PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) memulai langkah strategis tahun ini dengan merambah sektor pertambangan, sebuah inisiatif ambisius yang diharapkan menjadi pilar pendapatan baru sekaligus memperkuat sinergi dengan bisnis inti perseroan.
Untuk mewujudkan ekspansi ini, SMIL memilih skema joint operation (JO) dengan menggandeng pemain berpengalaman di industri tambang. Mitra-mitra strategis tersebut meliputi PT Sarana Cipta Minergi (SCM), yang dipimpin oleh Hadi Suhermin—sosok yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur SMIL—serta dua perusahaan tambang lokal, PT Barakara dan PT ATOZ. Kedua mitra lokal ini merupakan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) di lokasi tambang tujuan, Painan, Sumatra Barat. Direktur Keuangan SMIL, Winston Suhermin, menjelaskan bahwa skema JO dipilih untuk memudahkan perseroan dalam memasuki bisnis yang relatif baru ini dengan dukungan dari para ahli yang telah lama berkecimpung di sektor tersebut.
Dalam kemitraan ini, SMIL akan berperan sebagai penyedia utama alat berat, mengerahkan hingga 50 unit armada mencakup dump truck, excavator, dozer, dan beragam alat penunjang lainnya. Lokasi tambang di Painan ini diproyeksikan memiliki potensi produksi awal sekitar 200.000 metrik ton batubara jenis GAR 7.000 kcal setiap bulan, dengan peluang peningkatan signifikan hingga mencapai 500.000 metrik ton per bulan. Dengan kapasitas alat berat yang dikerahkan, SMIL berpotensi mengangkut hingga 4 juta ton batubara per tahun, membuka jalan bagi tambahan pendapatan berulang (recurring income) hingga Rp 40 miliar per tahun, yang diperkirakan akan mulai tercatat pada laporan keuangan semester I tahun 2026.
Presiden Direktur SMIL, Hadi Suhermin, menegaskan bahwa ekspansi ke sektor pertambangan bukan sekadar upaya diversifikasi sumber pendapatan, melainkan juga langkah krusial untuk mempererat sinergi antar lini usaha yang telah ada. Bisnis baru ini diprediksi akan meningkatkan utilisasi armada SMIL secara berkelanjutan dan memperkuat posisi perusahaan dalam rantai pasok pertambangan nasional. Hal ini menandai milestone penting bagi SMIL, menunjukkan komitmen perseroan untuk tidak hanya bergantung pada satu sektor, melainkan bertransformasi menjadi entitas bisnis yang dinamis dengan portofolio yang beragam. Hadi yakin, “Tambang menjadi salah satu motor pertumbuhan baru yang kami yakini akan memberikan value berkelanjutan bagi para pemegang saham.” Dengan optimisme tinggi, SMIL memproyeksikan kontribusi pendapatan hingga ratusan miliar rupiah per bulan dari ekspansi ini, didukung oleh produksi batubara yang mencapai setengah juta ton per bulan dan armada alat berat modern.
Optimisme Bisnis Forklift Listrik yang Prospektif
Di samping langkah ekspansif di sektor pertambangan, SMIL yang telah melantai di bursa sejak 12 Mei 2023 ini juga terus fokus memaksimalkan utilisasi bisnis intinya, yakni penyewaan forklift. Hingga saat ini, tingkat utilisasi dari 4.500 unit forklift milik SMIL telah mencapai 80%, menunjukkan permintaan yang solid.
SMIL kini mengoperasikan dua lini bisnis utama: penyewaan forklift dan penjualan forklift, yang baru dirintis pada tahun 2024. Perseroan juga telah dipercaya sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) untuk forklift merek HELI di Indonesia, di mana seluruh produknya berbasis elektrik.
Kinerja SMIL pada semester I-2025 menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan. Pendapatan dari sewa alat forklift tercatat sebesar Rp 203,44 miliar, meningkat 14,21% (year on year/YoY) dari Rp 178,11 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dari segmen penjualan forklift, SMIL berhasil meraup Rp 6,81 miliar. Alhasil, total pendapatan SMIL di semester I-2025 melonjak 18,04% YoY menjadi Rp 210,25 miliar, dari sebelumnya Rp 178,11 miliar. Laba bersih tahun berjalan perseroan juga tumbuh signifikan sebesar 37,28% YoY, mencapai Rp 50,35 miliar dari Rp 36,68 miliar, membuktikan performa yang apik.
Winston Suhermin mengungkapkan bahwa pertumbuhan ini salah satunya didorong oleh peningkatan permintaan, baik untuk forklift elektrik maupun diesel. Permintaan forklift elektrik tercatat melonjak 40% YoY, sementara forklift diesel naik 20% YoY. Sektor industri penyumbang permintaan terbesar datang dari sektor kertas, khususnya Grup Sinarmas, dan barang konsumsi. Menurut Winston, “Kenaikan permintaan forklift elektrik dikarenakan lebih efisien, ramah lingkungan, dan maintenance yang jauh lebih mudah.”
Selain keunggulan efisiensi dan ramah lingkungan, forklift elektrik juga lebih mudah dioperasikan, didukung oleh infrastruktur pengisian daya yang kini semakin meluas. SMIL bahkan menyediakan fasilitas pengisian daya di lokasi produksi pelanggan mereka. Dari total 4.500 unit forklift, 45% di antaranya telah merupakan forklift elektrik. Sebagai komitmen terhadap aspek Environmental, Social, and Governance (ESG), SMIL menargetkan pada tahun 2029, tiga dari setiap empat alat yang dimiliki akan bertransformasi menjadi forklift listrik. Ambisi ini berlanjut hingga tahun 2030, di mana perseroan menargetkan sekitar 75% pendapatannya akan berasal dari penyewaan forklift listrik.
Untuk mendukung kinerja berkelanjutan, SMIL mengalokasikan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp 200 miliar setiap tahun. Anggaran ini difokuskan untuk pengadaan forklift, termasuk baterai lithium, serta peralatan pengangkut material lainnya. Dengan strategi ini, SMIL optimistis dapat membidik kenaikan pendapatan hingga Rp 420 miliar dan laba bersih sebesar Rp 100 miliar hingga akhir tahun.
Ringkasan
PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) melakukan ekspansi ke sektor pertambangan melalui skema joint operation (JO) dengan menggandeng PT Sarana Cipta Minergi (SCM), PT Barakara, dan PT ATOZ. SMIL akan menyediakan alat berat dengan potensi produksi awal batubara sekitar 200.000 metrik ton per bulan, berpotensi meningkatkan pendapatan hingga Rp 40 miliar per tahun mulai semester I-2026. Ekspansi ini bertujuan untuk diversifikasi pendapatan dan memperkuat sinergi antar lini usaha.
Selain ekspansi ke pertambangan, SMIL juga fokus pada bisnis intinya, yaitu penyewaan forklift, dengan tingkat utilisasi mencapai 80%. Pendapatan dari sewa alat forklift pada semester I-2025 meningkat 14,21% YoY menjadi Rp 203,44 miliar, dan laba bersih tahun berjalan tumbuh 37,28% YoY menjadi Rp 50,35 miliar. SMIL menargetkan transformasi menjadi perusahaan dengan mayoritas forklift listrik sebagai komitmen terhadap ESG, dengan target pendapatan Rp 420 miliar dan laba bersih Rp 100 miliar hingga akhir tahun.