
Scoot.co.id , JAKARTA – Sejumlah emiten pengelola rumah sakit menampilkan kinerja yang beragam sepanjang sembilan bulan 2025. Beberapa emiten mampu membukukan kinerja yang bertumbuh, saat sejumlah emiten lainnya membukukan kinerja yang lesu sepanjang periode Januari–September 2025.
Salah satu emiten yang mampu mencatatkan kinerja apik adalah PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO). Secara bottom line, SILO bahkan mampu bertumbuh dobel digit sepanjang periode ini.
Melansir laporan keuangan, SILO membukukan pendapatan senilai Rp9,42 triliun per kuartal III/2025. Pendapatan yang dibukukan oleh SILO bertumbuh 3,31% year-on-year (YoY) dari posisi Rp9,12 triliun pada periode yang sama 2024.
Pertumbuhan pendapatan Siloam turut disumbangkan oleh pertumbuhan pendapatan di sejumlah segmen operasi perseroan. Di Siloam Semanggi (MRCCC) misalnya, Siloam membukukan pendapatan senilai Rp1,18 triliun, naik dari Rp1,17 triliun pada periode Januari–September 2024.
Selain itu, pengoperasian Siloam Hospital Lippo Village juga membukukan pendapatan senilai Rp1,09 triliun, naik dari Rp1,04 triliun pada periode yang berakhir September 2024.
Namun, dengan meningkatnya pendapatan perseroan, biaya pendapatan turut membengkak. SILO membukukan beban pokok pendapatan senilai Rp5,82 triliun per kuartal III/2025, naik dari posisi Rp5,51 triliun pada periode yang sama 2024.
Hal itu sejalan dengan upaya SILO untuk meningkatkan kapasitas bed sebanyak 5,6% YoY menjadi 4.326 kapasitas bed terpasang di berbagai rumah sakit Siloam. Namun, penerimaan rawat inap dan okupansi susut masing-masing 4,2% dan 4,8% YoY.
Setelah dikurangi berbagai beban dan pajak lainnya, SILO mampu membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih senilai Rp761,34 miliar per September 2025, naik 19,91% YoY dari Rp634,88 miliar pada periode yang sama 2024.
Di tengah keberhasilan SILO mengendalikan beban, Presiden Direktur Siloam David Utama, menerangkan bahwa kinerja sembilan bulan Siloam telah mencerminkan pemulihan bisnis Siloam di kuartal ini.
“Kami yakin kinerja akan terus meningkat pada kuartal berikutnya, didukung oleh disiplin pengelolaan biaya, eksekusi kuat atas transformasi NGS, serta peningkatan berkelanjutan dalam kualitas layanan. Hasil ini menunjukkan ketahanan model bisnis kami dan kemampuan Siloam untuk mengeksekusi secara efektif bahkan di tengah tantangan eksternal,” katanya, Selasa (29/10/2025).
Saham Pilihan
PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) juga membukukan kinerja bottom line yang bertumbuh dobel digit. Adapun sepanjang sembilan bulan 2025, MIKA membukukan pendapatan senilai Rp3,98 triliun, naik 9,98% YoY dibandingkan posisi Rp3,61 triliun pada periode yang sama 2024.
Pertumbuhan tersebut sejalan dengan catatan pertumbuhan di sejumlah segmen operasi MIKA. Di Jakarta dan Jawa Barat, misalnya, MIKA membukukan pendapatan bersih senilai Rp3,03 triliun per kuartal III/2025, tumbuh 5,51% dari Rp2,87 triliun pada periode yang sama 2024.
Sementara itu, di Jawa Tengah dan Jawa Timur, MIKA membukukan pendapatan senilai Rp947,79 miliar, naik 27,24% YoY dari Rp744,88 miliar pada periode yang sama 2024.
Sejalan dengan meningkatnya pendapatan MIKA, perseroan juga turut membukukan beban pokok pendapatan yang membengkak menjadi Rp1,79 triliun per September 2025, naik dari Rp1,67 triliun pada periode yang sama 2024.
: Laba Bersih Mitra Keluarga (MIKA) Tembus Rp1 Triliun per Kuartal III/2025
Setelah dikurangi berbagai beban dan pajak, MIKA mampu membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih senilai Rp1,01 triliun per kuartal III/2025. Catatan laba bersih itu naik 16,50% YoY dari Rp872,88 miliar pada periode yang sama 2024.
Sementara itu, kinerja sebaliknya justru ditampilkan oleh PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL). Kendati mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan, HEAL tidak kuasa menahan beban sehingga memberikan laba bersih yang susut terhadap kinerja sembilan bulan 2025.
Berdasarkan Laporan Keuangan per 30 September 2025, HEAL membukukan kenaikan pendapatan menjadi Rp5,28 triliun. Realisasi itu meningkat 5,20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) yang senilai Rp5,28 triliun.
Dilihat dari kontribusi pendapatan, pemasukan dari rawat inap dan rawat jalan mengalami kenaikan yang sejalan. Pendapatan rawat inap naik 4,92% yoy menjadi Rp3,18 triliun dan rawat jalan naik 4,96% yoy menjadi Rp5,12 triliun.
Alhasil, laba bruto pun tergerus 5,70% yoy menjadi Rp1,77 triliun dari sebelumnya Rp1,87 triliun. Sedangkan laba usaha melorot 13,27% yoy menjadi Rp751,1 miliar dari sebelumnya Rp866,07 miliar. Dengan begitu, laba bersih HEAL mengalami penurunan 23,95% yoy menjadi Rp356,01 miliar dari sebelumnya Rp468,16 miliar.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta, menegaskan bahwa kinerja emiten rumah sakit akan cenderung mengikuti pola pertumbuhan ekonomi di masyarakat. Artinya, jika kondisi perekonomian masyarakat positif, maka tren konsumsi kesehatan akan meningkat.
“Memang ini menjadi salah satu motor daripada pertumbuhan pendapatan dari emiten rumah sakit karena masyarakat kita juga sudah berprinsip pada penerapan langkah kuratif maupun preventif,” tegasnya.
Namun, dalam kondisi saat ini, Nafan hanya merekomendasikan saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) dengan target harga Rp2.860 per lembar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.