KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memasuki fase genting, dan ketegangan yang meningkat ini diprediksi akan sangat memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin, 13 Oktober 2025.
Tensi antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini memuncak setelah Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan rencana agresif untuk memberlakukan tarif tambahan hingga 100% terhadap seluruh impor dari China. Tak hanya itu, Trump juga berencana menerapkan kontrol ekspor pada berbagai perangkat lunak strategis mulai 1 November 2025, sebuah langkah yang diyakini akan semakin memperkeruh hubungan bilateral.
Kebijakan kontroversial ini disampaikan Trump melalui akun media sosial pribadinya, dengan dalih bahwa China telah lebih dulu memberlakukan pengendalian ekspor terhadap elemen tanah jarang atau rare earth elements. Elemen-elemen ini merupakan bahan vital yang krusial dalam industri semikonduktor dan teknologi tinggi, sehingga langkah China tersebut dianggap memicu respons keras dari Washington. Apabila tarif baru ini benar-benar diterapkan, maka bea impor atas barang China akan melonjak drastis, jauh melampaui tarif 30% yang sudah berlaku saat ini.
Langkah-langkah agresif tersebut seketika mengguncang pasar keuangan global. Bursa saham AS, Wall Street, dilaporkan terjun bebas pada perdagangan Jumat, 10 Oktober 2025, dengan nilai pasar yang menyusut hingga sekitar US$2 triliun. Ketiga indeks saham utama AS mengalami penurunan tajam sebagai respons langsung terhadap pernyataan Trump tersebut.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 10 Oktober 2025, Dow Jones Industrial Average anjlok 878,82 poin atau 1,90% menjadi 45.479,60. Indeks S&P 500 ambles 182,60 poin atau 2,71% menjadi 6.552,51, sementara Nasdaq Composite turun 820,20 poin atau 3,56% ke posisi 22.204,43.
IHSG Berpotensi Tertekan, Cermati Rekomendasi Saham untuk Senin (13/10)
Dampak Eskalasi Perang Dagang pada Pasar Saham Indonesia
Para analis pasar keuangan domestik turut menyuarakan kekhawatiran atas dampak dari perang dagang AS-China yang kembali memanas ini. Technical Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Reza Diofanda, menilai bahwa pengenaan tarif impor hingga 100% memicu ketegangan baru yang berpotensi menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka pendek.
Reza menyebutkan bahwa sentimen negatif ini dapat memicu arus keluar dana asing dari pasar saham domestik. Kendati demikian, ia menambahkan bahwa peluang rebound tetap terbuka lebar jika tensi dagang antara AS dan China mereda. Dalam skenario bullish, Reza memprediksi IHSG akan menjadikan level 8.160 sebagai area support penting, dengan potensi penguatan lanjutan menuju resistance di kisaran 8.306–8.392. Namun, jika skenario bearish terjadi, IHSG berpotensi melemah setelah harga menyentuh garis upper band disertai kemunculan candle doji, yang bisa membawa IHSG ke level 8.092–7.928.
Dampak dari ketegangan global ini tidak hanya terasa di pasar saham konvensional. Reza juga menyoroti bagaimana pasar kripto ikut terguncang, dengan harga Bitcoin yang anjlok sekitar Rp1,7 miliar akibat gelombang likuidasi posisi long dan meningkatnya kekhawatiran risiko global.
Perang Dagang AS-China Kembali Berkobar, Simak Proyeksi IHSG Senin (13/10/2025)
Secara terpisah, Analis sekaligus Vice President of Equity Retail Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menegaskan bahwa pergerakan pasar saham domestik akan sangat dipengaruhi oleh pengenaan tarif baru AS ke China. Kondisi ini secara signifikan meningkatkan ketidakpastian pasar di tengah gencatan perang tarif yang kembali bergulir. “Di pasar AS sudah terdampak dengan terjadi koreksi,” ucap Audi kepada Kontan, Minggu, 12 Oktober 2025.
Untuk perdagangan Senin, 13 Oktober 2025, Audi memproyeksikan IHSG akan bergerak mixed cenderung melemah, berada dalam rentang level support 8.140 dan resistance 8.310. Ia juga menggarisbawahi bahwa IHSG pekan lalu berhasil mencatatkan new All Time High (ATH), namun tidak didorong oleh kenaikan volume transaksi yang signifikan, sehingga penguatan tersebut cenderung lebih rapuh dan rentan terhadap koreksi.
Proyeksi pergerakan IHSG dalam sepekan ke depan oleh Audi menunjukkan level support di 7.936 dan resistance di 8.440. Indikator MACD saat ini menunjukkan penguatan tren, sementara RSI sudah berada di zona overbought dalam tenor mingguan, mengindikasikan potensi volatilitas.
IHSG Cetak Rekor Tertinggi, Didorong Rebalancing Indeks dan Sentimen Likuiditas
Strategi Investasi dan Rekomendasi Saham Pilihan
Dalam menghadapi ketidakpastian pasar ini, Audi menyarankan agar investor memperhatikan sektor-sektor siklikal seperti energi dan bahan baku untuk strategi jangka pendek. Sementara itu, untuk jangka menengah hingga panjang, sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti keuangan, properti, industri, dan telekomunikasi dapat menjadi pilihan yang menarik.
Untuk perdagangan Senin, 13 Oktober 2025, Oktavianus Audi membagikan rekomendasi pilihan saham dengan analisis teknikal sebagai berikut:
1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Rekomendasi: Speculative buy
Support: Rp 3.160
Resistance: Rp 3.680
2. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
Rekomendasi: Speculative buy
Support: Rp 2.220
Resistance: Rp 2.700
Ringkasan
Ketegangan antara AS dan China meningkat setelah AS berencana mengenakan tarif tambahan hingga 100% pada impor dari China dan memberlakukan kontrol ekspor perangkat lunak strategis. Langkah ini dipicu oleh pengendalian ekspor elemen tanah jarang oleh China, yang dianggap vital dalam industri semikonduktor. Aksi ini mengguncang pasar keuangan global, menyebabkan penurunan tajam di Wall Street.
Analis pasar memprediksi IHSG akan tertekan akibat sentimen negatif dan potensi arus keluar dana asing. IHSG diperkirakan bergerak mixed cenderung melemah dengan support di 8.140 dan resistance di 8.310. Investor disarankan untuk memperhatikan sektor siklikal seperti energi dan bahan baku untuk jangka pendek, serta sektor sensitif suku bunga untuk jangka menengah hingga panjang. Rekomendasi saham meliputi ANTM dan MDKA dengan status *speculative buy*.