Saham-saham emiten energi menunjukkan tren pendinginan setelah Presiden Prabowo membacakan Nota Keuangan APBN 2026, di mana beliau secara tegas menyoroti ambisi Indonesia untuk menjadi pelopor energi baru terbarukan (EBT). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (15/8/2025), indeks IDXENERGY tercatat kontraksi 1,09% atau 33,87 poin, berada di posisi 3.061,96. Sebanyak 51 saham melemah, 19 tidak berubah, dan hanya 21 saham yang berhasil ditutup di zona hijau.
Penurunan indeks energi pada perdagangan menjelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 RI ini secara langsung memutus rekor positif IDXENERGY yang sepanjang pekan selalu ditutup menguat. Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia harus gencar membangun pembangkit listrik dari sumber energi surya, energi hidro, panas bumi, hingga bioenergi.
“Indonesia harus menjadi pelopor energi bersih dunia. Kita harus mencapai 100% pembangkit listrik dari EBT dalam waktu 10 tahun, atau bahkan lebih cepat. Saya yakin hal ini bisa dicapai. Dari target dunia 2060, kita bisa mencapainya jauh lebih cepat,” kata Prabowo pada Jumat (15/8/2025).
: Greenpeace Ragukan Target Prabowo 100% Listrik EBT dalam 10 Tahun
Menanggapi hal tersebut, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menyatakan bahwa saat ini emiten-emiten yang sebelumnya berfokus pada energi fosil sebenarnya sudah mulai melakukan diversifikasi bisnis ke sektor EBT. “Mitigasi ini dilakukan agar bisa meningkatkan sustainability pada emiten tersebut. Karena emiten-emiten ini juga akan berkomitmen penuh untuk menerapkan ESG,” ujar Nafan, Jumat (15/8/2025).
Sebaliknya, prioritas EBT yang ditunjukkan oleh pemerintahan Prabowo akan menjadi momentum positif bagi emiten-emiten energi bersih. Nafan menambahkan, “Pidato Presiden Prabowo memberikan kesempatan bagi emiten-emiten EBT untuk tumbuh. Karena ke depan, emiten-emiten energi berbasis EBT itu permintaannya akan meningkat.”
Sejalan dengan semangat tersebut, emiten energi bersih, PT Maharaksa Biru Energi Tbk. (OASA) merasakan angin segar dari fokus pemerintahan baru. Direktur Utama & CEO OASA, Bobby Gafur Umar, mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah menanti terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) terbaru tentang Program Strategis Nasional (PSN). Tahun ini, satu dari tujuh PSN yang dicanangkan pemerintah adalah PSN pengelolaan sampah terpadu.
Dalam Perpres terbaru tersebut, jumlah kota yang ditetapkan sebagai lokasi proyek bertambah signifikan dari 12 menjadi 33 kota. “Ada beberapa skema yang akan berubah. Keterlibatan pemerintah pusat melalui Danantara selaku motor dari investasi di sektor waste to energy. Dan juga beberapa parameter yang diperbaiki, salah satunya meniadakan biaya layanan pengolahan sampah, dikompensasi menjadi kenaikan harga jual listrik. Diharapkan Perpres baru ini segera keluar,” kata Bobby, ditemui usai RUPST di Jakarta.
Protech Mitra Perkasa Tbk. – TradingView
Mengenai potensi, Perseroan melihat sektor EBT Indonesia diproyeksikan terus menguat dalam 4-5 tahun ke depan. Hal ini seiring dengan rencana pemerintah yang memprioritaskan penambahan kapasitas pembangkit listrik ramah lingkungan. Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, target penambahan kapasitas pembangkit listrik tercatat naik menjadi 69,5 gigawatt (GW), dengan komposisi pembangkit EBT mencapai 42,6 GW dan storage sebesar 10,3 GW.
“Arus investasi clean energy secara global juga semakin seimbang dengan energi fosil, sehingga ini turut membawa iklim pendanaan yang lebih kondusif bagi proyek di Indonesia,” tambah Bobby.
Sementara itu, emiten minyak dan gas Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), juga tengah bersiap melakukan diversifikasi bisnis. Saat ini, Perseroan memiliki 13 konsesi migas yang sembilan di antaranya sudah berproduksi, dengan hasil 80% berupa gas dan 20% minyak. Vice President Director & CFO ENRG, Edoardus Ardianto, mengungkapkan bahwa pihaknya kini memiliki satu pilot project EBT berupa pembangkit listrik bertenaga angin. “Kita sebenarnya sudah punya satu proyek EBT wind power. Tapi masih pilot project. Kita sudah melakukan identifikasi proyek EBT,” ujar Ardianto dalam kanal Youtube Samuel Sekuritas.
Pada penutupan perdagangan Jumat (15/8/2025), saham OASA ditutup terkoreksi 1,04% ke Rp191 per saham, meskipun secara year to date sudah melompat 35,46%. Di sisi lain, saham ENRG ditutup menguat 1,75% ke posisi Rp580 per saham, bahkan mencatat kenaikan signifikan 152,17% secara year to date.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.