Saham Consumer Cyclical Menguat Tajam, Didorong Stimulus Ekonomi?
Indeks consumer cyclical (IDXCYCLIC) di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan kinerja yang mencengangkan. Setelah menyentuh titik terendah 635,60 pada April 2025, mengalami penurunan ekonomi sebesar 4,87% di kuartal pertama, indeks ini mengalami peningkatan signifikan. Pada penutupan perdagangan Senin, 16 September 2025, IDXCYCLIC melonjak 2,39% hingga mencapai level 857,30, melampaui kinerja indeks energi (naik 2,11%) dan bahkan sektor kesehatan yang mengalami penurunan 0,26%.
Kenaikan tajam ini diduga sebagai respons pasar terhadap paket stimulus ekonomi 8+4+5 yang diumumkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto pada 15 September 2025. Reza Priyambada, Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, menjelaskan bahwa banyaknya emiten ritel dan media di dalam indeks IDXCYCLIC, yang secara langsung terpengaruh oleh peningkatan daya beli masyarakat, menjadi pendorong utama transaksi di saham-saham tersebut. “Bisa jadi karena di dalam indeks tersebut terdapat sejumlah emiten ritel dan media yang dinilai berhubungan dengan peningkatan daya beli masyarakat, maka pelaku pasar cenderung melakukan transaksi di saham-saham tersebut,” ungkap Reza.
Namun, Reza menekankan bahwa sentimen positif ini mungkin hanya bersifat jangka pendek. Secara fundamental, kinerja emiten sektor siklikal belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Sebagai contoh, PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) mencatatkan koreksi penjualan 9,36% (YoY) dan koreksi laba bersih 3,52% (YoY) sepanjang semester I/2025. Meskipun demikian, saham LPPF mengalami pertumbuhan 17,08% (YtD) hingga mencapai Rp1.645 per saham pada 15 September 2025, dan ditutup naik 1,86% pada Senin.
Kondisi serupa juga terlihat pada PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk. (CNMA), pengelola bioskop Cinema XXI. Perusahaan ini mencatatkan koreksi pendapatan 2,63% dan koreksi laba bersih 25,85%. Di bursa, saham CNMA terkoreksi 34,16% (YtD) menjadi Rp133, namun ditutup naik 2,31% pada perdagangan Senin.
Reza menambahkan bahwa dampak stimulus pemerintah terhadap kinerja emiten siklikal tergantung pada sektor spesifik yang beririsan langsung dengan program tersebut. Ia mencontohkan program MBG (makan bergizi gratis), yang tidak memberikan dampak yang merata pada seluruh emiten consumer dan pakan. Hal yang sama juga berlaku pada stimulus ekonomi terbaru ini.
Melihat prospek ke depan, Reza menyoroti beberapa saham sektor siklikal dengan likuiditas menarik dan rasio P/E (Price to Earnings Ratio) rendah, antara lain PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA), PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL), PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA), PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI), dan PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
Indeks consumer cyclical (IDXCYCLIC) di BEI meningkat signifikan, mencapai 857,30 pada 16 September 2025, diduga karena paket stimulus ekonomi dan peningkatan daya beli. Kenaikan ini terutama didorong oleh saham-saham ritel dan media yang tergabung dalam indeks tersebut, meskipun kinerja fundamental beberapa emiten seperti Matahari Department Store (LPPF) dan Cinema XXI (CNMA) masih menunjukkan koreksi.
Meskipun ada sentimen positif jangka pendek, Reza Priyambada dari Reliance Sekuritas mengingatkan bahwa dampak stimulus bersifat sektoral dan tidak merata. Ia menyoroti beberapa saham sektor siklikal dengan likuiditas menarik dan rasio P/E rendah sebagai prospek investasi, seperti DRMA, GJTL, HRTA, MAPI, dan ERAA. Namun, keputusan investasi tetap menjadi tanggung jawab pembaca.