Scoot.co.id , JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) menutup perdagangan Kamis (18/9/2025) dengan mencetak rekor penutupan baru, dipicu oleh langkah pemangkasan suku bunga dari The Fed serta lonjakan saham Intel berkat suntikan investasi besar dari Nvidia.
Menurut data Reuters yang dirilis Jumat (19/9/2025), tiga indeks utama Wall Street mengukir kenaikan signifikan. Indeks Dow Jones Industrial Average melesat 124,10 poin atau 0,27% mencapai 46.142,42. Sementara itu, S&P 500 bertambah 31,61 poin atau 0,48% menjadi 6.631,96, dan Nasdaq Composite memimpin penguatan dengan melonjak 209,40 poin atau 0,94% ke posisi 22.470,73.
Meskipun sektor kebutuhan pokok dan konsumsi non-pokok menjadi penekan utama di S&P 500, namun perhatian investor tertuju pada performa sektor teknologi. Saham Intel menjadi bintang, melesat 22,8%—reli harian terbesar sejak Oktober 1987—setelah Nvidia mengumumkan rencana investasi senilai US$5 miliar di perusahaan chip AS yang tengah berjuang tersebut. Sebaliknya, kompetitor utamanya, Advanced Micro Devices (AMD), harus terkoreksi tipis 0,8%.
: Nilai Tukar Dolar AS Menguat Pasca Kebijakan The Fed
Saham Nvidia sendiri bangkit 3,5% dari pelemahan sehari sebelumnya yang dipicu laporan potensi penghentian pembelian chip oleh perusahaan teknologi China. Katalis positif ini secara signifikan mendorong indeks semikonduktor lebih luas, yang melonjak 3,6%, sekaligus mengangkat Nasdaq dan sektor teknologi S&P 500 yang menguat 1,36%. Secara keseluruhan, tercatat 7 dari 11 sektor S&P 500 ditutup di zona hijau.
: : Investor Emas Ambil Untung Usai Sentuh Rekor, Harga Turun
Kenaikan pasar juga merembet ke emiten berkapitalisasi kecil. Indeks Russell 2000, yang mewadahi saham-saham tersebut, juga mencetak rekor penutupan tertinggi sejak November 2023 di level 2.466. Emiten kecil ini cenderung lebih diuntungkan dalam lingkungan suku bunga rendah, mengindikasikan prospek yang cerah di tengah kebijakan moneter The Fed yang melonggar.
: : IPO Merdeka Gold (EMAS), Begini Porsi Penjaminan dari 7 Sekuritas
Sehari sebelum penutupan rekor ini, Ketua The Fed Jerome Powell telah menegaskan bahwa pelemahan pasar tenaga kerja menjadi perhatian utama bank sentral dan mengisyaratkan kemungkinan pemangkasan suku bunga lanjutan dalam pertemuan mendatang. Pernyataan ini memberikan justifikasi kuat atas ekspektasi pelonggaran kebijakan.
Sam Stovall, Chief Investment Strategist di CFRA Research, mengomentari situasi ini, “Kami mencari dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembenaran valuasi saham yang sudah tinggi, serta prospek suku bunga lebih rendah yang turut memperkuat itu.” Data terbaru juga menunjukkan klaim baru tunjangan pengangguran di AS turun pekan lalu, meskipun pasar tenaga kerja secara keseluruhan masih menunjukkan pelemahan karena menurunnya permintaan dan pasokan pekerja.
Kebijakan pemangkasan suku bunga ini diperkirakan akan memperpanjang reli Wall Street yang telah terjadi belakangan ini, didukung oleh optimisme pelonggaran kebijakan moneter dan kembalinya minat terhadap saham-saham terkait kecerdasan buatan (AI). Berdasarkan data LSEG, investor saat ini memperkirakan total pemangkasan sekitar 44,2 basis poin hingga akhir tahun 2025, menandakan kepercayaan pasar terhadap arah kebijakan The Fed.