Saham Big Banks Jadi Top Leaders, Tapi Asing Masih Kabur

Pasar modal Indonesia dikejutkan oleh lonjakan signifikan pada saham-saham bank bermodal jumbo, atau yang akrab disebut big banks, pada perdagangan Senin (20/10/2025). Fenomena ini menjadi pendorong utama bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melesat 2,19% hingga mencapai level 8.088 di penutupan. Yang lebih menarik, reli saham big banks ini terjadi tepat di momen peringatan satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto, bahkan di tengah masifnya aksi jual bersih oleh investor asing.

Di antara para raksasa perbankan, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memimpin penguatan dengan kenaikan impresif 6,32%, membawa harga sahamnya menyentuh Rp 4.040 per lembar. Namun, di balik lonjakan harga tersebut, BBNI justru mencatat net foreign sell sebesar Rp 66,4 miliar pada hari itu, menambah total arus keluar dana asing di BBNI sepanjang 2025 mencapai Rp 4,96 triliun. Tak kalah perkasa, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga menunjukkan kinerja cemerlang dengan melesat 6,17% menjadi Rp 4.300 per saham. Seperti BBNI, saham Bank Mandiri juga mengalami tekanan jual dari investor asing, bahkan menjadi yang terbesar di sektor perbankan dengan net foreign sell mencapai Rp 252,41 miliar hanya dalam satu hari perdagangan.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pun tak mau ketinggalan, mencatatkan penguatan 5,14% ke level Rp 3.680 per saham, meskipun juga diwarnai net foreign sell senilai Rp 30,33 miliar. Di tengah mayoritas aksi jual asing, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tampil beda dengan kenaikan 5%, mencapai Rp 7.875 per saham, bahkan sempat menyentuh Rp 8.000 dalam perdagangan intraday. Menariknya, BBCA menjadi satu-satunya di antara big banks yang justru membukukan net foreign buy signifikan sebesar Rp 894,09 miliar dari investor asing pada awal pekan ini.

Menanggapi fenomena ini, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengingatkan akan tekanan capital outflow yang masih masif, menjadikan sektor perbankan sebagai target utama karena tingginya kepemilikan investor asing. Meskipun demikian, Pandhu melihat adanya harapan perbaikan pada kinerja fundamental big banks, terutama bank pelat merah. Ia memprediksi, kondisi yang kurang optimal di tahun ini justru dapat memicu peningkatan kinerja signifikan di tahun depan, didorong oleh potensi pemangkasan suku bunga dan optimisme terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi, menciptakan efek low base effect yang menguntungkan.

Lebih lanjut, Pandhu menilai bahwa valuasi saham big banks saat ini sudah sangat menarik, berada di bawah rata-rata historisnya. Bagi investor yang memiliki keyakinan terhadap pemulihan ekonomi dan kesabaran untuk berinvestasi jangka panjang, atau setidaknya hingga tahun depan, momen ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk mulai mengoleksi saham bank. Ia secara spesifik menyebut BMRI dan BBNI memiliki potensi kenaikan (upside) yang lebih jauh karena valuasi keduanya dinilai lebih murah.

Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, Saham Big Banks Langsung Melesat

Kepala Riset RHB Sekuritas Andrey Wijaya mengamati, kenaikan saham big banks di awal pekan ini kemungkinan besar terpicu oleh sentimen positif dari rencana Danantara untuk masuk ke pasar saham, yang diprediksi tidak hanya menjadi tren jangka pendek. Ia meyakini, prospek jangka panjang untuk saham perbankan tetap cerah, meskipun pergerakannya di jangka pendek akan tetap volatil. Andrey juga mencatat adanya net inflow asing yang terlihat pada minggu sebelumnya, menambah optimisme. Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Indonesia Reydi Octa menyoroti bahwa lompatan harga saham bank ini merupakan hasil kombinasi dari optimisme penurunan suku bunga BI dan antisipasi terhadap rencana investasi Danantara yang berpotensi menambah likuiditas di pasar saham.

Reydi Octa menambahkan bahwa apresiasi harga saham bank besar ini juga didukung oleh valuasi big banks yang kian atraktif di mata investor pasca periode penurunan yang cukup panjang. Valuasi yang rendah ini, menurutnya, mendorong terjadinya rotasi portofolio dari pemodal ke saham-saham fundamental yang kuat, seperti halnya saham bank. Dengan potensi akumulasi agresif dari investor dan proyeksi positif dari IMF mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, big banks diprediksi memiliki peluang besar untuk terus menarik perhatian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *