Gubernur The Fed Sekutu Trump Melawan Arus, Ingin Suku Bunga Turun Lebih Dalam

Scoot.co.id , JAKARTA – Pejabat baru Federal Reserve (The Fed), Stephen Miran yang merupakan sekutu Presiden Donlad Trump, kembali berbeda pandangan dengan pejabat bank Sentral AS lain terkait laju pemangkasan suku bunga

Melansir Reuters pada Jumat (26/9/2025), Miran kembali mendesak pemangkasan tajam suku bunga AS untuk mencegah keruntuhan pasar tenaga kerja. Dia menilai para pembuat kebijakan Fed lain terlalu khawatir tarif impor akan mendorong inflasi.

Miran, yang dikonfirmasi Senat sehari sebelum pertemuan The Fed 16–17 September, menggunakan hak suara pertamanya pekan lalu untuk menyatakan perbedaan pendapat (dissent) dengan mendukung pemangkasan suku bunga setengah poin.

: Bursa Saham AS Melemah, Pasar Ragu Arah Kebijakan The Fed

“Dari hasil pertemuan pekan lalu sangat jelas bahwa orang tidak merasa ada urgensi. Sebagian karena mereka masih sangat takut dengan inflasi akibat tarif… menurut saya belum ada bukti nyata inflasi tarif, dan itulah yang menahan banyak kolega saya,” ujar Miran.

Miran berpendapat suku bunga acuan seharusnya diturunkan dua poin persentase melalui serangkaian pemangkasan 50 basis poin di setiap pertemuan mendatang. Menurutnya, ketika kebijakan moneter berada dalam posisi yang terlalu ketat, ekonomi menjadi lebih rentan terhadap guncangan negatif.

: : Harga Bitcoin Cs Ambrol Usai Suku Bunga The Fed Turun, Ada Apa?

Pandangan Miran sejalan dengan Presiden Donald Trump yang sejak awal tahun mendesak The Fed memangkas bunga lebih agresif, dan mempercepat penunjukan Miran ketika kursi kosong terbuka pada Agustus lalu.

Sejak dissent-nya, Miran aktif menyampaikan pandangannya melalui pidato di New York dan sejumlah wawancara televisi. Dia menegaskan bahwa suku bunga The Fed saat ini terlalu tinggi, terlebih di tengah kebijakan imigrasi ketat Trump yang menurutnya akan membawa efek disinflasi.

: : Jalan Kebijakan Suku Bunga Makin Rumit, Bos The Fed Soroti Risiko Ganda

Risiko Keliru

Namun, sejumlah pejabat The Fed menolak usulan tersebut. Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menilai pemangkasan cepat berisiko keliru karena inflasi masih di atas target 2% selama lebih dari empat tahun.

Goolsbee menilai, jika suku bunga yang terlalu ketat benar-benar mendorong ekonomi ke resesi, sektor-sektor yang sensitif terhadap siklus dan suku bunga seharusnya sudah menunjukkan tanda-tanda tersebut. 

Namun, dia mengatakan saat ini investasi bisnis justru masih kuat, sementara pelemahan perumahan bukan hal baru dan tidak memburuk.

Goolsbee juga menepis argumen Miran bahwa penurunan imigrasi akan menekan inflasi. Menurutnya, penurunan besar imigrasi justru bersifat inflasioner, terutama di sektor jasa yang sangat bergantung pada tenaga kerja imigran.”

Presiden The Fed Kansas City Jeffrey Schmid menambahkan, meski pemangkasan suku bunga pekan lalu merupakan strategi manajemen risiko yang wajar, keputusan lebih lanjut tetap bergantung pada data. 

“Inflasi masih terlalu tinggi, sementara pasar tenaga kerja meski melambat masih relatif seimbang,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua The Fed untuk Pengawasan Michelle Bowman—yang setuju bahwa tarif impor Trump tidak memicu inflasi baru—juga kurang sepakat dengan usulan Miran soal pemangkasan tajam. 

Dia memperkirakan The Fed mungkin akan menurunkan bunga sebanyak tiga kali lagi masing-masing 25 basis poin hingga akhir tahun, dengan mempertimbangkan pasar tenaga kerja yang lebih rapuh dari perkiraan.

Pekan lalu The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,00%–4,25%. Proyeksi internal menunjukkan sebagian besar pejabat mendukung pemangkasan tambahan tahun ini, meski sepertiga lainnya menilai langkah itu tidak tepat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *