Bank Indonesia (BI) Wilayah DIY berkomitmen mendorong pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Yogyakarta. Sebanyak 70 UMKM telah mendapatkan pembinaan intensif dari BI, meliputi peningkatan kapasitas, perluasan akses pasar, dan dukungan pembiayaan. UMKM binaan ini berasal dari berbagai sektor, mulai dari kuliner dan fesyen – khususnya batik – hingga kerajinan tangan.
Kepala Kantor Perwakilan BI DIY, Sri Darmadi Sudibyo, menjelaskan program pembinaan tersebut dalam Pelatihan Wartawan Bank Indonesia Kuartal III 2025. “Dengan berbagai peningkatan kapasitas yang kita lakukan, harapannya mereka bisa terus meningkatkan kinerjanya, berinovasi, dan mengembangkan produk mereka sehingga akan terus naik kelas,” ujarnya. Peningkatan kapasitas ini diharapkan mampu mendorong daya saing UMKM Yogyakarta di pasar lokal maupun internasional.
Salah satu strategi BI untuk memperluas akses pasar UMKM adalah melalui business matching. Kegiatan ini memfasilitasi pertemuan antara UMKM dengan calon pembeli, termasuk pembeli ekspor. Sudibyo mencontohkan partisipasi UMKM binaan dalam Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025 yang berlangsung pada 7-10 Agustus lalu. KKI 2025 mencatatkan hasil yang signifikan: business matching ekspor senilai Rp 168,3 miliar, business matching pembiayaan UMKM mencapai Rp 224 miliar, dan pembiayaan UMKM hijau senilai Rp 96 miliar. Total omzet KKI 2025 mencapai Rp 98,7 miliar, terdiri dari penjualan langsung di lokasi pameran (Rp 20 miliar) dan penjualan online melalui platform KKI (Rp 78,7 miliar).
Keberhasilan KKI 2025 membuktikan efektifitas program business matching BI dalam mendorong peningkatan penjualan UMKM. “Pada saat mengikuti KKI, mereka bisa mengenal buyer yang lebih luas dan meningkatkan penjualan. Berbagai event yang diikuti tentunya memperluas pasar,” tambah Sudibyo. Selain itu, BI juga memfasilitasi akses pembiayaan dari perbankan dan berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kendala yang dihadapi UMKM, khususnya dalam hal ekspor.
BI secara aktif membantu UMKM mengatasi berbagai hambatan, termasuk persyaratan ekspor yang ketat, terutama di sektor makanan dan minuman. “Mengenai dorongan agar mereka naik kelas, terus kita lakukan. Kami menggandeng berbagai instansi untuk mengurai persoalan, misalnya persyaratan ketat pada sektor makanan dan minuman. Ini juga terus kita dorong agar mereka lebih mudah melakukan ekspor,” tegas Sudibyo. Komitmen BI ini menunjukkan keseriusan dalam memberdayakan UMKM dan mendorong perekonomian di Yogyakarta.
Ringkasan
Bank Indonesia (BI) Wilayah DIY telah membina 70 UMKM Yogyakarta dengan fokus peningkatan kapasitas, perluasan akses pasar, dan dukungan pembiayaan. UMKM binaan berasal dari berbagai sektor seperti kuliner, fesyen (batik), dan kerajinan, dengan harapan peningkatan kinerja dan inovasi untuk naik kelas. Strategi BI meliputi business matching untuk menghubungkan UMKM dengan pembeli, termasuk eksportir.
Partisipasi dalam Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025 menunjukkan hasil signifikan, dengan business matching ekspor mencapai Rp 168,3 miliar dan total omzet Rp 98,7 miliar. BI juga memfasilitasi akses pembiayaan dan berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk mengatasi hambatan UMKM, terutama persyaratan ekspor, khususnya pada sektor makanan dan minuman. BI berkomitmen untuk terus mendukung UMKM Yogyakarta agar semakin berkembang.