Kinerja Astra (ASII) Didukung Portofolio Bisnis yang Luas, Cek Rekomendasi Sahamnya

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) diproyeksikan akan mempertahankan kinerja solidnya hingga akhir tahun 2025. Prospek positif ini didukung kuat oleh portofolio bisnisnya yang terdiversifikasi luas, menjadikannya resilient di tengah dinamika pasar.

Wakil Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Rudy, menegaskan bahwa perusahaan tetap memprioritaskan tujuh lini bisnis inti yang telah menjadi tulang punggung ASII. Sektor-sektor tersebut meliputi otomotif dan mobilitas, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi & energi, agribisnis, infrastruktur, teknologi informasi, dan properti.

Di samping fokus pada inti bisnis tersebut, Astra juga menjaga keseimbangan strategi jangka pendek, menengah, dan panjang. Perusahaan secara khusus menyoroti tiga area strategis utama untuk investasi dan pengembangan, yaitu infrastruktur, kesehatan, dan mineral. Rudy mencontohkan, dalam beberapa tahun terakhir, Astra telah proaktif melakukan akuisisi relevan di ketiga sektor tersebut. Dalam sektor mineral, ASII telah merambah bisnis emas dan nikel. Sementara di sektor kesehatan, portofolio diperluas melalui PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), investasi pada rumah sakit jantung Heartology Cardiovascular Hospital, serta penguatan kepemilikan di Halodoc. Untuk sektor infrastruktur, ASII, melalui entitas usahanya PT Saka Industrial Arjaya, telah mengakuisisi 83,67% saham PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP).

Rudy lebih lanjut menjelaskan bahwa ASII tetap membuka peluang untuk berinvestasi di sektor-sektor potensial lainnya. Pertimbangan utamanya adalah prospek sektor yang dinilai menjanjikan, serta adanya potensi sinergi atau kolaborasi dengan lini bisnis Astra yang sudah berjalan saat ini. “Tidak menutup juga ke depannya kami investasi pada bidang yang berpotensi,” ucap Rudy saat paparan publik, Rabu (27/8).

Sepanjang semester I-2025, ASII tercatat telah menggelontorkan dana investasi sebesar Rp 3,3 triliun. Investasi ini terutama dialokasikan untuk pengembangan aset gudang logistik modern dan sektor kesehatan, menunjukkan komitmen Astra terhadap diversifikasi strategisnya. “Rasanya masih ada beberapa proyek dalam pipeline kami saat ini yang akan kami realisasikan di semester II-2025,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur ASII, Djony Bunarto Tjondro, menyampaikan harapannya agar kinerja Astra dapat terus bertahan solid di sisa tahun 2025, sejalan dengan performa di semester I-2025. “Kami optimistis dengan portofolio Astra yang terdiversifikasi,” ujar Djony.

Untuk kinerja tahun 2026, Djony belum dapat membeberkan proyeksi kuantitatif secara spesifik. Namun, ia menyuarakan harapan agar kondisi perekonomian global dan domestik dapat membaik. “Daya beli terutama kelas menengah akan membaik, sehingga kita harapkan bahwa terjadi pemulihan misalnya di pasar mobil nasional itu mulai membaik,” kata Djony, menunjukkan optimisme terhadap pemulihan sektor otomotif di masa mendatang.

MSCI Lakukan Rebalancing, Kapan Waktu yang Tepat untuk Beli?

Kinerja Solid

Miftahul Khaer, Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, memproyeksikan kinerja ASII akan tetap cukup solid hingga akhir tahun 2025. Meskipun pasar otomotif domestik belum sepenuhnya pulih, diversifikasi bisnis ASII ke sektor energi terbarukan, infrastruktur, dan digital menyediakan bantalan penting yang menahan dampak ketika penjualan otomotif melemah. Selain itu, momentum pemangkasan suku bunga Bank Indonesia juga berpotensi mendorong pembiayaan kendaraan bermotor, meskipun efeknya mungkin lebih terasa pada awal tahun 2026 nanti. “Jadi, secara keseluruhan kami kira ASII masih mampu menjaga pertumbuhan moderat berkat portofolio bisnis yang luas,” kata Miftahul kepada Kontan, Rabu (27/8).

Miftahul menambahkan, pendorong kinerja ASII pada sisa tahun 2025 dapat berasal dari kontribusi segmen alat berat dan pertambangan yang diperkirakan masih solid seiring dengan harga komoditas yang relatif stabil. Selain itu, ada peluang rebound penjualan otomotif setelah gelaran GIIAS 2025. Meski demikian, tekanan tetap datang dari pelemahan daya beli konsumen serta ketatnya persaingan harga di pasar otomotif domestik.

Secara terpisah, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi, menilai segmen otomotif ASII masih menghadapi tekanan dan kemungkinan baru akan pulih signifikan pada tahun 2026. Namun, kinerja ASII tetap terbantu oleh bisnis AUTO yang kokoh, sementara AALI (Astra Agro Lestari) dan UNTR (United Tractors) juga diproyeksikan tetap solid. “Secara keseluruhan, kinerja ASII masih ada pertumbuhan secara tahunan, sekitar mid single digit,” jelas Wafi kepada Kontan.

Menariknya, dari sisi analisis teknikal, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, melihat pergerakan saham ASII masih cenderung downtrend dan didominasi oleh tekanan jual. “Dari sisi pergerakan MACD, sudah mulai melandai dan rawan terkoreksi demikian pula Stochastic yang sudah terkoreksi ke area netral,” tutur Herditya kepada Kontan, Rabu (27/8).

Rekomendasi Saham

Berdasarkan analisis teknikalnya, Herditya menyarankan strategi buy on weakness untuk saham ASII dengan level support saat ini di Rp 5.250 dan resistance di Rp 5.750. Ia menetapkan target harga Rp 5.875-Rp 6.000 per saham.

Sementara itu, Miftahul merekomendasikan hold untuk saham ASII, mengingat target sebelumnya di level Rp 5.250 telah tercapai. Adapun target selanjutnya dipatok di level Rp 5.800 per saham.

Adapun Wafi dengan pandangan yang lebih optimistis, membagikan rekomendasi buy saham ASII dengan target harga yang lebih tinggi, yakni Rp 7.000 per saham.

IHSG Ditutup Menguat, Simak Rekomendasi Teknikal DSSA, PGAS, dan MAPI, Kamis (28/8)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *