IHSG Keok Hadapi Wacana Free Float MSCI, Cermati Rekomendasi Saham Selasa (28/10)

Scoot.co.id JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Senin (27/10/2025) dengan pelemahan signifikan, anjlok 1,87% dan ditutup pada level 8.117. Sepanjang sesi perdagangan, indeks acuan ini bahkan sempat menyentuh titik terendah di angka 7.959, menandakan tekanan jual yang kuat di pasar saham domestik.

Pelemahan ini, menurut Oktavianus Audi, VP Equity Retail Analyst Kiwoom Sekuritas, utamanya dipicu oleh sentimen negatif pasar terkait wacana penyesuaian metodologi perhitungan free float oleh Morgan Stanley Capital Index (MSCI) khusus untuk konstituen saham Indonesia. Rencananya, MSCI akan beralih menggunakan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) untuk kalkulasi free float saham.

Perlu diketahui, selama ini emiten di Indonesia hanya diwajibkan melaporkan pemegang saham dengan kepemilikan di atas atau sama dengan 5% kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Berbeda halnya dengan KSEI, yang memiliki data lebih rinci, mencakup kepemilikan di bawah 5% sekaligus mengklasifikasikan pemegang saham tersebut. Dengan demikian, penggunaan data KSEI akan memberikan gambaran yang jauh lebih akurat dan detail mengenai porsi free float suatu saham.

Audi memperingatkan, adopsi aturan baru ini akan mengarah pada pembulatan porsi free float yang lebih ketat dan konservatif, berpotensi memicu outflow oleh dana pasif global dari pasar saham domestik. Senada, Alrich Paskalis Tambolang, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, menjelaskan bahwa MSCI juga akan menerapkan pembulatan baru mulai Mei 2026. Aturan pembulatan ini bervariasi: porsi 25% akan dibulatkan ke 2,5% terdekat, sementara porsi 5% hingga 25% dan kurang dari 5% akan dibulatkan ke 0,5% terdekat. Kebijakan ini, tegas Alrich, secara langsung akan memengaruhi bobot saham Indonesia dalam indeks Emerging Markets MSCI.

Ironisnya, tekanan pada IHSG ini terjadi di tengah menguatnya sentimen positif di pasar saham global dan regional Asia. Hal ini sejalan dengan tercapainya kerangka kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China, yang seharusnya memberikan dorongan positif bagi indeks-indeks di kawasan.

IHSG Anjlok 1,87% ke 8,117 pada Senin (27/10/2025), BRPT, SCMA, AMMN Top Losers LQ45

Secara teknikal, Alrich menganalisis bahwa IHSG telah mengalami breaklow MA20 di level 8.117, disertai dengan kenaikan volume transaksi yang signifikan. Indikator Stochastic RSI juga menunjukkan death cross di area pivot, sementara MACD membentuk penyempitan negative slope. Oleh karena itu, IHSG diperkirakan berpotensi menguji level psikologis 8.000 dengan level support di 8.000 dan resistance di 8.300 untuk perdagangan berikutnya. Prediksi berbeda datang dari Audi, yang melihat IHSG akan bergerak fluktuatif namun cenderung menguat terbatas dalam rentang support 8.006 dan resistance 8.250, didukung oleh indikator MACD yang menunjukkan pelemahan tren seiring dengan penurunan RSI.

Audi menambahkan, selain dampak wacana perubahan konstituen MSCI, pasar saham juga akan terus bereaksi terhadap kekhawatiran pelemahan Rupiah terhadap dolar AS, yang diperkirakan bisa menyentuh level Rp 16.620. Ini tentu menjadi salah satu faktor yang berpotensi memberikan sentimen negatif tambahan bagi IHSG ke depan. Di sisi lain, Alrich menyoroti ekspektasi investor terhadap realisasi laporan keuangan kuartal III-2025 dan potensi perbaikan ekonomi domestik di kuartal IV-2025.

MSCI Pertimbangkan Data KSEI untuk Hitung Free Float Saham Indonesia

Sebelumnya, Alrich sempat mengulas kinerja beberapa emiten perbankan besar di kuartal III-2025. Ia mencatat PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan kinerja yang solid, sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menghadapi tekanan pada laba. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mengalami penurunan laba akibat peningkatan beban provisi dan beban lain-lain. Dengan mempertimbangkan berbagai sentimen tersebut, Alrich menyarankan investor untuk mencermati saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (AMDR), PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), PT Bank Jago Tbk (ARTO), dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Sementara itu, Audi merekomendasikan trading buy untuk saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan rentang support Rp 770 dan resistance Rp 950, serta saham ADMR dengan rentang support Rp 1.315 dan resistance Rp 1.635.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *