
Kinerja saham lapis kedua (second liner) atau saham berkapitalisasi kecil-menengah terus memikat perhatian investor di tengah dinamika pasar. Hal ini tercermin dari pertumbuhan positif pada indeks IDX SMC Composite dan IDX SMC Liquid dalam beberapa waktu terakhir. Keunggulan ini membuat saham-saham tersebut dipandang menarik, terutama saat sebagian saham berkapitalisasi besar masih dibayangi tekanan jual yang signifikan.
Data menunjukkan performa impresif saham lapis kedua. IDX SMC Composite berhasil tumbuh 5,89% dalam sebulan terakhir, mencapai level 372,50 pada Kamis (4/9/2025). Pencapaian ini lebih unggul dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya naik 5,04% ke level 7.867,35 pada periode yang sama. Di sisi lain, IDX SMC Liquid juga mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 2,43% ke level 327,89 dalam satu bulan terakhir.
Simak Arah Pergerakan IHSG pada Esok Hari, Senin (8/9)
Ditarik sejak awal tahun (year to date), kedua indeks ini semakin menunjukkan dominasinya. IDX SMC Composite menguat 16,11%, sementara IDX SMC Liquid tumbuh 8,37%. Kedua indeks ini secara konsisten mengalahkan IHSG yang hanya tumbuh 9,83% sejak awal tahun, menegaskan daya tarik yang kuat dari saham lapis kedua.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menjelaskan bahwa konsistensi kinerja harga saham lapis kedua yang lebih baik ketimbang saham berkapitalisasi besar ini didorong oleh perubahan preferensi investor. Banyak investor domestik saat ini cenderung lebih tertarik pada saham lapis kedua karena dinilai memiliki peluang capital gain yang lebih besar. Sebaliknya, sebagian saham big caps cenderung bergerak landai (sideways) akibat derasnya arus keluar dana asing, sehingga ruang kenaikannya relatif terbatas dalam jangka pendek.
Kinerja Keuangan Golden Energy Mines (GEMS) Turun, Simak Rekomendasi Sahamnya
Selain potensi capital gain, saham lapis kedua juga sering kali memiliki valuasi lebih menarik dan mendapat berbagai katalis positif. Katalis ini bisa berasal dari aksi korporasi seperti right issue atau akuisisi, perbaikan kinerja keuangan, maupun sentimen sektoral yang kuat, misalnya hilirisasi, proyek energi terbarukan, hingga kenaikan harga komoditas tertentu. Ekky menambahkan bahwa pendorong utama kinerja saham-saham second liner dalam beberapa bulan terakhir berasal dari sektor bahan baku, energi terbarukan, dan teknologi.
Senada, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai lonjakan harga pada sebagian saham lapis kedua juga didukung oleh pertumbuhan kinerja fundamentalnya. Hal ini semakin memperkuat daya tarik saham-saham tersebut di mata investor yang mengincar pertumbuhan kinerja secara konsisten dan berkelanjutan.
Peluang IDX SMC Composite maupun IDX SMC Liquid untuk melanjutkan tren positifnya pada sisa tahun ini masih sangat terbuka lebar. Prospek ini sangat mungkin terwujud jika kinerja keuangan emiten yang bersangkutan kembali meningkat, disertai oleh sentimen positif dari kondisi makroekonomi global dan nasional yang kondusif.
Harga Emas Diproyeksi Terus Menguat, Berpotensi Tembus US$ 5.000 Tahun Depan
Meskipun demikian, investor juga perlu mencermati potensi rotasi sektoral yang berpeluang turut memengaruhi kinerja saham lapis kedua pada sisa 2025. Nafan mengungkapkan bahwa sektor consumer cyclicals, properti, dan industrial sudah mengalami perbaikan, sehingga berpotensi membawa sentimen positif bagi saham-saham lapis kedua di masing-masing sektor tersebut.
Ekky memperkirakan kinerja saham-saham di IDX SMC Composite dan IDX SMC Liquid masih cukup menjanjikan selama tren akumulasi oleh investor domestik berlanjut. Walau begitu, investor juga perlu mencermati bahwa sebagian dari lonjakan harga saham lapis kedua tidak sepenuhnya didukung oleh fundamental yang solid. Beberapa emiten justru mencatatkan penurunan margin atau perlambatan laba bersih. Oleh karena itu, seleksi saham berbasis fundamental tetap sangat penting dilakukan investor untuk menghindari risiko euforia pasar yang bersifat jangka pendek.
Sinyal Kenaikan Produksi oleh OPEC+, Harga Minyak Mentah Terkoreksi
Lebih lanjut, Ekky menyebut saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) sebagai salah satu saham lapis kedua yang layak dicermati investor. Secara teknikal, saham MBMA berada di area menarik untuk diakumulasi, dengan adanya katalis dari ekspansi hilirisasi nikel dan prospek masuk indeks global. MBMA berpeluang menguat menuju resistance di kisaran Rp 600 per saham. Di samping itu, PT Timah Tbk (TINS) juga layak dipertimbangkan lantaran memiliki valuasi murah dibandingkan sektor sejenis dan saat ini mulai memperlihatkan sinyal teknikal rebound. Saham TINS ditargetkan berada di level Rp 1.200—1.300 per saham dalam jangka menengah.
Kinerja Keuangan Golden Energy Mines (GEMS) Turun, Simak Rekomendasi Sahamnya
Sementara itu, Nafan merekomendasikan akumulasi beli pada sejumlah saham penghuni IDX SMC Composite, antara lain PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).
Ringkasan
Saham lapis kedua (second liner) atau saham berkapitalisasi kecil-menengah menarik perhatian investor karena pertumbuhan positif pada indeks IDX SMC Composite dan IDX SMC Liquid. Kinerja saham lapis kedua unggul dibandingkan IHSG, didorong oleh preferensi investor domestik yang mencari potensi capital gain lebih besar karena saham big caps cenderung sideways.
Selain capital gain, saham lapis kedua sering memiliki valuasi lebih menarik dan katalis positif dari aksi korporasi, perbaikan kinerja keuangan, atau sentimen sektoral. Investor disarankan mencermati saham MBMA dan TINS. Beberapa saham lain yang direkomendasikan untuk akumulasi beli adalah AKRA, BNGA, ELSA, PGAS, ITMG, dan SIDO.