Bank Indonesia (BI) melaporkan defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sebesar USD 6,7 miliar atau sekitar Rp 109,1 triliun (kurs Rp 16.284 per USD pada 14.01 WIB) pada triwulan II 2025. Meskipun mencatat defisit, angka ini tetap menunjukkan kinerja ekonomi yang relatif stabil di tengah tantangan global.
Kekuatan ekonomi Indonesia terlihat dari cadangan devisa yang mencapai USD 152,6 miliar pada akhir Juni 2025. Jumlah ini cukup untuk membiayai impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 6,1 bulan, melampaui standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Kondisi ini memberikan bantalan yang kuat bagi perekonomian Indonesia.
BI menjelaskan defisit transaksi berjalan yang tercatat rendah, sebesar USD 3,0 miliar (0,8 persen dari PDB), merupakan pencapaian yang signifikan di tengah perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas. Angka ini lebih tinggi dibandingkan defisit USD 0,2 miliar (0,1 persen dari PDB) pada triwulan I 2025, namun tetap berada dalam batas terkendali.
Lebih rinci, neraca perdagangan nonmigas tetap surplus, meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya, sejalan dengan tren global. Sebaliknya, defisit neraca perdagangan migas menurun berkat harga minyak global yang lebih rendah. Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer meningkat karena kenaikan pembayaran dividen dan bunga/kupon, sesuai siklus triwulanan. Namun, surplus neraca pendapatan sekunder meningkat, didorong oleh kenaikan hibah dan remitansi Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Di tengah ketidakpastian pasar keuangan global, transaksi modal dan finansial menunjukkan kinerja yang terkendali. Investasi langsung mencatat surplus yang meningkat dibandingkan triwulan I 2025, mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi dan iklim investasi domestik. Meskipun investasi portofolio mengalami defisit akibat aliran keluar modal asing dalam bentuk surat utang domestik, surplus dari investasi lainnya, yang didorong oleh penarikan pinjaman luar negeri sektor swasta, membantu membatasi dampak negatifnya. Secara keseluruhan, transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2025 mencatat defisit sebesar USD 5,2 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Junanto Herdiawan, menyatakan bahwa BI terus memantau dinamika ekonomi global dan memperkuat respons kebijakan untuk menjaga ketahanan sektor eksternal. Sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini.
BI memproyeksikan kinerja NPI 2025 tetap sehat, didukung oleh surplus transaksi modal dan finansial serta defisit transaksi berjalan yang rendah, diperkirakan berada dalam kisaran 0,5 persen hingga 1,3 persen dari PDB. Aliran masuk modal asing yang didorong oleh persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik dan imbal hasil investasi yang menarik akan menjadi faktor kunci dalam menjaga kesehatan NPI ke depannya.
Ringkasan
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2025 mencatat defisit USD 6,7 miliar (Rp 109,1 triliun), meski tetap menunjukkan stabilitas ekonomi. Defisit transaksi berjalan tercatat rendah (USD 3 miliar), dan cadangan devisa mencapai USD 152,6 miliar, cukup untuk membiayai impor selama 6,1 bulan. Surplus neraca perdagangan nonmigas dan penurunan defisit neraca migas turut berkontribusi.
Defisit NPI sebagian diimbangi oleh surplus investasi langsung dan penarikan pinjaman luar negeri sektor swasta. BI menyatakan terus memantau dinamika global dan menjaga ketahanan eksternal melalui sinergi kebijakan. Proyeksi NPI 2025 tetap sehat, didukung defisit transaksi berjalan yang rendah dan aliran masuk modal asing yang positif.