Fenomena protes meluas ini tidak hanya terpusat di satu titik, melainkan telah merambat ke berbagai kota besar seperti Surabaya, Makassar, dan Lombok.