Scoot.co.id, JAKARTA – Tekanan terhadap nilai tukar rupiah di pasar spot terus berlanjut hingga akhir sesi perdagangan pada Senin (6/10). Pada penutupan hari ini, rupiah tercatat berada di level Rp 16.583 per dolar Amerika Serikat (AS), menunjukkan pergerakan yang signifikan.
Posisi ini mencerminkan pelemahan rupiah sebesar 0,12% apabila dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di level Rp 16.563 per dolar AS. Kondisi ini tidak terlepas dari tren umum di kawasan, di mana pergerakan rupiah terpantau sejalan dengan mayoritas mata uang di Asia yang juga mengalami tekanan.
Menjelang sore hari, tepatnya hingga pukul 15.00 WIB, sejumlah mata uang Asia lainnya juga menunjukkan penurunan substansial. Yen Jepang memimpin pelemahan terdalam di Asia dengan anjlok 1,69%, disusul oleh peso Filipina yang juga ditutup melemah tajam sebesar 0,82% terhadap the greenback.
Rupiah Melemah ke Rp 16.598 per Dolar AS Senin (6/10) Siang, Berikut Proyeksi Analis
Selain itu, tekanan juga terasa pada dolar Taiwan yang ditutup turun 0,67%, serta won Korea Selatan yang terkoreksi 0,49%. Tidak ketinggalan, dolar Singapura juga mencatatkan pelemahan sebesar 0,38%.
Beranjak ke negara-negara tetangga, baht Thailand dan ringgit Malaysia juga mengalami depresiasi masing-masing 0,16% dan 0,14%. Sementara itu, dolar Hongkong menunjukkan penurunan tipis sebesar 0,008%.
Di sisi lain benua Asia, rupee India turut mencatatkan pelemahan yang sangat tipis, hanya 0,003% terhadap the greenback pada penutupan sesi sore ini, melengkapi gambaran umum pergerakan mata uang Asia yang mayoritas melemah.
Ringkasan
Pada tanggal 6 Oktober, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup pada Rp 16.583, melemah 0,12% dibandingkan penutupan sebelumnya. Pelemahan rupiah ini sejalan dengan tren mayoritas mata uang Asia yang juga mengalami tekanan terhadap dolar AS.
Beberapa mata uang Asia yang mengalami pelemahan signifikan antara lain Yen Jepang, Peso Filipina, Dolar Taiwan, dan Won Korea Selatan. Mata uang negara tetangga seperti Baht Thailand dan Ringgit Malaysia juga mengalami depresiasi, menunjukkan tren pelemahan regional terhadap dolar AS.