Scoot.co.id JAKARTA. PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) tengah menjadi sorotan pasar menyusul rencana strategisnya untuk melepas kepemilikan tambang emas Doup. Aset berharga ini akan diakuisisi oleh anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR), sebuah langkah korporasi yang menarik perhatian serius dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Besarnya nilai aset PT Arafura Surya Alam (ASA), anak usaha PSAB yang mengelola tambang emas Doup, menjadi alasan utama BEI mempertanyakan dampak aksi ini terhadap struktur perusahaan. Sebelumnya, PSAB dan UNTR telah mengumumkan akuisisi ini dengan nilai transaksi yang didasarkan pada entreprise value fantastis, mencapai US$ 540 juta atau setara Rp 8,85 triliun.
Dalam perjanjian jual beli bersyarat tersebut, PT Danusa Tambang Nusantara (DTN), sebagai anak usaha UNTR, akan mengakuisisi 99,99996% saham ASA dari PT J Resources Nusantara (JRN). Tak hanya itu, PT Energia Prima Nusantara (EPN), anak usaha UNTR lainnya, juga meneken perjanjian dengan Jimmy Budiarto, Komisaris PSAB. EPN akan membeli sisa 0,00004% saham ASA serta 0,2% saham PT Mulia Bumi Persada (MBP) yang dimiliki Jimmy Budiarto, mengingat MBP merupakan entitas yang sahamnya juga dimiliki oleh ASA.
Keterbukaan informasi terbaru mengungkapkan bahwa BEI menyoroti total aset ASA yang mencapai US$ 213,21 juta (sebelum eliminasi). Angka ini hampir seperempat dari total aset PSAB yang tercatat sebesar US$ 853,72 juta per 30 Juni 2025. Perbandingan ini menunjukkan bahwa nilai aset ASA jauh melampaui entitas anak PSAB lainnya seperti PT Mulia Bumi Persada (MBP) dan PT Mulia Bumi Seruyung (MBS). Oleh karena itu, BEI meminta penjelasan mendalam mengenai rencana bisnis PSAB di masa mendatang.
Menanggapi hal tersebut, manajemen PSAB menjelaskan bahwa ASA merupakan pemegang saham langsung MBP dengan kepemilikan mayoritas 99,98%, namun tidak memiliki saham di MBS baik secara langsung maupun tidak langsung. Dijelaskan pula bahwa ASA saat ini masih dalam tahap konstruksi pembangunan tambang emas, berbeda dengan MBP dan MBS yang belum memiliki izin pertambangan. Dengan demikian, PSAB menilai pelepasan ASA tidak akan mengganggu operasional perusahaan secara signifikan.
Strategi PSAB paska divestasi ASA adalah untuk fokus mengoptimalkan tambang-tambang yang sudah berproduksi. “Namun, perusahaan selalu terbuka untuk setiap peluang usaha yang baru,” demikian disampaikan Manajemen PSAB dalam keterbukaan informasi, Kamis (18/9) lalu. Sebagai informasi, saat ini PSAB mengoperasikan dua tambang utama yang produktif, yaitu Proyek Bakan di Sulawesi Utara dan Proyek Penjom di Pahang, Malaysia. Pada tahun 2024, produksi emas konsolidasi PSAB menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 7,4% secara year-on-year (yoy) mencapai 100.600 ons troi.
Rekomendasi Saham PSAB
Analis Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, memberikan pandangannya terhadap aksi korporasi ini. Ia menyoroti bahwa pelepasan ASA, dengan asetnya yang besar, akan mengurangi porsi cadangan dan sumber daya emas yang dimiliki PSAB. Konsekuensinya, PSAB untuk sementara waktu hanya akan bergantung pada produksi dari Tambang Bakan dan Penjom, yang kontribusinya diproyeksikan lebih kecil dibandingkan potensi Tambang Emas Doup jika telah beroperasi penuh.
Di sisi lain, akuisisi ini membawa angin segar bagi PSAB melalui dana tunai senilai US$ 540 juta. Dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk melunasi utang dan memperkuat struktur neraca keuangan perusahaan. “Jadi, arus kas dan balance sheet menjadi lebih sehat, tetapi basis produksi jangka panjang akan berkurang,” ujar Wafi pada Senin (22/9/2025).
Wafi menambahkan bahwa meskipun dengan mengandalkan tambang emas Bakan dan Penjom, PSAB masih memiliki potensi kinerja yang cemerlang, didukung oleh tren harga emas global yang sedang dalam fase bullish. Namun, tantangan utama terletak pada biaya produksi PSAB yang relatif tinggi, sehingga dampak kenaikan harga emas yang dirasakan emiten ini mungkin tidak sebesar para pemain global yang memiliki efisiensi lebih baik. “Investor akan menunggu kepastian strategi PSAB paska divestasi ASA, apakah akan ekspansi ke aset baru atau lebih fokus ke perbaikan balance sheet,” jelas Wafi, yang merekomendasikan trading buy saham PSAB dengan target harga Rp 600 per saham.
Senada, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, turut merekomendasikan buy on weakness untuk saham PSAB. Ia menetapkan level support di Rp 550 per saham dan resistance di Rp 590 per saham, dengan target harga yang lebih tinggi di kisaran Rp 630—670 per saham.
PSAB Chart by TradingView
Ringkasan
PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) berencana melepas tambang emas Doup ke anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan nilai transaksi mencapai US$ 540 juta. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyoroti besarnya nilai aset tambang Doup yang dikelola PT Arafura Surya Alam (ASA), yang mencapai hampir seperempat dari total aset PSAB, dan meminta penjelasan mengenai rencana bisnis perusahaan setelah divestasi.
Manajemen PSAB menjelaskan bahwa setelah divestasi ASA, perusahaan akan fokus mengoptimalkan tambang yang sudah berproduksi, yaitu Proyek Bakan di Sulawesi Utara dan Proyek Penjom di Pahang, Malaysia. Analis merekomendasikan *trading buy* dan *buy on weakness* saham PSAB, meskipun pelepasan aset akan mengurangi cadangan emas, namun dana hasil akuisisi dapat memperkuat neraca keuangan perusahaan.