Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja industri pengolahan atau manufaktur Indonesia pada kuartal III 2025 mengalami ekspansi. Hal ini karena Prompt Manufacturing Index (PMI) BI mencapai 51,66 persen.
Angka ini lebih tinggi dibanding PMI BI pada kuartal II 2025 yakni sebesar 50,89 persen. Selain itu, angka ini juga berada di atas proyeksi BI di level 50,85 persen pada kuartal III. 2025.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyebut peningkatan ini didorong oleh ekspansi beberapa komponen.
“Berdasarkan komponen pembentuknya, peningkatan PMI-BI didorong oleh ekspansi pada sebagian besar komponen yaitu volume produksi, volume total pesanan, dan volume persediaan barang jadi,” kata Denny dalam keterangan tertulis, Jumat (17/10).
Dari sisi sub-Lapangan Usaha (Sub-LU), industri mesin dan perlengkapan menjadi sektor yang menjadi indeks tertinggi. Posisi tersebut disusul oleh industri pengolahan tembakau, lalu industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki.
Selain itu, peningkatan PMI BI juga selaras dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI yang mencatat kinerja kegiatan LU Industri Pengolahan meningkat dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 1,61 persen.
Pada kuartal IV 2025, BI memproyeksi kinerja industri pengolahan atau manufaktur Indonesia bakal tetap ekspansi. Untuk itu, BI memproyeksi PMI BI sebesar 51,36 persen tahun depan.
Adapun beberapa beberapa komponen yang diperkirakan berada pada fase ekspansi dengan indeks tertinggi pada adalah volume produksi, diikuti volume total pesanan, dan volume persediaan barang jadi.
“Mayoritas Sub-LU juga diperkirakan berada pada fase ekspansi, dengan indeks tertinggi pada industri mesin dan perlengkapan, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, dan industri furnitur,” ujar Denny.