Scoot.co.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil kembali mempertahankan posisinya di atas level psikologis 8.000, sebuah capaian signifikan bagi pasar modal Indonesia. Pada Rabu, 17 September 2025, IHSG ditutup menguat di angka 8.025,17. Meskipun demikian, pada keesokan harinya, Kamis, 18 September 2025, indeks terkoreksi tipis 0,21% dan mengakhiri perdagangan di 8.008,43.
Kenaikan IHSG ini, menurut Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, utamanya didorong oleh keputusan penting Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan menjadi 4,75%. Liza menegaskan bahwa faktor ini lebih dominan dibandingkan isu perombakan kabinet yang sempat beredar di publik. “IHSG tembus ke atas 8.000 lebih didorong pemangkasan BI Rate ke 4,75% yang menurunkan cost of fund dan memperbaiki risk appetite,” jelas Liza kepada Kontan pada Kamis (18/9/2025).
Terkait isu reshuffle kabinet jilid dua, Liza menilai bahwa dampaknya terhadap pasar cenderung netral untuk saat ini. Pengaruh signifikan baru akan terasa jika ada kejelasan mengenai detail eksekusi terkait disiplin fiskal dan implementasi “100-day plan” yang konkret dari pemerintahan.
Fokus Pasar: Fiskal, BI, dan Likuiditas
Pasar saat ini tengah menanti beberapa klarifikasi penting yang akan menjadi penentu arah pergerakan selanjutnya. Liza Camelia Suryanata menyoroti tiga aspek utama: kejelasan kebijakan fiskal untuk tahun 2026, sinergi yang harmonis antara menteri keuangan baru dengan Bank Indonesia, serta realisasi penyaluran likuiditas sebesar Rp 200 triliun agar benar-benar masuk dan menggerakkan sektor kredit riil. “Pasar membeli policy clarity, bukan sekadar pergantian personel,” tegas Liza, menekankan pentingnya substansi kebijakan di atas perubahan struktur.
Secara taktis, pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dan potensi kebijakan serupa di tingkat global dipandang sebagai pendorong utama pasar. Namun, untuk mencapai rerating atau penilaian ulang valuasi dalam jangka menengah, Liza menyebutkan perlunya “3P” yang krusial:
- Policy clarity (kejelasan peta jalan fiskal yang terstruktur)
- Proof of transmission (bukti nyata bahwa kebijakan berdampak positif pada kredit dan pendapatan perusahaan)
- Prudence (prinsip kehati-hatian dan disiplin dalam pengelolaan fiskal)
Dalam kondisi saat ini, Liza memproyeksikan bahwa sektor perbankan dengan kapitalisasi besar dan saham-saham consumer staples akan menjadi pemenang awal. Sementara itu, kinerja saham properti dan telekomunikasi diperkirakan masih akan bergerak selektif, sangat bergantung pada kecepatan transmisi suku bunga ke sektor riil serta dinamika belanja modal perusahaan.
Di pasar obligasi negara (SBN), peluang untuk perbaikan penawaran akan terbuka lebar asalkan kredibilitas fiskal pemerintah dapat terus terjaga dengan baik. Dukungan dari sisi teknikal juga datang dari Satriawan Haryono, seorang Chartist Maybank Sekuritas, yang memperkirakan bahwa IHSG berpotensi melanjutkan penguatannya menuju level 8.344.
Emiten Tambang hingga Kesehatan Gelar Buyback, Apa Kata Analis?
Tonton: Intip Saham-Saham yang Banyak Dijual Asing Saat IHSG Naik 6 Hari Beruntun