Menanggapi usulan kontroversial dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terkait penyediaan gerbong khusus perokok di kereta api, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan prioritasnya. AHY menyatakan bahwa fokus utamanya adalah pada isu-isu yang jauh lebih strategis dan krusial bagi pembangunan konektivitas nasional.
Saat ditemui di Kempinski, Jakarta, Sabtu (23/8), AHY dengan tegas menyampaikan, “Kayaknya masih banyak hal yang lebih penting untuk saya respons.” Ia kemudian menjabarkan visi pemerintah untuk memperkuat konektivitas antarwilayah secara komprehensif, mencakup sektor darat, laut, udara, dan tentunya, kereta api.
Dalam konteks pembangunan konektivitas tersebut, AHY menggarisbawahi komitmen pemerintah untuk memprioritaskan penyusunan roadmap transportasi yang progresif. Roadmap ini dirancang untuk mengakomodasi kepentingan publik yang lebih luas, memastikan mobilitas yang cepat, terjangkau, serta mampu menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah.
Ia menjelaskan lebih lanjut, “Mobilitas harus lebih cepat, harus lebih terjangkau, baik untuk transportasi manusia maupun barang.” Lebih dari sekadar efisiensi, AHY menekankan pentingnya peran konektivitas dalam membuka titik-titik baru bagi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah yang berkelanjutan.
Mengembangkan ide konektivitas dan pengembangan wilayah, AHY juga menyoroti urgensi konsep Transit Oriented Development (TOD). Ia memandang TOD sebagai model pengembangan wilayah inovatif yang terintegrasi dengan transportasi publik, menjanjikan efisiensi dan keberlanjutan.
Melalui pendekatan TOD, diharapkan tercipta kawasan terpadu yang secara harmonis menghubungkan fungsi hunian, pusat pekerjaan, dan kemudahan mobilitas masyarakat. Konsep ini dirancang untuk memaksimalkan aksesibilitas dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.
“Kita ingin mendorong semangat sustainability,” ujar AHY, menggarisbawahi aspek lingkungan dari TOD. Baginya, TOD bukan sekadar solusi mobilitas, melainkan juga instrumen vital untuk mengurangi carbon footprint, menekan emisi, dan mendukung target ambisius pengurangan CO2 nasional.
Usulan mengenai gerbong khusus perokok ini sendiri pertama kali dilontarkan oleh Anggota DPR RI, Nasim Khan. Dilansir dari Antara, Nasim Khan secara spesifik mengusulkan kepada PT Kereta Api Indonesia (KAI) agar menyediakan fasilitas tersebut untuk kereta api jarak jauh.
Usulan tersebut disampaikan dalam sebuah rapat dengar pendapat dengan Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, yang berlangsung pada Rabu (20/8). Ini menjadi pemicu diskusi publik mengenai fasilitas bagi perokok di moda transportasi publik.
Menanggapi usulan tersebut, PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan tegas menyatakan komitmennya. Perusahaan menegaskan bahwa seluruh layanan kereta api yang dioperasikan akan tetap bebas asap rokok, sebuah kebijakan yang diambil demi menjaga kenyamanan dan keselamatan seluruh pelanggan setia KAI.
Pernyataan senada juga datang dari Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Allan Tandiono. Ia menegaskan bahwa kereta api, sebagai moda transportasi umum, secara sah termasuk dalam kategori Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Aturan ini diterapkan demi menjamin kesehatan dan kenyamanan optimal bagi seluruh penumpang.
Ringkasan
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menolak menanggapi usulan gerbong khusus perokok di kereta api, dengan menyatakan fokusnya pada isu konektivitas nasional yang lebih penting. AHY menekankan prioritas pemerintah pada penguatan konektivitas antarwilayah secara komprehensif, termasuk darat, laut, udara, dan kereta api. Ia juga menggarisbawahi komitmen pemerintah untuk menyusun roadmap transportasi yang progresif demi kepentingan publik yang lebih luas.
AHY menyoroti urgensi konsep Transit Oriented Development (TOD) sebagai model pengembangan wilayah terintegrasi dengan transportasi publik, yang diharapkan menciptakan kawasan terpadu dan berkelanjutan. Sementara itu, PT KAI dan Kementerian Perhubungan menegaskan komitmen untuk mempertahankan kereta api sebagai kawasan tanpa rokok demi kenyamanan dan kesehatan penumpang. AHY juga menekankan pentingnya peran konektivitas dalam membuka titik-titik baru bagi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah yang berkelanjutan.