Scoot.co.id JAKARTA – Perdagangan awal pekan Senin (11/8/2025) ditutup dengan kinerja cemerlang saham-saham perbankan milik negara yang kompak mengalami penguatan. Dari deretan saham bank pelat merah tersebut, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) berhasil tampil sebagai pemimpin penguatan harga tertinggi, menunjukkan performa yang mengesankan di awal pekan.
Kinerja saham BBTN melesat signifikan, ditutup naik 8,07% mencapai level Rp 1.205 per saham. Sebagai perbandingan, saham-saham bank BUMN lainnya juga mencatatkan kenaikan, meskipun tidak setinggi BBTN. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 2,97% ke Rp 3.810, sementara PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,07% menjadi Rp 4.720.
Tak hanya itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turut serta dalam tren positif ini dengan kenaikan 3,19% mencapai Rp 4.200. Begitu pula dengan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang menguat 1,11% menjadi Rp 2.730, melengkapi dominasi penguatan di sektor perbankan pelat merah pada hari tersebut.
Lonjakan harga saham BBTN ini bukan tanpa alasan, melainkan dipicu oleh sentimen positif menjelang aksi korporasi spin-off unit usaha syariahnya, yaitu BTN Syariah. Rencananya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk Bank Victoria Syariah pada akhir Agustus 2025. Rapat krusial ini merupakan bagian integral dari strategi BTN untuk memperkuat pijakannya di industri keuangan syariah nasional yang terus berkembang pesat.
Menjelang proses spin-off BTN Syariah ini, optimisme pasar terhadap saham BBTN semakin kuat. Sejumlah analis terkemuka secara konsisten mempertahankan rekomendasi “beli” untuk saham BBTN, memperkirakan adanya potensi penguatan yang substansial dalam beberapa hari ke depan.
Salah satu pandangan positif datang dari analis BRI Danareksa Sekuritas, Victor Stefano dan Naura Reyhan Muchlis. Dalam riset terbaru mereka, target harga saham BBTN direvisi naik dari Rp 1.100 menjadi Rp 1.400 dengan rekomendasi “beli”. Revisi ini didasarkan pada proyeksi peluang Return on Equity (ROE) BBTN yang lebih tinggi di tahun ini, mengindikasikan prospek kinerja keuangan yang semakin baik.
Dukungan serupa juga disampaikan oleh tim riset Mandiri Sekuritas, melalui analis Kresna Hutabarat dan Boby Kristanto Chandra. Mereka mempertahankan rekomendasi “beli” untuk saham BBTN dengan target harga yang lebih tinggi, yakni Rp 1.500. Menurut mereka, “Perseroan berhasil mencatatkan pertumbuhan laba sebanyak 5% pada kuartal I-2025 didukung penyesuaian pengakuan pendapatan bunga yang menghasilkan tambahan pendapatan Rp 600-700 miliar,” jelasnya, dikutip pada Senin (11/8/2025), menggarisbawahi fundamental perusahaan yang solid.
Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menyatakan harapannya agar RUPSLB Bank Victoria Syariah dapat segera dituntaskan pada bulan Agustus, atau setidaknya sebelum akhir bulan. Beberapa kandidat pengurus baru untuk entitas syariah tersebut telah diusulkan dan kini masih menanti keputusan dari para pemegang saham Bank Victoria Syariah, termasuk pihak Danantara.
RUPSLB Bank Victoria Syariah akan mengagendakan tiga poin penting. Pertama, perubahan nama Bank Victoria Syariah; kedua, penyesuaian anggaran dasar agar selaras dengan standar bank BUMN; dan ketiga, potensi perubahan susunan jajaran pengurus. Pengumuman nama baru bank hasil spin-off BTN Syariah ini akan dilakukan setelah RUPSLB selesai. Selain itu, aksi korporasi berupa rights issue juga direncanakan berlangsung bersamaan dengan proses spin-off ini, meskipun ditegaskan bahwa rights issue tersebut bukan dilakukan oleh BTN induk.
Seluruh tahapan perizinan dan persetujuan dari regulator terkait, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), Kementerian BUMN, hingga Danantara, telah berhasil dilalui. Kelancaran proses ini menegaskan keseriusan BTN dalam mewujudkan entitas bank syariah yang lebih besar dan efisien, sejalan dengan visi ekspansi bisnisnya.
Proses spin-off BTN Syariah secara keseluruhan diperkirakan akan rampung sekitar bulan Oktober hingga November 2025. Langkah penggabungan ini juga selaras dengan amanat OJK yang mewajibkan spin-off Unit Usaha Syariah selambatnya pada 26 Februari 2026. Dengan mengambil alih kepemilikan penuh saham BVIS, BTN bertekad mempercepat pencapaian misinya.
Misi utama BTN adalah mentransformasi BTN Syariah menjadi bank syariah nomor dua terbesar di Indonesia, sekaligus memperkuat fondasi dan ekosistem keuangan syariah nasional. Secara finansial, aset bank syariah gabungan ini diproyeksikan akan mencapai kisaran Rp 65-67 triliun pada Oktober 2025. Angka ini secara signifikan akan menempatkan entitas baru ini sebagai pemain kunci yang berpengaruh di pasar perbankan syariah.
Pembentukan entitas bank syariah baru yang lebih besar ini kemungkinan besar juga akan diikuti dengan penyesuaian susunan pengurus, guna mengakomodasi dan mendukung struktur organisasi yang lebih luas dan kompleks ke depannya.
Ringkasan
Pada perdagangan awal pekan, saham BBTN mencatatkan kinerja cemerlang dengan kenaikan sebesar 8,07%, mencapai Rp 1.205 per saham, mengungguli saham bank BUMN lainnya. Kenaikan ini dipicu oleh sentimen positif menjelang aksi korporasi spin-off unit usaha syariahnya, BTN Syariah, yang rencananya akan dibahas dalam RUPSLB Bank Victoria Syariah pada akhir Agustus 2025.
Analis dari BRI Danareksa Sekuritas dan Mandiri Sekuritas mempertahankan rekomendasi “beli” untuk saham BBTN, dengan target harga masing-masing Rp 1.400 dan Rp 1.500. Direktur Utama BTN berharap RUPSLB Bank Victoria Syariah dapat segera dituntaskan, dengan proses spin-off BTN Syariah diperkirakan selesai pada Oktober-November 2025, bertujuan untuk mentransformasi BTN Syariah menjadi bank syariah nomor dua terbesar di Indonesia.