Saham SSIA Naik? Subang Smartpolitan Jadi Kunci!

Scoot.co.id – JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mencatatkan penurunan kinerja pada semester I 2025. Namun, prospek perusahaan di semester II 2025 diprediksi membaik, terutama ditopang oleh kinerja positif dari segmen properti.

Pendapatan SSIA pada semester I 2025 mencapai Rp 2,11 triliun, mengalami penurunan 9,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Rp 2,34 triliun). Meskipun demikian, segmen properti menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dengan pendapatan Rp 338,7 miliar, meningkat 20% secara year on year (yoy) dari Rp 282,2 miliar di semester I 2024. Segmen konstruksi juga menorehkan peningkatan pendapatan menjadi Rp 1,70 triliun, naik 6,2% yoy dari Rp 1,60 triliun. Sebaliknya, segmen perhotelan masih tertekan dengan pendapatan Rp 215,6 miliar.

Surya Semesta (SSIA) Incar Pendapatan hingga Rp 400 Miliar dari Subang Smartpolitan

Salah satu kunci pertumbuhan SSIA adalah Subang Smartpolitan, kawasan industri seluas 2.717 hektar dari total cadangan lahan sekitar 4.000 hektar. Manajemen SSIA menargetkan laba bersih mandiri jangka panjang Subang Smartpolitan sebesar Rp 650 miliar hingga Rp 700 miliar dalam 3-5 tahun mendatang, didukung oleh tingginya minat penyewa. BYD, misalnya, telah mengamankan lahan seluas 108 hektar dan tengah menyelesaikan kesepakatan besar lainnya yang berpotensi rampung pada akhir 2025. Produksi komersial BYD, yang diproyeksikan mencapai 150.000 kendaraan listrik per tahun, dijadwalkan dimulai pada Januari 2026. Penyewa lain di fase 1 meliputi PT Kids Play Indonesia dan Xing Fang.

Penjualan marketing sales pada semester I 2025 mencapai Rp 283 miliar (8,3 ha), lebih rendah dibandingkan penandatanganan kontrak BYD tahun lalu (108 ha). Namun, target penjualan tahunan tetap dipatok sebesar 137 ha (120 ha di Subang dan 17 ha di Karawang), dengan proyeksi penjualan akuntansi sekitar 140 ha, menurut Rizal Rafly, Analis Ajaib Sekuritas dalam risetnya tanggal 21 Agustus 2025.

Kendati demikian, konektivitas infrastruktur tetap menjadi faktor penentu daya saing Subang Smartpolitan. Jalan tol Cipali-Patimban (37 km) baru akan selesai pada kuartal pertama 2027. Namun, pengembangan Pelabuhan Patimban Fase 1-2 yang sedang berlangsung akan meningkatkan kapasitas menjadi sekitar 800.000 kendaraan dan lebih dari 2 juta TEUs pada tahun 2026-2027. Lokasi Subang yang strategis – 40 km dari Patimban, 70 km dari Bandara Kertajati, dan 86 km dari Bandung – menawarkan efisiensi logistik bagi penyewa, terutama setelah infrastruktur pendukung sepenuhnya terbangun. Ahnaf Yassar, Analis Samuel Sekuritas, dalam risetnya tanggal 22 Juli 2025, memperkirakan waktu tempuh antara Subang Smartpolitan dan Pelabuhan Patimban akan berkurang lebih dari 70% setelah akses infrastruktur tersebut rampung, memangkas waktu perjalanan yang saat ini mencapai 2 jam.

Harga jual rata-rata (ASP) tanah di Subang Smartpolitan telah mencapai US$ 120/m², naik 50% yoy. Ahnaf memprediksi ASP akan melonjak sekitar 30% setelah jalan tol Patimban selesai. Sebagai perbandingan, ASP tanah di Bekasi melonjak 37% menjadi Rp 3 juta/m² dan di Karawang naik 39,8% menjadi Rp 2,5 juta/m² antara awal pembangunan jalan tol Trans Jawa (2015) dan penyelesaiannya (2018).

SSIA juga memperkuat pendanaannya melalui kemitraan strategis. Divestasi 36,5% saham Subang Smartpolitan kepada Djarum menghasilkan Rp 3,1 triliun, yang tidak hanya memberikan tambahan modal, tetapi juga keahlian dalam infrastruktur digital seperti cloud optik. Sumitomo Corporation ditunjuk sebagai broker untuk menarik investasi perusahaan Jepang di Subang Smartpolitan.

Per Juni 2025, ekuitas SSIA mencapai Rp 7,8 triliun, kas bersih Rp 356 miliar, dan rasio utang terhadap ekuitas hanya 24%. Aset tanah di Subang mencapai Rp 3,9 triliun (sekitar 1.700 ha), dengan potensi monetisasi yang masih sangat besar mengingat hanya Rp 421 miliar yang telah dikonversi menjadi inventaris.

Anak Usaha SSIA, Suryacipta Swadaya Kebanjiran Permintaan Lahan dari Investor China

Ajaib Sekuritas memproyeksikan pendapatan dan laba SSIA tahun 2025 masing-masing mencapai Rp 6,39 triliun dan Rp 300 miliar, dibandingkan dengan pendapatan Rp 6,25 triliun dan laba bersih Rp 234,2 miliar pada tahun 2024. Rizal merekomendasikan buy saham SSIA dengan target harga Rp 3.200 per saham, sementara Ahnaf merekomendasikan buy dengan target harga Rp 4.000 per saham, mengingat prospek pertumbuhan yang didukung oleh peran Subang sebagai pusat EV dan ekspor, diperkuat komitmen BYD dan minat yang meningkat dari sektor pusat data dan elektronik.

SSIA Chart by TradingView

Ringkasan

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mengalami penurunan pendapatan pada semester I 2025, namun segmen properti menunjukkan pertumbuhan signifikan, terutama dari Subang Smartpolitan. Proyek ini, seluas 2.717 hektar, menargetkan laba bersih Rp 650-700 miliar dalam 3-5 tahun, didukung oleh minat tinggi penyewa seperti BYD yang akan memproduksi 150.000 kendaraan listrik per tahun mulai Januari 2026.

Keberhasilan Subang Smartpolitan dipengaruhi oleh lokasi strategis dan pengembangan infrastruktur pendukung, meskipun penyelesaian jalan tol masih beberapa tahun lagi. Investasi strategis, seperti divestasi saham dan kemitraan dengan perusahaan Jepang, memperkuat posisi keuangan SSIA. Analisis dari Ajaib dan Samuel Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan pendapatan dan laba SSIA di tahun 2025, serta merekomendasikan pembelian saham SSIA dengan target harga yang berbeda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *