Rupiah Terkini: Melemah ke Rp 16.629, Peluang atau Ancaman?

Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (23/10/2025). Kondisi ini menambah daftar panjang tekanan yang membayangi mata uang domestik di tengah sentimen global dan dinamika internal yang bergejolak.

Mengutip data dari Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 16.629 per dolar AS. Angka ini mencerminkan pelemahan sebesar 0,27% dibandingkan posisi hari Rabu (22/10/2025) yang berada di level Rp 16.585 per dolar AS.

Bersama dengan won Korea Selatan, rupiah memimpin pelemahan di antara mata uang Asia lainnya hari ini. Penurunan ini tidak terlepas dari penguatan dolar AS yang berkelanjutan serta meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang turut menciptakan sentimen negatif di pasar global dan regional.

Rupiah Spot Melemah 0,36% ke Rp 16.645 per Dolar AS pada Kamis (23/10/2025) Siang

Meskipun beberapa bank sentral di Asia memilih untuk menahan suku bunga acuan, sentimen negatif global tetap menekan pasar regional secara keseluruhan. Situasi ini menggarisbawahi rapuhnya kondisi ekonomi di beberapa negara Asia.

Won Korea Selatan, misalnya, melemah 0,6% hingga mencapai posisi terendah dalam enam bulan terakhir. Pelemahan ini terjadi setelah investor mengevaluasi kembali prospek ekonomi Korea Selatan yang masih dinilai rapuh. Bank of Korea sendiri menahan suku bunga acuannya untuk menghindari risiko gelembung harga properti, namun memberi sinyal adanya ruang untuk penurunan suku bunga di masa mendatang.

Rupiah ikut tertekan di tengah kekhawatiran atas ketidakpastian ekonomi domestik. Sentimen pasar juga terguncang oleh dinamika politik, khususnya setelah pencopotan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, serta meningkatnya kekhawatiran terhadap disiplin fiskal pemerintah.

Rupiah Spot Melemah 0,30% ke Rp 16.635 per Dolar AS pada Kamis (23/10) Pagi

Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan pada Rabu (22/10) dinilai sebagai langkah menjaga stabilitas rupiah, namun belum mampu memberikan dorongan signifikan yang diharapkan pasar. Para investor masih memperkirakan adanya ruang pelonggaran moneter lebih lanjut, sementara penguatan dolar AS terus menambah tekanan pada mata uang yang kinerjanya termasuk paling lemah di kawasan ini.

Goldman Sachs memproyeksikan bahwa BI masih akan memangkas suku bunga dua kali, masing-masing sebesar 25 basis poin, pada kuartal IV-2025. Namun, pelemahan rupiah yang berkelanjutan berpotensi menunda langkah tersebut hingga awal tahun 2026. Adapun rapat kebijakan BI berikutnya dijadwalkan pada 18–19 November.

“Pasar menunggu bukti koordinasi kebijakan dan disiplin fiskal. Rupiah kemungkinan bertahan di kisaran Rp16.500 per dolar AS hingga kepercayaan investor kembali,” ujar Philip Wee, Senior FX Strategist di DBS, sebagaimana dikutip dari Reuters, menyoroti pentingnya langkah konkret pemerintah untuk mengembalikan keyakinan pasar.

Sementara itu, indeks dolar AS naik 0,1% setelah pemerintahan Trump dilaporkan mempertimbangkan pembatasan ekspor perangkat lunak ke China. Pembatasan ini, mulai dari laptop hingga mesin jet, dimaksudkan sebagai balasan atas pembatasan ekspor logam tanah jarang (rare earth) oleh Beijing. Langkah tersebut memicu aksi jual di pasar negara berkembang karena investor khawatir terhadap dampak rambatan ke Asia Tenggara, kawasan yang sangat bergantung pada perdagangan dengan China.

BI Tahan Suku Bunga, Begini Proyeksi Rupiah hingga Akhir Tahun 2025

“Rencana AS memperluas pembatasan ekspor teknologi ke China, indikasi sanksi baru terhadap Rusia, serta anjloknya harga logam membuat pasar regional makin berhati-hati,” tutur Christopher Wong, analis valas di OCBC, menjelaskan kompleksitas sentimen negatif yang menekan pasar.

Saat ini, investor tengah menanti data inflasi ritel AS yang akan dirilis pada Jumat (24/10), di tengah penutupan sebagian lembaga pemerintahan AS. Meskipun pasar telah memperkirakan adanya penurunan suku bunga pada rapat The Federal Reserve pekan depan, data inflasi tersebut masih memiliki potensi besar untuk memengaruhi ekspektasi pelonggaran moneter berikutnya.

Rupiah Jisdor Melemah 0,17% ke Rp 16.617 per Dolar AS pada Rabu (22/10/2025)

Tekanan pelemahan mata uang tidak hanya dirasakan oleh rupiah dan won. Peso Filipina juga melemah 0,32%, melanjutkan penurunan empat hari beruntun ke level terendah sejak 3 Februari. Demikian pula, dolar Singapura turun 0,12%, sementara dolar Taiwan melemah 0,26% dan mencatatkan penurunan selama tiga hari berturut-turut, menandakan tren pelemahan yang meluas di kawasan Asia.

Ringkasan

Rupiah kembali melemah terhadap dolar AS, ditutup pada Rp 16.629 per dolar AS, memimpin pelemahan mata uang Asia bersama won Korea Selatan. Pelemahan ini dipicu oleh penguatan dolar AS, ketegangan dagang AS-China, serta kekhawatiran terhadap ketidakpastian ekonomi domestik, termasuk dinamika politik dan disiplin fiskal. Meskipun Bank Indonesia menahan suku bunga, investor masih mengharapkan pelonggaran moneter lebih lanjut.

Sentimen negatif global, seperti rencana pembatasan ekspor teknologi AS ke China dan potensi sanksi baru terhadap Rusia, menambah tekanan pada pasar regional. Pasar juga menanti data inflasi ritel AS yang akan dirilis, yang berpotensi memengaruhi ekspektasi pelonggaran moneter. Pelemahan mata uang juga dialami oleh peso Filipina, dolar Singapura, dan dolar Taiwan, menandakan tren yang meluas di Asia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *