Masih Rugi di Pos Nilai Wajar Investasi, Ini Strategi Astra (ASII) Kelola Portofolio

Scoot.co.id JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) terus mematangkan strategi investasinya di tengah dinamika pasar. Perusahaan masih mencatatkan rugi dari pos penyesuaian nilai wajar investasi pada semester I 2025, namun dengan penurunan yang signifikan dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Sepanjang periode Januari hingga Juni 2025, ASII membukukan rugi sebesar Rp 484 miliar dari investasi di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Medialoka Hermina Tbk (HEAL). Angka ini menunjukkan perbaikan yang cukup besar, mengingat pada periode yang sama tahun lalu kerugian tercatat mencapai Rp 817 miliar.

Selain itu, pos penyesuaian nilai wajar investasi lain-lain juga menunjukkan penurunan kerugian menjadi Rp 14 miliar per semester I 2025, dari sebelumnya Rp 34 miliar pada semester I 2024. Penyesuaian ini mencerminkan fluktuasi harga aset di pasar.

Per 30 Juni 2025, total nilai investasi efek-efek yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan asuransi dalam Grup Astra mencapai Rp 17,9 triliun. Sementara itu, investasi ASII pada HEAL dan GOTO masing-masing tercatat sebesar Rp 1,7 triliun dan Rp 1,1 triliun. Angka-angka ini bergeser dari posisi per 31 Desember 2024, di mana nilai investasi asuransi mencapai Rp 16,1 triliun, HEAL Rp 1,9 triliun, dan GOTO Rp 1,3 triliun.

Menanggapi perubahan ini, Head of Corporate Investor Relation ASII, Tira Ardianti, menjelaskan bahwa pergerakan nilai wajar investasi merupakan respons terhadap dinamika pasar. Namun, ASII belum memberikan kejelasan mengenai potensi aksi korporasi seperti divestasi pada GOTO atau HEAL. “Kami tidak dapat berkomentar terkait rencana aksi korporasi ke depan,” tegas Tira kepada Kontan pada Senin (15/9/2025).

Di sisi lain, ASII juga aktif dalam merealisasikan belanja modal (capex) dan investasi. Hingga semester pertama 2025, realisasi capex Astra telah mencapai Rp 8,8 triliun. Sebagian besar dana tersebut dialokasikan untuk pembelian alat berat yang menopang bisnis kontraktor pertambangan. Selain itu, capex juga digunakan untuk kegiatan replanting dan pemeliharaan pabrik di segmen agribisnis, pembelian mesin produksi di Astra Otoparts, serta renovasi dan akuisisi lahan baru untuk cabang dealer dalam bisnis otomotif.

“Pada awal tahun 2025 kami telah mencanangkan belanja modal sebesar Rp 26 triliun. Namun, melihat situasi dan kondisi saat ini, angka tersebut mungkin akan kami sesuaikan dengan kebutuhan, mengingat kondisi bisnis yang terbilang cukup menantang,” terang Tira, menandakan fleksibilitas Astra dalam merespons pasar.

Selain capex, realisasi investasi ASII hingga semester I 2025 mencapai Rp 3,3 triliun. Investasi ini sebagian besar disalurkan untuk pengembangan aset gudang logistik modern dan penguatan sektor kesehatan. Tira menambahkan, “Masih terdapat beberapa proyek lain dalam pipeline yang akan kami realisasikan pada semester kedua 2025, dan akan kami informasikan pada saatnya sesuai dengan ketentuan.”

Tira menegaskan bahwa strategi investasi Astra bersifat jangka panjang, hati-hati, dan terdiversifikasi. Fokus utamanya adalah menciptakan pertumbuhan profit dan arus kas yang tangguh (resilient) serta mendukung pertumbuhan jangka panjang perseroan secara keseluruhan. Dalam jangka pendek, Astra berkomitmen untuk memperkuat tujuh lini bisnis intinya, yaitu otomotif dan mobilitas, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, agribisnis, teknologi informasi, infrastruktur, serta properti. “Selama ini lini bisnis tersebut menopang profit Astra dan akan terus diperkuat serta dikembangkan,” ujarnya.

Untuk jangka menengah hingga panjang, Astra memprioritaskan ekspansi pada tiga area strategis: infrastruktur, kesehatan, dan mineral. Di sektor mineral, Astra telah memperluas portofolionya melalui investasi strategis di komoditas emas dan nikel. Pada bidang kesehatan, perusahaan meningkatkan kepemilikan pada berbagai entitas penting seperti Hermina, Heartology, dan Halodoc. Sementara itu, fokus di sektor infrastruktur mencakup pengembangan gudang modern, pembangunan jalan tol, serta investasi pada infrastruktur digital, termasuk pusat data (data center).

“Meski demikian, Astra tetap terbuka untuk berinvestasi di sektor lain yang memiliki prospek menjanjikan, selama terdapat potensi pertumbuhan yang baik dan peluang sinergi dengan lini bisnis Astra yang sudah ada,” pungkas Tira, menunjukkan komitmen Astra untuk terus mencari peluang pertumbuhan yang adaptif dan strategis.

Ringkasan

Astra International (ASII) melaporkan penurunan kerugian dari penyesuaian nilai wajar investasi pada semester I 2025 menjadi Rp 484 miliar, dibandingkan Rp 817 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini terutama disebabkan oleh investasi di GOTO dan HEAL, serta investasi lainnya yang juga menunjukkan perbaikan. Total nilai investasi efek-efek yang dikelola oleh perusahaan asuransi dalam Grup Astra mencapai Rp 17,9 triliun per 30 Juni 2025.

ASII telah merealisasikan belanja modal (capex) sebesar Rp 8,8 triliun dan investasi sebesar Rp 3,3 triliun pada semester I 2025. Investasi difokuskan pada pengembangan aset gudang logistik, penguatan sektor kesehatan, dan ekspansi di sektor infrastruktur, kesehatan, dan mineral. Strategi investasi ASII berfokus jangka panjang, hati-hati, dan terdiversifikasi untuk menciptakan pertumbuhan profit dan arus kas yang tangguh, serta mendukung pertumbuhan jangka panjang perusahaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *