Scoot.co.id JAKARTA – Pasar surat utang korporasi di Indonesia menunjukkan geliat yang signifikan. Hingga September 2025, aktivitas penerbitan obligasi korporasi tetap marak, dengan banyak perusahaan gencar menerbitkan instrumen utang baru, utamanya untuk tujuan refinancing atau pendanaan kembali utang-utang lama mereka.
Lonjakan ini tercermin dari data Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) yang mencatat total penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp 160,1 triliun hingga kuartal ketiga 2025. Angka fantastis ini menunjukkan peningkatan sebesar 68,65% dibandingkan periode yang sama tahun 2024, di mana total penerbitan hanya mencapai Rp 94,9 triliun.
Menjelaskan fenomena ini, Chief Economist Pefindo, Suhindarto, mengungkapkan bahwa selama sembilan bulan pertama tahun 2025, tujuan utama penerbitan obligasi korporasi didominasi oleh kebutuhan refinancing dan penambahan modal kerja.
Yield SUN 10 Tahun Bisa Lanjut Turun, Penerbitan Obligasi Korporasi Bakal Meriah
Secara lebih detail, dana yang dihimpun untuk modal kerja tercatat sebesar Rp 98,479 triliun, naik signifikan dari Rp 62,074 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, penerbitan surat utang korporasi untuk tujuan refinancing juga melonjak, mencapai Rp 48,65 triliun, meningkat drastis dari Rp 23,23 triliun di tahun sebelumnya.
Suhindarto lebih lanjut menjelaskan bahwa, dari perspektif nilai absolut, penerbitan yang ditujukan untuk modal kerja memang menunjukkan peningkatan tertinggi. Namun, ketika dilihat dari porsi persentase terhadap total penerbitan, porsi refinancing-lah yang mengalami kenaikan paling mencolok sepanjang tahun ini, seperti disampaikan dalam konferensi pers virtual Pefindo pada Kamis (16/10/2025).
Pergeseran ini terlihat jelas dalam komposisi persentase. Porsi surat utang korporasi untuk modal kerja sedikit menurun dari 65,4% tahun lalu menjadi 61,5% dalam sembilan bulan pertama 2025. Sebaliknya, tujuan refinancing justru menguat secara signifikan, naik ke 30,4% dari 24,5% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Suhindarto menguraikan bahwa dominasi refinancing sebagai tujuan utama penerbitan obligasi korporasi tidak terlepas dari kondisi suku bunga acuan yang relatif rendah sepanjang tahun ini. Dengan suku bunga yang sudah rendah, biaya dana untuk menerbitkan surat utang korporasi menjadi pilihan yang lebih ekonomis bagi perusahaan.
Begini Prospek Penerbitan Obligasi Korporasi hingga Akhir Tahun 2025
Hal ini mendorong banyak korporasi untuk melakukan pendanaan kembali atas surat utang yang diterbitkan pada tahun-tahun sebelumnya, khususnya saat suku bunga masih berada pada level yang relatif tinggi. Langkah ini bertujuan untuk mengoptimalkan struktur permodalan dan mengurangi beban bunga.
Di samping tujuan refinancing dan modal kerja, perusahaan juga memanfaatkan penerbitan obligasi korporasi untuk mendanai aktivitas investasi. Data Pefindo menunjukkan peningkatan porsi investasi ini, dari 6,2% pada tahun sebelumnya menjadi 8,0% hingga September 2025, menandakan optimisme korporasi terhadap prospek pertumbuhan di masa mendatang.
Ringkasan
Pasar surat utang korporasi di Indonesia mengalami peningkatan signifikan hingga September 2025, dengan total penerbitan mencapai Rp 160,1 triliun, naik 68,65% dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Menurut Pefindo, lonjakan ini didorong oleh kebutuhan refinancing dan modal kerja perusahaan.
Meskipun dana untuk modal kerja meningkat secara nominal, porsi refinancing terhadap total penerbitan mengalami kenaikan paling mencolok, mencapai 30,4%. Suku bunga acuan yang relatif rendah membuat penerbitan surat utang korporasi menjadi pilihan ekonomis untuk refinancing utang-utang lama dengan suku bunga tinggi, serta untuk mendanai aktivitas investasi yang juga mengalami peningkatan.