Saham Dividen Royal: Harga Murah, Potensi Cuan Maksimal!

JAKARTA — Di tengah dinamika pasar saham, sejumlah saham dengan reputasi pembagi dividen royal yang tergabung dalam indeks High Dividend 20 masih menawarkan valuasi menarik dan terbilang murah, setidaknya hingga penutupan perdagangan Rabu (6/8/2025). Fenomena ini terlihat dari rasio price to earning ratio (PER) mereka yang berada di bawah 10 kali dan price to book value (PBV) di bawah 1 kali.

Dalam analisis valuasi saham, PER di bawah 10 kali seringkali menjadi indikator kuat bahwa sebuah saham memiliki valuasi yang terdiskon atau murah. Sementara itu, PBV di bawah 1 kali menunjukkan bahwa saham tersebut berpotensi mengalami undervaluation, di mana harga pasarnya berada di bawah nilai buku per sahamnya. Dengan menggunakan kedua metrik ini, beberapa saham ‘royal dividen’ terkemuka memang terlihat memiliki harga yang sangat menarik.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Terminal Bloomberg pada Rabu (6/8/2025), sejumlah emiten raksasa tercatat dalam daftar ini. Dari sektor konglomerasi, PT Astra International Tbk. (ASII) menunjukkan valuasi yang menarik dengan PBV 0,9 kali dan PER 5,8 kali. Tak jauh berbeda, anak usahanya di sektor alat berat dan pertambangan, PT United Tractors Tbk. (UNTR), juga mencatatkan PBV 0,9 kali dengan PER yang lebih rendah, yakni 4,8 kali.

Menyusul kemudian dari sektor perbankan, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menunjukkan PBV 0,9 kali dan PER 7,3 kali. Adapun dari sektor komoditas yang dikenal royal dividen, saham batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) hadir sebagai salah satu kandidat ‘Mercy harga Bajaj’ dengan PBV 0,8 kali dan PER 4,1 kali. Tak ketinggalan, emiten gas negara PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) juga masuk dalam kategori ini, dengan PBV 0,8 kali dan PER 8,6 kali.

Melengkapi daftar saham bervaluasi menarik ini adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) yang tercatat memiliki PBV 0,7 kali dan PER 6,1 kali, menjadikannya salah satu opsi dengan valuasi paling rendah dalam daftar.

Prospek positif ini selaras dengan pandangan Analis dan VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi. Menurutnya, outlook pasar modal pada paruh kedua tahun 2025 diproyeksikan akan cenderung lebih stabil bahkan mengarah positif, sebuah kondisi yang tentu akan berdampak pada kemampuan emiten untuk membagikan dividen, termasuk dividen interim.

Audi menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor pendorong prospek cerah ini. Pertama, keberlanjutan pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral. Ia memproyeksikan bank sentral akan memangkas suku bunga sebesar 25-50 basis poin, sebuah langkah yang akan memicu rebalancing aset. Hal ini, lanjut Audi pada Kamis (7/8/2025), akan membuka kembali peluang bagi investor asing untuk melirik aset-aset berisiko tinggi (high risk).

Kedua, stabilitas ekonomi makro global turut menjadi katalis positif. Deeskalasi ketegangan geopolitik, kesepakatan tarif antara AS, dan normalisasi aktivitas ekonomi, terutama di China dan AS, diperkirakan akan menciptakan iklim yang kondusif. Ketiga, stabilitas ekonomi dalam negeri juga menjadi fondasi penting. Normalisasi nilai tukar rupiah, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih solid, serta daya beli masyarakat yang tetap terjaga akan memberikan dukungan bagi kinerja emiten.

Terakhir, peningkatan permintaan komoditas, khususnya di sektor energi (batu bara) dan agrikultur (CPO), juga diprediksi akan memberikan dorongan signifikan. Seluruh faktor ini, menurut Oktavianus Audi, akan berdampak cenderung positif pada kinerja emiten secara keseluruhan, terutama bagi saham-saham yang dikenal sebagai dividend player.

Disclaimer: Artikel ini disajikan untuk tujuan informasi dan tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca. Penulis dan penerbit tidak bertanggung jawab atas segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi yang diambil berdasarkan informasi ini.

Ringkasan

Beberapa saham dividen royal yang tergabung dalam indeks High Dividend 20 menawarkan valuasi menarik dengan PER di bawah 10 kali dan PBV di bawah 1 kali. Beberapa emiten yang masuk daftar ini termasuk ASII, UNTR, BBNI, ITMG, PGAS, dan BNGA. Valuasi rendah ini mengindikasikan potensi undervaluation pada saham-saham tersebut.

Outlook pasar modal pada paruh kedua tahun 2025 diproyeksikan stabil dan positif, didorong oleh pelonggaran kebijakan moneter, stabilitas ekonomi makro global, dan stabilitas ekonomi domestik. Peningkatan permintaan komoditas juga menjadi faktor pendukung, yang secara keseluruhan berdampak positif pada kinerja emiten, terutama bagi saham-saham dividend player.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *